Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta

PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh : Febriana Susanti

D 0107052 SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

ii

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji

1. Drs. Priyanto Susiloadi, M. Si

NIP. 19601009 198601 1 001 Ketua Penguji

2. Drs. Suryatmojo, M.Si

) NIP. 19530812 198601 1 001

Sekretaris Penguji

3. Drs. H. Sakur, MS

) NIP. 19490205 198012 1 001

Penguji

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002

commit to user

iii

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing Skripsi

Drs. H. Sakur, MS NIP. 19490205 198012 1 001

commit to user

iv

MOTTO

Tetapi seperti ada tertulis : “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor 2 : 9)

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. (Mzm 62 : 6)

Proses hidup yang terjadi dalam setiap kehidupan memang tak selalu indah. Terkadang kita perlu berjuang sambil mencucurkan air mata dalam menjalaninya. Tetapi satu hal yang harus kita percaya bahwa ada suatu maksud dalam setiap kejadian yang akan

Tuhan kerjakan buat hidup kita.

(Penulis)

commit to user

Karya Kecilku ini Kupersembahkan Kepada :

 Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai, memberi kekuatan dan setia tidak akan pernah meninggalkanku.

 Papa, Mama dan Ade yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadaku.  Keluarga besar PMK FISIP yang selalu ada saat suka dan duka dan menjadi bagian dalam proses hidupku.

 Teman seperjuangan Intan Astri K. yang senatiasa memotivasi dan menjadi sahabat dikala susah dan senang.

commit to user

vi

Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji

syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul

“PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA

KOTA SURAKARTA ”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan

memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pada Universitas Sebelas Maret Jurusan Administrasi Negara. Sejak dari awal hingga akhir selesainya penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dari semua pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. H. Sakur, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat.

2. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Is Hadri Utomo, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unversitas Sebelas Maret.

4. Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing akademik penulis.

commit to user

vii

(UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu dalam proses penelitian.

6. Sri Ratnartiningsih, S.H selaku Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta yang telah menolong dalam pengumpulan data.

7. Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam pengumpulan data.

8. Semua penghuni Rusunawa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam pengumpulan data.

9. Mb Efi, Beta, Yohana dan Wulan yang senantiasa mendukung dalam doa.

10. Teman terkasih Yaya yang rela hati menolong dan mengantarkan dalam penelitian.

11. Teman-teman AN angkatan’07.

12. Keluarga Kos Putri Agung yang aku kasihi, terimakasih untuk kebersamaan selama 4, 5 tahun ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima sebagaimana adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan. Surakarta, Januari 2012

Penulis

commit to user

ix

F. Teknik Analisis Data...………………………………………......... BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................................................

A. Deskripsi Lokasi...............................................................................

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan....................................................

C. Pencapaian Program Rusunawa........................................................

BAB V PENUTUP..............................................................................................

A. Kesimpulan………………………………………………………....

B. Saran............. ..……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..... LAMPIRAN

38

40

40

52

57

86

90

93 100 107 107 108 109

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1

Tabel 1.2

Tabel 4.1 Tabel 4.2

Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010......................................... Banyaknya Rumah Menurut Kontriksi dan Letak Rumah di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010......................................... Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta........... ……

Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Berdasarkan Jenjang Pendidikan...................................................................................... Jabatan dan Nama Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta.. Persebaran Bangunan Rusunawa di Kota Surakarta....................... Hak dan Kewajiban Penyewa Rusunawa Kota Surakarta..............

Larangan Bagi Penyewa Rusunawa Kota Surakarta ….....……….

Hak, Kewajiban dan Larangan Pengelola.......................................

