GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.6 Sejarah Singkat Perkembangan Homestay di Ubud

Dimulainya pengembangan pariwisata di daerah Ubud dikatakan mulai pada tahun 1930-an. Saat itu, seorang pelukis berkebangsaan Jerman bernama Walter Spies telah menapak bumi Bali dan menetap serta berkreasi di kawasan desa Ubud. Sementara, di daerah Ubud sudah tumbuh berkembang pelukis lokal potensial yang tersebar di beberapa desa. Beberapa pelukis lokal tersebut adalah Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Raka Turas, Anak Agung Gde Sobrat dan lainnya. Selain para pelukis lokal, juga terdapat beberapa pelukis asing yang ikut terlibat di dalamnya seperti Rudolf Bonnet.

Gambar 3.8 Walter Spies (sumber: Wikimedia.org)

Teknik dan gaya melukis tersendiri, Walter Spies dan Rudolf Bonnet bekerjasama dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati menghimpun seniman lokal dalam sebuah komunitas seniman pelukis yang diberi nama kelompok Pitamaha tahun 1936, dan dikenal sebagai wadah kooperatif dan komunikatif bagi pelukis asing dan lokal di daerah Ubud-Gianyar.

Selama aktivitas kesenian sekaligus sebagai tempat akulturasi budaya tersebut, secara tidak langsung memerlukan beberapa fasilitas bagi seniman asing seperti Walter Spies dan Rudolf Bonnet termasuk masalah tempat tinggalnya. Seperti telah dijelaskan diatas, pada masa itu munculnya penginapan dan hotel baru di sekitar daerah Kintamani dan Denpasar saja, dan itu pun jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya dari kawasan Ubud relatif sangat jauh.

Raja Ubud yakni Tjokorda Gde Agung Sukawati yang memiliki keinginan belajar yang begitu dalam, rela memberikan lahan untuk dikelola sendiri oleh anggota krama tamiu (orang asing). Bahkan seniman Raja Ubud yakni Tjokorda Gde Agung Sukawati yang memiliki keinginan belajar yang begitu dalam, rela memberikan lahan untuk dikelola sendiri oleh anggota krama tamiu (orang asing). Bahkan seniman

Hal tersebut merupakan tonggak awal lahirnya pola pelayanan wisata dalam arti khusus yang kini disebut homestay, dimana sekarang berkembang di kawasan wisata pedesaan di Ubud. Dalam rangka memenuhi antusias wisatawan untuk mengenal potensi alam budaya Bali secara lebih mendalam. Mereka merasuk ke dalam realita kehidupan sosial budaya Bali secara langsung. Menginap di rumah penduduk memberi peluang leluasa untuk berbaur, bersentuhan langsung dengan situasi rural, dan cara hidup masyarakat sehari-hari. Menjadikan homestay sebagai peluang mata pencaharian bagi masyarakat lokal.

Homestay menjadi sebuah perkembangan trend wisata yang disambut positif dan simpati oleh penduduk setempat. Rumah adat beralih fungsi menjadi tempat penginapan dengan menyuguhkan kesan sederhana, aman dan nyaman bagi pengunjung yang belum terbiasa hidup di kawasan tropis. Karakter khas berbau etnis dan religius yang ada di lingkungan homestay tidak menjadi penghalang proses pembauran. Keadaan ini terus berlangsung secara alami dan penuh kekeluargaan hingga saat ini.

3.7 Perkembangan Homestay di Ubud Pada Saat Ini

Jumlah homestay yang tercatat di Kecamatan Ubud mencapai total 340 homestay per Juni 2017 (Kecamatan Ubud). Hal tersebut menjadi latar belakang dengan berkembangnya bisnis akomodasi berjenis homestay dan Jumlah homestay yang tercatat di Kecamatan Ubud mencapai total 340 homestay per Juni 2017 (Kecamatan Ubud). Hal tersebut menjadi latar belakang dengan berkembangnya bisnis akomodasi berjenis homestay dan