Definisi Operasional Variabel

D. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel independen

a. Sensitivitas etika Sensitivitas etika merupakan Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan. Sensitivitas etis mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi konten etika dari mengingat situasi (Sparks dan Hunt, 1998). Etika sensitivitas merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan yang adil, dan

commit to user

pribadi (Hunt dan Vitell, 1993; Patterson, 2001). Sensitivitas etika merupakan salah satu variabel independen dalam penelitian ini. Variabel diukur menggunakan skala likert dari 1 sampai 7 dengan nilai 1 untuk sangat setuju, 2 untuk setuju, 3 untuk agak setuju, 4 untuk netral, 5 untuk agak tidak setuju, 6 untuk tidak setuju, dan 7 untuk sangat tidak setuju. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

16 item pertanyaan mengenai sensitivitas etika. Instrumen ini diadopsi dari penelitian Sidani et al., (2008).

b. Usia Pada penelitian-penelitian terdahulu usia menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi persepsi atas tax evasion. seperti penelitian yang dilakukan oleh Mc. Gee (2005) yang mencoba membandingkan antara staf pengajar dan mahasiswa bisnis di Romanian. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa staf pengajar lebih menentang penggelapan pajak dibanding dengan mahasiswa. Seperti diungkapkan Mc.Gee (2005) bahwa semakin bertambah usia maka seseorang akan bersifat lebih etis. Semakin bertambah usia, maka akan semakin menentang tax evasion. Dengan bertambahnya usia, maka seseorang akan semakin sadar untuk lebih menghormati negara.

Dalam penelitian ini pun penulis mengambil usia menjadi salah satu variabel independen. Penulis menggolongkan kategori usia menjadi 2 yaitu di bawah 30 tahun dengan memberi kode (1) dan diatas 30 tahun

commit to user

analisis pembahasan data.

c. Gender Gender adalah penggolongan gramatikal terhadap kata benda yang secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan. Mosse dalam Wijaya (2005) mendefinisikan gender sebagai seperangkat peran yang dimainkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminim atau maskulin. Penampilan, sikap, kepribadian, tanggung jawab keluarga adalah perilaku yang akan membentuk peran gender. Peran gender ini akan berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur yang lainnya. Peran ini juga berpengaruh oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Isu mengenai gender dapat memepengaruhi persepsi atas etika atas tax evasion sudah cukup banyak dilakukan. Dalam penelitian ini pun penulis mengambil gender sebagai salah satu variabel independen. Dalam penelitian ini penulis mengkode pria (1) dan wanita (2) untuk memudahkan dalam pengujian.

2. Variabel dependen

Variabel penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah persepsi etika atas tax evasion. Persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan situasi atau peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif (Stephen 1996, Hucynsky & Buchanan 1991 dalam Kartawan et al. 2002). Menurut Suandy (2005) menyatakan bahwa

commit to user

melanggar peraturan perpajakan seperti memberikan data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian penggelapan pajak merupakan tindakan illegal, yang apabila dilakukan akan mendapatkan sanksi pidana.

Tax evasion juga diartikan sebagai upaya memperkecil atau bahkan tidak membayar pajak dengan cara-cara yang melanggar ketentuan perpajakan (Darussalam, 2009; Birron, 2010; Murray, 2010).

Dalam penelitian ini, variabel diukur dengan menggunakan 7 poin skala likert. Dengan nilai 1 untuk sangat setuju, 2 untuk setuju, 3 untuk agak setuju, 4 untuk netral, 5 untuk agak tidak setuju, 6 untuk tidak setuju, dan 7 untuk sangat tidak setuju. Jika hasil menunjukkan angka kurang dari atau sama dengan 2 mengindikasikan bahwa penggelapan pajak selalu etis, angka 2< skor <6 mengindikasikan bahwa penggelapan pajak kadang-kadang etis, sedangkan angka lebih dari atau sama dengan 6 mengindikasikan bahwa penggelapan pajak tidak pernah etis.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan 17 item pertanyaan mengenai isu etika penggelapan pajak. Instrumen ini diadopsi dari penelitian Mc.Gee (2007), dengan menghilangkan 1 pertanyaan ‘human rights’ yang tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia yaitu pertanyaan apakah penggelapan pajak etis jika orang Yahudi dan hidup di jaman Nazi Germany tahun 1935.