48

49

50

51

75

76

81

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Gambar 4.1

Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15

Skema Kerangka Berpikir....................................................... Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon Kel.Panularan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Sebelum Tahun 2003... Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon II Kel. Panularan Kec.Laweyan Kota Surakarta Pada Tahun 2006.... Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Sebelum Tahun 2010....... Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2010...................... Rusunawa Jurug Kel.Jebres Kec.Jebres Kota Surakarta Tahun 2011............................................................................. Rusunawa Kerkop Kel.Purwodiningratan Kec.Jebres Kota Surakarta Tahun 2011............................................................. Daftar Penghuni Lantai II Rusunawa Begalon yang Tidak Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa............................ Daftar Penghuni Lantai IV Rusunawa Begalon yang Tidak Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa............................ Perubahan Lingkungan............................................................ Perubahan Tata Ruang............................................................ Perubahan Perilaku.................................................................. Perubahan Dalam Meletakkan Kendaraan.............................. Perubahan Dalam Area Hijau.................................................. Perubahan Dalam Membuang Sampah................................... Perubahan Dalam Bermasyarakat...........................................

31

63

64

67

68

71

72

98

99 100 101 102 103 104 105 106

commit to user

xii

Febriana Susanti, D0107052, Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. UPTD Rumah Sewa adalah pihak yang mempunyai kewenangan dalam melakukan pengelolaan Rusunawa sebagai pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan. Adapun sumber data diperoleh melalui proses wawancara dengan informan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Rusunawa oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta dikatakan baik. Pengelolaan Rusunawa yang dijalankan pihak UPTD Rumah Sewa sesuai dengan aturan perundang- undangan yang berlaku dan berorientasi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini dibuktikan dengan pencapaian program pembangunan Rusunawa. Namun dalam pengelolaannya, pihak UPTD Rumah Sewa masih banyak mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi yaitu beberapa warga Rusunawa seringkali menunggak dalam pembayaran uang sewa dan masalah lain yang terjadi di Rusunawa yaitu pemindahtanganan hak sewa yang dilakukan oleh penyewa Rusunawa kepada pihak lain yang tujuannya untuk mencari keuntungan pribadi. Hal ini menghambat kinerja UPTD Rumah Sewa dan sangat merugikan Pemerintah Kota. Oleh karena itu perlu pengelolaan dalam mengatasi dan menghadapi hambatan tersebut demi tercapainya tujuan pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta.

Kata Kunci : Pengelolaan, Rusunawa

commit to user

xiii

ABSTRACT

Febriana Susanti, D0106032, Management of Rented Simple Mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of Rent House of Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012.

The aim of this research is to know the management of rented simple mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of rented House of Surakarta. UPTD of Rented House has the authority in managing as the fulfillment of dignity, cozy,secure, and healty messuage house especially for the low income people (MBR) in Surakarta.

The research method that is used in this research is qualitative descriptive research method which describes the real phenomenon that occured in the field. The process of the source of data is taken by the process of interview with informants and picking related documents. The sampling method used is purposive sampling in which the source data is collected by selecting people based on the particular purpose of the experiment. Observation, documentation, and interview are the techniques of collecting data. The validity data test is done by the using of data trianggulation technique that is tested the similiar data from the various resource. The technique of analyzing data used is interactive analysis which consist of three components, those are data reduction, data presentation, and inferences.

The result of the research shows that the management of rented simple mansions by UPTD of Rented House of Surakarta is good. Management of rented simple mansions which is implemented by UPTD of Rented House is appropriate with the applicable of law regulation and oriented to MBR. It is proved by the achievment of rented simple mansions development programs. However, in the management some members of rented simple mansions oftenly late pay the rent and transfer the right of rent to the other member for seeking personal profit. It impede the performance of UPTD of Rented House and inflict a financial loss for the goverment. Therefore, it needs the management to overcome and to face the obstacles for reaching the goal of multistorey rented simple mansions development in Surakarta.

Key Word : Management, Rented Simple Mansions

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat sejak awal kemerdekaan, membuat kepadatan penduduk perkotaan di Indonesia juga meningkat sangat tinggi. Dengan bertambahnya penduduk yang sangat tinggi di daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana semakin meningkat terutama kebutuhan akan tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan oleh seluruh manusia mengingat fungsi dari tempat tinggal tersebut adalah untuk mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga, pendidikan serta peningkatan kualitas generasi yang akan datang yang berjati diri.

Oleh karena itu negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia.

