HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Retno Mulyo

Rumah industri batik Retno Mulyo berada di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh desa ini dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) sekitar 110 km atau sekitar 4 jam

perjalanan. Bila dari pusat kota Klaten desa ini berjarak sekitar 15 km atau sekitar

30 menit perjalanan, sedangkan jika dari pusat pemerintahan Kecamatan Bayat, desa ini berjarak sekitar 1 km atau sekitar 5 menit perjalanan. Desa Kebon terletak di dekat Rawa Jombor, secara astronomis yaitu terletak pada 6° sampai dengan 7° LS (Lintang Selatan) dan 109° sampai dengan 110° BT (Bujur Timur).

Gambar 4.1. Peta Desa Kebon (Data Monografi Kantor Kepala Desa Kebon) (Dokumentasi: Denny: 2012)

commit to user

Luas wilayah Desa Kebon yaitu 198,5260 Ha, yang terbagi menjadi 2 dukuh dengan 6 RW dan 19 RT. Dukuh 1 meliputi: Bendorejo, Konang, Mejan, Kebon, Ngembel, Sutan. Dukuh 2 meliputi: Ngepringan, Kresek, Pundung, Serut, Tegalan. Batas desa sebelah utara yaitu Desa Wiro, sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Gajah, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Beluk, dan batas sebelah barat yaitu Desa Jotangan.

Rumah industri batik Retno Mulyo tepatnya berada di Dukuh Mejan RT 03/ RW 02, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Luas lokasi rumah industri ini adalah 30 m x 20 m, dengan bangunan utama yaitu bangunan permanen yang terdapat di bagian depan dengan luas 12 m x 10 m, dan di belakang terdapat bangunan semi permanen dengan luas 18 m x 10 m, dan sisa wilayah lain merupakan tempat terbuka dan kebun.

Gambar 4.2. Rumah Industri Batik Retno Mulyo (Dokumentasi: Denny: 2012)

Dalam proses produksinya, rumah industri batik Retno Mulyo memiliki beberapa ruang/tempat produksi yang berbeda, namun tempat-tempat produksi masih berada di satu lingkungan, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda- beda, namun ada juga satu tempat digunakan untuk beberapa kegiatan. Tempat produksi merupakan bangunan permanen dan semi permanen, namun sebagian besar merupakan bangunan semi permanen dengan ruang terbuka, sehingga dalam proses produksi lebih leluasa. Ruang/tempat-tempat itu antara lain adalah:

commit to user

1. Tempat Mola Tempat ini merupakan bangunan semi permanen, dengan kondisi terbuka, dan terang dengan tujuan supaya pada saat proses mola pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu, karena di tempat yang cerah, gambar pola pada kertas dapat terlihat pada kain. Di tempat ini terdapat satu meja pola yang dibuat sendiri oleh bapak Sunardi dari kayu jati, panjang meja 100 cm, lebar

70 cm, dan tinggi 80 cm. Daun meja terbuat dari kaca dengan ketebalan 5 mm, dan di bawah meja terdapat lampu untuk menerangi pola pada kertas sehingga garis pola terlihat jelas di kain. Sebelahnya terdapat amben yang juga sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan untuk membatik.

Gambar 4.3. Tempat Mola (Dokumentasi: Denny: 2012)

2. Tempat Nyanting Tempat ini merupakan bangunan semi permanen yang berada di samping tempat mola. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya sirkulasi udara lancar, udara panas dan asap yang ditimbulkan dari kompor yang digunakan untuk memasak malam, dapat hilang dengan mudah sehingga pengobeng (orang yang pekerjaannya nyanting) yang bergerombol merasa lebih leluasa, tidak pengap, dan nyaman saat bekerja. Luas tempat ini adalah 3 m x 5 m, dan mampu menampung 10 pengobeng. Di tempat ini terdapat perlengkapan untuk nyanting , yaitu: Kompor, canting, gawangan, dingklik, dan wajan.

commit to user

Gambar 4.4. Tempat Nyanting (Dokumentasi: Denny: 2012)

3. Tempat Pewarnaan Kondisi tempat ini lebih terbuka dengan atap asbes, tepat di atas kolam- kolam pewarnaan terdapat tumpukan kayu bahan renovasi jika ada kerusakan pada bangunan rumah industri. Tempat ini terdapat 7 buah bak/kolam sebagai tempat proses pencelupan warna, 5 bak digunakan untuk pewarnaan dan 2 bak sebagai proses pembasah kain. Bak tersebut dibuat dari bahan beton, dengan panjang masing-masing bak 90 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 70. Lantai tempat ini juga dibuat dari beton, dengan tujuan supaya lantai tidak akan becek jika terkena air sisa pembasah kain maupun zat pewarna. Di sebelahnya terdapat tungku yang digunakan untuk proses nglorod dan ekstraksi zat warna alam.

Gambar 4.5. Tempat Pewarnaan

(Dokumentasi: Denny: 2012)

commit to user

4. Tempat Penjemuran Lokasi tempat ini berada di sebelah tempat pewarnaan, dan merupakan tempat produksi yang lokasinya paling belakang dengan luas 3 m x 5 m. Kondisi tempat ini terbuka dan diberi atap layar dan genting, dengan tujuan agar kain yang dijemur dapat mudah terkena angin dan tidak langsung terkena sinar matahari, serta terdapat bambu-bambu yang melintang untuk menggantung kain pada saat proses penjemuran. Tempat ini mampu menjemur kurang lebih 60 potong kain. Yang dijemur di sini merupakan kain batik dari pewarnaan awal sampai akhir.

Gambar 4.6. Tempat Penjemuran

(Dokumentasi: Denny: 2012)

5. Ruang Penyimpanan Produk Setengah Jadi Ruangan ini berada di bangunan utama, yaitu bangunan permanen dengan kondisi tertutup. Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 4 m, di dalamnya terdapat

3 gawangan yang cukup besar, yaitu dengan panjang 1,5 m dan tinggi 1 m. Gawangan tersebut digunakan untuk menyampirkan kain batik setengah jadi (batik putihan, kelengan, maupun kain batik proses akhir sebelum dilorod). Kain di gantungkan di gawangan tersebut supaya kain batik tetap dalam keadaan kering atau tidak lembab. Kain batik setengah jadi belum mengalami proses akhir salah satunya penguatan warna, jika kain diletakkan di lantai, maka kain batik akan lembab dan berakibat pada warna batik akan rusak atau luntur.