Konstelasi antara Keterlibatan Warga Negara, Tanggung Jawab Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan

D. Konstelasi antara Keterlibatan Warga Negara, Tanggung Jawab Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan

Bagian ini memaparkan keterkaitan sistemik antara konsep civic engagement (Keterlibatan warga negara) , social responsibility (Tanggung jawab sosial) dan Pendidikan Kewarganegaraan ( Citizenship education ) dalam penelitian ini.

Mengawali dengan menengok kembali landasan operasional PKn (Wahab & Sapriya, 2011), yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pada pasal 3 yang menyatakan bahwa ‘’Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokr atis serta bertanggung jawab.”, ditambah oleh penjelasan

Pasal 37 “... dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Peraturan tersebut kemudian diperkuat kembali melalui PP No. 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, pada penjelasannya dikatakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. ”. Hal yang senada juga ditemukan pada peraturan No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi berkaitan dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dari peraturan- peraturan tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa PKn menjadi salah satu sarana untuk mengembangkan potensi-potensi yang diperlukan untuk berbangsa, bernegara dan berdemokrasi.

Warga negara yang aktif merupakan salah satu komponen penting untuk berjalan dengan baiknya sistem demokrasi. Berkaitan dengan hal tersebut, partisipasi warga negara menjadi krusial karena termasuk tujuan akhir dari PKn. (Winataputra, 2012). Dimensi partisipasi warga negara menurut Quigley, dkk (1991) dalam (Winataputra, 2012), dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warganegara. Tujuan-tujuan tersebut dapat terjewantahkan dengan berbagai bentuk peran serta dan aksi-aksi sosial di masyarakat. Sebagai penunjang hal tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenal sebagai wahana pendidikan demokrasi, yang terdiri dari jalur program pendidikan formal, nonformal dan informal membutuhkan perangkat pengalaman belajar (learning experiences) (Winataputra, 2012) untuk menghasilkan warga negara yang aktif. Sedangkan salah satu indikasi warga negara aktif ialah adanya partisipasi dan keterlibatan warga negara dalam ruang dan kepentingan publik.

Berangkat dari pendapat Winataputra (Wahab & Sapriya, 2011) mengenai obyek kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang saat ini sudah lebih luas daripada embrionya. Struktur keilmuwan yang dikenal sebagai citizenship education, memiliki paradigma sistemik yang di dalamnya terdapat tiga domain, antara lain: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural.

Ketiga domain tersebut satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang diikat oleh konsepsi kebajikan dan budaya kewarganegaraan ( civic virtue and civic culture ) yang mencakup penalaran kewarganegaraan ( civic knowledge ), sikap/watak kewarganegaraan ( Civic Disposition ), keterampilan kewarganegaraan ( Civic Skills ), keyakinan diri kewarganegaraan ( civic confidence ), komitmen kewarganegaraan ( Civic Commitment ), dan kemampuan kewargaan ( civic competence ). (CCE, 1994; Wahab & Sapriya, 2011)

Mengacu pada hal tersebut dapat terlihat bahwa kajian PKn sangatlah luas dan kompleks, dan Winataputra menyebutnya multifacet. Tetapi inti dari itu semua hampir sama, jika di simpfilikasi intinya adalah upaya untuk menciptakan a good and smart citizen . Sebagai seorang pribadi, warga negara yang aktif adalah produk yang diharapkan muncul dari PKn. Adapun Hoskins dan Mascherini menyebutkan ada empat bidang aktivitas yang mencerminkan warga negara aktif, antara lain bidang representative democracy, community life, protest and social change and democratic values. (Pancer, 2015)

Pemenuhan bidang aktivitas tersebut di domain kurikuler tidak cukup untuk dapat mengembangkan empat bidang di atas. Oleh karena itu hadirlah konsep civic engagement , yang bisa diartikan sebagai segala aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang tidak hanya untuk menunjukkan di mana letak persoalan sosial. Maka perlu ada upaya nyata dari warga negara untuk dapat mengkolaborasikan kemampuan, pengetahuan, nilai dan kepercayaan untuk membuat perubahan di masyarakat.

Tentu aktivitas civic engagement di atas merupakan upaya paripurna dari bidang kajian ini untuk dapat meraih hasil maksimal dalam mencerdaskan warga negara. Mengenai bagaimana warga negara tersebut dapat memiliki keterikatan terhadap masyarakat, tentu perlu memiliki modal-modal khusus, diantara rasa Tentu aktivitas civic engagement di atas merupakan upaya paripurna dari bidang kajian ini untuk dapat meraih hasil maksimal dalam mencerdaskan warga negara. Mengenai bagaimana warga negara tersebut dapat memiliki keterikatan terhadap masyarakat, tentu perlu memiliki modal-modal khusus, diantara rasa

Instrumen untuk pengembangan civic engagement tentu banyak, tapi dari sekian banyak, saya mencoba membawa crowdfunding pada penelitian sebagai instrumennya untuk memupuk social responsibility. Atas pertimbangan, bahwa dalam crowdfunding saya melihat beberapa aspek yang cukup potensial untuk pengembangan keilmuwan PKn, asepk-aspek tersebut adalah online movement, volunteerism, economics dan enterpreneurship. Selain itu, mahasiswa masa kini yang identik dengan dunia online menjadi pertimbangan lainnya. Oleh karena itu, saatnya global citizenship berbasis internet mulai diberdayakan dan dikembangkan agar dapat berkontribusi menyukseskan misi PKn di sekolah, kampus dan masyarakat.