Namun sangat disayangkan bahwa pengadaan perumahan di daerah perkotaan dan pedesaan sangat terbatas karena luas daerah di perkotaan dan pedesaan yang sangat terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat yang meningkat cukup pesat akan perumahan. Sehingga pemenuhan kebutuhan perumahan sampai saat ini masih sulit untuk dipecahkan terutama bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah (MBR). Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disebut MBR

commit to user

mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. (UU RI No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Bab 1 Pasal 1). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Pada tahun 2009 di Indonesia terdapat 10 kota otonom yang merupakan kota terpadat. Menurut WHO (World Healt Organization), kepadatan penduduk normal adalah 9.600 jiwa per km 2 . Sedangkan 10 kota otonom yang merupakan kota terpadat, kepadatan penduduk melebihi standar yang ditentukan oleh WHO. Kota otonom terpadat di Indonesia adalah

Jakarta Pusat dengan luas wilayah 47,14 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 926.562 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 19.656 jiwa per km 2 , Yogyakarta dengan luas wilayah 32,5 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 516.296 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15.886 jiwa per km 2 , Bandung dengan luas wilayah 167 km 2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.510.982 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15,036 jiwa per km 2 , Jakarta Timur dengan luas wilayah 187,73 km 2 dengan jumlah penduduk 2.614.642 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 13.888 jiwa per km 2 , Cimahi dengan luas wilayah 40,25 km 2 dengan jumlah penduduk 546.879 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 13.587 jiwa per km 2 , Jakarta Barat dengan luas wilayah

commit to user

penduduk sebesar 13.056 jiwa per km 2 , Jakarta Selatan dengan luas wilayah 145,73 km 2 dengan jumlah penduduk 1.893.959 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 12.996 jiwa per km 2 , Surakarta dengan luas wilayah 44,04 km 2 dengan jumlah penduduk 561.509 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 12.750 jiwa per km 2 , Jakarta Utara dengan luas wilayah 129,69 km 2 dengan jumlah penduduk 1.421.265 jiwa dengan kepadatan sebesar 10.959 jiwa per km 2 , Surabaya dengan luas wilayah 274,06 km 2 dengan jumlah penduduk 2.885.862 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 10.530 jiwa

per km 2 . Kecenderungan masalah yang timbul akibat dari besarnya kepadatan penduduk tanpa diimbangi dengan daya dukung lahan adalah berkembangnya kawasan pemukiman kumuh dan banyaknya hunian yang tak berijin. Keterbatasan lahan kota untuk perumahan dan pemukiman serta keterbatasan biaya terkadang memicu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk membangun pemukiman diatas tanah milik pemerintah kota. Hal ini mengakibatkan buruknya pemandangan kota akibat pemukiman kumuh dan bangunan-bangunan yang berdiri tanpa ijin. Penghasilan yang mereka peroleh cenderung rendah sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan yang layak bagi dirinya sendiri termasuk kebutuhan akan pemukiman yang bersih, rapi, sehat dan indah. Keterbatasan penghasilan yang mereka miliki dan mendesaknya kebutuhan permukiman memicu mereka untuk

commit to user

berlindung dan beristirahat bersama keluarga. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) permukiman kumuh di Indonesia pada tahun 2009 tercatat seluas 57 ribu hektare sedangkan pada tahun sebelumnya jumlah pemukiman kumuh tercatat sebesar

54 ribu hektare. Hal ini memicu Indonesia bersama negara-negara di dunia berkomitmen mengurangi pemukiman kumuh hingga setengahnya pada tahun 2015. Ini menjadi salah satu target MDGs (Millenium Development Goals), dimana pada tahun 2015 diharapkan sudah meminimalkan sekitar 30 persen dari total daerah kumuh yang ada di Indonesia.

Pemerintah membuat suatu kebijakan dalam penyediaan permukiman bagi MBR. Kebijakan tersebut berupa pemberian fasilitas pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Rumah susun sederhana sewa yang selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status pengguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan APBN/APBD dengan fungsi utamanya sebagai hunian. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M/2007).

Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) ini menjadi alternatif untuk pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah khususnya MBR.

commit to user

keberadaannya harus dikelola secara maksimal agar dapat berdaya guna dan tepat sasaran. Oleh karena itu pengelolaan rumah susun sederhana sewa diatur dalam

Peraturan

Menteri Negara

Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa. Dengan adanya otonomi daerah yang luas kepada daerah-daerah otonom di Indonesia untuk mengurus rumah tangga daerah masing-masing maka permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh daerah otonomi menjadi tanggung jawab daerah tersebut. Adanya otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan peran serta pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam menyelenggarakan pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Surakarta sebagai kota besar kedua di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Utara), Kabupaten Karanganyar (Timur), Kabupaten Sukoharjo (Selatan), Kabupaten Sukoharjo (Barat). Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam lima Kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan Kota Surakarta merupakan tempat pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan 20% dari luas lahan yang ada merupakan tempat untuk kegiatan ekonomi.

Kota Surakarta atau yang akrab dengan sebutan kota Solo, terdiri dari lima kecamatan dan memiliki lahan kota sebesar 44,04 km 2 dengan tingkat

commit to user

urutan ke delapan daerah otonom berpenduduk terpadat. Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kota Solo, di bawah ini akan dijabarkan tingkat kepadatan penduduk di setiap kecamatan pada tabel 1.1:

Tabel 1.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010 No.

Kecamatan

Luas Wilayah

( km 2 )

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Tingkat Kepadatan (jiwa/ km²)

3. Pasar Kliwon

11.340,84 Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa dari lima kecamatan yang berada di Kota Surakarta tingkat kepadatan di lima kecamatan tersebut berada di atas kewajaran atau berada di atas standar dari WHO ( World Healt Organization ). Menurut WHO kepadatan penduduk normal adalah 9.600 jiwa per km².

Dengan luas wilayah yang hanya 44,04 km² dan kepadatan penduduk sebesar 11.340,84 jiwa/km² menimbulkan banyak permasalahan, khususnya

commit to user

diimbangi dengan jumlah penduduk yang ada sehingga tidak sedikit masyarakat Kota Surakarta khususnya masyarakat berpenghasilan rendah membangun permukiman di bantaran sungai maupun tempat-tempat terlarang yang berbahaya apabila dibangun permukiman. Data dibawah ini merupakan data perkembangan rumah menurut konstruksi dan letak pada tahun 2010 dijelaskan pada tabel 1.2 yaitu :

Tabel 1.2

Banyaknya Rumah Menurut Kontruksi Dan Letak Rumah Di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010

No.

Kecamatan

Kontruksi Rumah

Letak Rumah

Jumlah (unit)

Permanen

(unit)

Non Permanen

Dibawah Tegangan Tinggi (unit)

4. Pasar Kliwon

764 123.606 Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2010 Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9.732 unit rumah yang terletak di bantaran sungai dan 764 unit rumah yang terletak di bawah tegangan tinggi dan 11.926 unit rumah merupakan rumah non permanen.

commit to user

(PMKS) kota Surakarta pada tahun 2006 terdapat sebanyak 6.612 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang menempati kawasan kumuh seluas ± 41,607

ha. Kawasan kumuh tersebut dihuni sebanyak 3.421 KK atau 15.850 jiwa. Dari data tersebut, prosentase rumah kumuh permanen sebesar 39,45%, rumah kumuh semi permanen sebesar 31,6% dan rumah kumuh tidak permanen sebesar 28,9%. Sedangkan untuk tahun 2011 data dari Badan Perncanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Rumah Tidak Layak Huni (RTLH ) di Kota Surakarta mencapai 6.600 unit. Dari data mengenai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di atas dalam kurun waktu 5 tahun terakhir hanya terjadi penurunan 12 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Oleh karena itu untuk menata permukiman di Kota Surakarta maka Pemerintah Kota Surakarta menyediakan rumah susun sederhana sewa bagi MBR sebagai solusi untuk permasalahan permukiman yang terjadi di Kota Surakarta. Agar pengelolaan Rusunawa tepat sasaran dan berdaya guna maka Pemerintah Kota Surakarta menunjuk UPTD Rumah Sewa untuk mengelola Rusunawa yang tersebar di Kota Surakarta. Keberadaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) ini selain bisa untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga dapat menanggulangi permukiman kumuh yang berkembang tidak sehat dan menjembatani masyarakat untuk mendapatkan tempat hunian yang layak dengan cara menyewa sesuai dengan kondisi atau kemampuan mereka.

commit to user

pemenuhan kebutuhan pemukiman bagi MBR di Kota Solo, perlu adanya pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta oleh UPTD Rumah Sewa. Judul yang diambil pada penelitian ini adalah Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. Penelitian ini akan membahas mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang dilaksanakan oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana pengelolaan serta pencapaian program Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Rusunawa Kota Surakarta ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan pencapaian program Rusunawa di Kota Surakarta. rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Kota Surakarta yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

commit to user

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai manajemen organisasi publik terutama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Kota Surakarta dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

2. Bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa, dapat dijadikan kritik yang bersifat membangun serta sebagai evaluasi terhadap pencapaian hasil dan perbaikan di masa mendatang.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang diperoleh selama menjalani perkuliahan ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan profesional.

4. Bagi civitas akademika, untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Kota Surakarta.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

1. Pengertian Pengelolaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat bahasa Departemen pendidikan nasional, 2008: 719) pengelolaan berasal dari kata dasar kelola yang artinya mengendalikan; menyelenggarakan; menjalankan; mengurus; menangani. Kemudian dari kata kelola, menjadi mengelola yang memiliki arti:

a. Mengelola bagi pemerintah adalah menyelenggarakan dan mengendalikan

b. Mengelola bagi perusahaan adalah mengurus dan menjalankan Sedangkan pengelolaan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti proses, perbuatan, dan cara mengelola melakukan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan orang lain, dan proses mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bab I Pasal I, yang di maksud dengan pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik negara/daerah yang meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan

commit to user

yang disebut dengan manajemen. Oleh karena itu penulis menggunakan istilah manajemen untuk membahas konsep pengelolaan.

Ada banyak definisi atau batasan-batasan mengenai manajemen yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Ordway Tead dalam Inu Kencana Syafiie,dkk (Inu Kencana Syafiie dkk, 1997: 50) :

“Management is the process and agency which direct and gudes the operations of an organization in the realizing of estabilished aims.”

(Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan). Sedangkan menurut G.R.Terry (alih bahasa oleh Inu Kencana Syafiie, 1997: 50), “ Manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri

dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber- sumber lain”.

Sedangkan menurut Siswanto (Siswanto, 2006: 2), manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.

Malayu Hasibuan berpendapat bahwa manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. (Hasibuan, 2006: 1)

commit to user

Management and Cultural Development Vol. 5, No.11 ; November 2010, dituliskan bahwa:

“…many different definitions on the management have been expressed by the various researchers. Some say that: management is a process. Some express that: management is an art. And also, some believe that: management is a skill.

…it can be concluded that: management is a process that leads the community’s people towards common goals and public utilities. With such descriptions, management can play very important role in the cu ltural development.” (…banyak definisi berbeda tentang manajemen dari beberapa peneliti. Sebagian mengatakan bahwa manajemen adalah proses. Sebagian mengatakan manajemen sebagai seni. Dan sebagian lainnya mengatakan manajemen adalah kemampuan. …dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah sebuah

proses untuk memimpin orang dalam suatu komunitas untuk mencapai tujuan bersama dan mambawa kemanfaatan bagi masyarakat. Dengan pengertian manajemen tersebut, maka manajemen dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam pengembangan budaya.) (Mohammad Naji; 2010: 172)

Dalam manajemen mengandung fungsi-fungsi manajemen yang merupakan tugas pokok yang harus dijalankan oleh pimpinan dalam organisasi apapun agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Dalam pembahanan mengenai fungsi manajemen terdapat banyak pendapat dari para ahli. Walaupun demikian perbedaan pendapat tersebut pada dasarnya adalah saling melengkapi.

G.R. Terry dalam Inu Kencana Syafiie,dkk (1997: 51) mendeskripsikan pekerjaan manajer berdasar fungsinya sebagai berikut:

commit to user

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Penggerakkan (Actuating)

4. Pengendalian (Controlling) Dalam Internasional Journal of Bussiness and Management, Study on the Inovvation Function of the Management , Vol 4, No. 6, Juni 2009 dituliskan bahwa:

“Four function such as planning, organizing, leading and controlling in the management are the mainline in the management

theory all along.” (Empat fungsi seperti perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian adalah merupakan inti dari teori manajemen selama ini). )Yun Zhang, 2009: 147).

Dari beberapa pendapat diatas, maka mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta, peneliti memilih untuk menggunakan empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry yang dikenal dengan POAC yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, hingga pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Proses pengelolaan tidak dapat dilakukan secara individual melainkan dengan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yaitu pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat bagi masyarakat khusunya bagi masyarakat yang

commit to user

utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan maupun program demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang berhubungan dengan proses penetapan tujuan dan penentuan tindakan- tindakan apa yang harus dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencapainya. Dalam perencanaan ditetapkan arah dan strategi yang diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Perencanaan menurut Malayu Hasibuan (Inu Kencana Syafiie,dkk, 1997: 76) adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut T. Hani Handoko (2003: 79) mengatakan bahwa dalam menetapkan perencanaan yang baik, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.

2. Merumuskan keadaan saat ini.

3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk

pencapaian tujuan. Sondang P. Siagian (2005: 36) menyebutkan bahwa perencanaan

merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang dikerjakan dimasa

commit to user

yang ditetapkan. Perencanaan menjadi hal yang paling mendasar karena melibatkan pilihan-pilihan dari berbagai tindakan alternatif. Oleh karena itu perencanaan merupakan suatu proses dasar dalam mengambil keputusan yang menetapkan langkah-langkah yang diperlukan sebelum kerja nyata direalisasikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan digunakan sebagai jembatan bagi masa mendatang dengan menghubungkan fakta-fakta yang telah ada. Kemudian dengan adanya fakta-fakta yang telah ada, di tentukan beberapa aktivitas yang dianggap perlu dalam pencapaian hasil yang diinginkan oleh suatu organisasi.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan perencanaan, yaitu:

1. Suatu rencana lahir sebagai hasil pemikiran dari identifikasi

masalah dan analisis situasi yang telah dilakukan.

2. Orientasi dari suatu perencanaan mengarah pada masa depan atau

masa yang akan datang.

3. Dengan perencanaan maka apabila rencana tersebut dilaksanakan akan mempermudah usaha yang dilakukan dalam pencapaian tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan fungsi dari manajemen yang mendukung pelaksanaan dari perencanaan. Pengorganisasian berfokus

commit to user

tujuan dari suatu organisasi. Pengorganisasian dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam unit-unit satuan-satuan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian merupakan proses mengatur dan mengalokasikan tugas-tugas, pekerjaan, wewenang, peran-peran termasuk koordinasi hubungan-hubungan antar bagian baik secara vertikal maupun horisontal dalam suatu struktur organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Semakin jelas dan terpadu tugas-tugas yang dirancang dalam suatu organisasi akan semakin efektif organisasi itu mencapai tujuannya. ( Koontz dan Weihrich dalam Ulber Silalahi 2002: 46).

Sedangkan menurut Siswanto (2006: 75) pengorganisasian adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan proses mendisain struktur formal, mengatur dan mengelompokkannya serta membagi tugas atau pekerjaan diantara anggota organisasi sehingga tercipta organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

commit to user

Fungsi manajemen yang ketiga adalah penggerakkan. Fungsi dari penggerakan sangat penting karena penggerakan merupakan pengupayaan dari fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Tanpa adanya penggerakan maka perencanaan dan pengorganisasian yang telah ditetapkan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Akibatnya tujuan organisasi juga akan sulit untuk dicapai. Dalam proses penggerakkan berkaitan dengan siapa yang harus digerakkan, mengapa harus digerakkan, bagaimana menggerakkannya, dan kapan harus digerakkan. Namun dalam proses penggerakkan tersebut juga diperlukan kepemimpinan untuk mempengaruhi bawahan dan memotivasi agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pada akhirnya tujuan dapat tercapai dengan baik.

Menurut Terry dalam Inu Kencana (1999: 81) :

“Penggerakkan atau pelaksanaan kerja merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok

berkenan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha- usaha organisasi.”

Hampir senada dengan pendapat Terry, menurut Sondang P.Siagian (2005: 95) : “Penggerakkan adalah keseluruhan usaha, teknik dan metode

untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.”

Dengan demikian pengerakkan merupakan kegiatan pemberian dorongan atau motivasi bekerja kepada anggota organisasi serta

commit to user

berusaha, dan bekerja dengan ikhlas dalam melaksanakan tugas yang telah ditetapkan dalam masing-masing bidang agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

d. Pengawasan

Fungsi manajemen yang terakhir adalah fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling). Menurut pendapat George Terry dalam Inu Kencana Syafiie, dkk (1999: 83) menyatakan bahwa :

“Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the standart, what is being accomplished, that is the performance, and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that

is in conformity whith the standart”. ( Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar).

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Ulber Silalahi (2003: 47) bahwa pengawasan (controlling) adalah proses pengukuran pelaksanaan kerja atau kinerja aktual, membandingkan hasil dengan standar organisasi dan tujuan, dan pengambilan tindakan korektif jika dibutuhkan.

Robert J.Mockler lebih memperjelas lagi mengenai definisi pengawasan yaitu suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

commit to user

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan ( T.Hani Handoko, 2003: 360).

Dengan demikian pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin semua tindakan yang diambil sesuai dengan rencana, serta untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil. Dengan pengawasan dapat diketahui juga sampai seberapa jauh tingkat pencapaian atau tingkat penyelesaian dari suatu kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan standar yang ditentukan sebelumnya atau tidak. Dengan kata lain pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen berjalan sesuai dengan yang direncanakan (tercapai).

2. Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Menurut UU. No.16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun terkait dengan rumah susun yang meliputi pengertian rumah susun, pengaturan dan pembinaan rumah susun, kelengkapan rumah susun, pembangunan rumah susun, target/sasaran penghuni rumah susun, dan komponen pembangunan rumah susun.

Pengertian rumah susun menurut UU No.16 Tahun 1985 tentang rumah susun yaitu rumah susun (rusun) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal

commit to user

dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Pembangunan rumah susun (rusun) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian hukum dan pemanfaatannya. Pembangunan rumah susun juga meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang serta untuk memenuhi kebutuhan yang berguna bagi masyarakat.

Sedangkan pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bab I Pasal I, menyatakan bahwa Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan fungsi utamanya sebagai hunian.

commit to user

merupakan stimulus bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang memerlukan tempat tinggal. Oleh karena itu fasilitas pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang telah terbangun perlu segera dikelola agar tujuan pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) berhasil dan berdaya guna serta mencapai target dan sasaran yang diharapkan.

3. Pengertian Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sendiri adalah sebuah aktivitas atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta selaku unsur pelaksana pemerintah daerah Surakarta di bidang pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang disertai dengan tanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan bersama dan mendapatkan kemajuan yang lebih baik pada badan organisasi atau pemerintah serta Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) sebagai obyek kebijakan.

Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/ PERMEN/M/2007 Tentang pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa ruang lingkup pengelolaan Rusunawa meliputi :

commit to user

ruang dan bangunan, termasuk pemeliharaan, perawatan serta peningkatan kualitas sarana dan utilitas;

b. Kepenghunian yang mencakup kelompok sasaran penghuni, proses penghunian, penetapan calon penghuni, perjanjian sewa menyewa serta hak, kewajiban dan larangan penghuni;

c. Administrasi keuangan dan pemasaran yang mencakup sumber keuangan, pemanfaatan hasil sewa, pencatatan dan pelaporan serta persiapan dan strategi pemasaran;

d. Kelembagaan yang mencakup pembentukan struktur, tugas, hak, kewajiban dan larangan badan pengelola serta peran pemerintah, pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota;

e. Penghapusan dan pengembangan bangunan rusunawa;

f. Pendampingan, monitoring, dan evaluasi;

g. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusunawa. Pengelolaan ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa merupakan unit struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola Rusunawa dan bertanggung jawab langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Surakarta. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta diatur dalam Peraturan Walikota Surakarta No. 45 Tahun 2008.

commit to user

Sewa merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sewa yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

4. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Studi-studi terdahulu terkait pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa pernah dilakukan berbagai pihak. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang beragam sesuai dengan kajian penelitiannya, sebagai berikut:

1. Indartoyo (Makalah Seminar Nasional Arsitektur Universitas Trisakti, 2007)

Mengadakan penelitian tentang Dampak Kehadiran Rusunawa Bagi Penataan Bangunan Dan Infrastruktur Di Daerah Kawasan Terbangun, berkesimpulan bahwa : Berbagai program penyediaan Rusunawa yang telah diimplementasikan hingga saat ini pada lokasi justru terjadi perkembangan yang kurang menguntungkan seperti terjadinya pengembangan rumah-rumah tinggi yang tidak terkendali, tumbuhnya fasilitas layanan yang yang tidak teratur diantaranya justru banyak terjadi di sekitar lokasi pembangunan Rusunawa. Kehadiran

commit to user

penduduk sehingga akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan, peningkatan jumlah dan volume infrastruktur atau peningkatan limbah, bertambah padatnya lalu lintas, perubahan iklim mikro di daerah sekitar kawasan, berkurangnya daya serap tanah terhadap air hujan, hadirnya komunitas baru yang secara otomatis akan meningkatkan harga jual tanah, memperbanyak bangunan kumuh, pengetatan aturan pembangunan dan memerlukan usaha-usaha fisik dan sosial untuk mencapai integratif antar penduduk. Untuk itu rencana penataan bangunan dan infrastruktur di kawasan sekitar Rusunawa sebagai suatu konsep peremajaan permukiman perkotaan yang integratif menangani masalah penataan lingkungan permukiman perkotaan serta penyediaan kebutuhan perumahan kota harus dikaji secara hati-hati, cermat dan matang.

2. Mokh Subkhan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2008)

Mengadakan penelitian tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Di Cengkareng Jakarta Barat yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan pengelolaan Rusunawa. Keidakoptimalan ini disebabkan oleh :

a) Kurangnya solidaritas penghuni Rusunawa untuk menggunakan

fasilitas umum secara bersama-sama.

commit to user

perekonomian keluarga.

c) Rusunawa mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga sering

disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.

d) Pengelolaan Rusunawa Cengkareng menunjukkan bahwa kurangnya peran organisasi dalam hal sosialisasi penggunaan fasilitas umum bersama sehingga fasilitas tersebut tidak digunakan dengan semestinya.

e) Koordinasi yang terbatas dengan pihak yang terlibat misalnya mengenai pengaturan sewa, pemasaran Rusunawa dan sosialisasi kepada masyarakat.

f) Tidak ada sanksi yang tegas bagi penyewa yang tidak taat

administratif.

3. Sugianto Tarigan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2010)

Mengadakan penelitian Tentang Evaluasi Pengelolaan Sistem Sanitasi Rumah Susun Bidaracina Jakarta Timur yang berkesimpulan bahwa pertumbuhan pembangunan rumah susun di Jakarta tidak diimbangi dengan kemampuan pengelolaan rumah susun itu sendiri. Dari jumlah rumah susun yang sudah dibangun menunjukkan bahwa operasi dan pemeliharaan sistem sanitasi rumah susun masih rendah, hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan rumah susun. Hasil penelitian disimpulkan bahwa prosedur teknis dan

commit to user