Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja di Lapangan Dengan Membandingkan Analisis SNI Pada Struktur Bangunan Gedung Pemerintah

(1)

Arruan, Arthur. 2014, Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja Di Lapangan Dengan Membandingkan Analisis Sni Dan Analisis Bow Pada Pembesian Dan Bekisting Kolom. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Bangun, F, Franky. 2009, Perbandingan Indeks Satuan Kerja Untuk Pekerja Proyek Pada Proyek Jalan Dan Bangunan Perumahan Dengan Metode “Time & Motion Study Analysis”. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara - Medan.

SNI 6897 : 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding Untuk Konstruksi Banunan Gedung Dan Perumahan, Badan Standarisasi Nasional.

SNI 2837 : 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran Untuk Konstruksi Banunan Gedung Dan Perumahan, Badan Standarisasi Nasional.

Ervianto, I Wulfram, 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi,Yogyakarta. Soeharto, I, 2001. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.

Jakarta : Erlangga.

Pranata, Agung. 2015, Studi Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Pada Proyek Gedung Dengan Metode Bow, Sni,Dan Lapangan.Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Hasanuddin – Makassar.

Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2, Kanisius, Yogyakarta.

Sritomo, W., 1989. Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Edisi Pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya.


(2)

Perkim : 2016, Daftar Analisa Harga Satuan Upah dan Bahan, Dinas Perumahan dan Permukiman, Kota Medan 2016.


(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan data dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan di lapangan yang meninjau pergerakan pekerja dalam menyelesaikan satu jenis pekerjaan.Untuk mencapai maksud tersebut, diperlukan perencanaan langkah-langkah yang sesuai yang akan diambil guna membantu dalam proses penelitian. Oleh karena itu, pada bab ini akan dijelaskan strategi penelitian yang akan dilaksanakan.

Rancangan penelitian ini meliputi pekerjaan persiapan, pengumpulan data, dan analisis data terhadap hasil pengamatan di lapangan. Adapun skema rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian dalam Gambar 3.1.

3.2 Pekerjaan Persiapan

Adapun pekerjaan persiapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yakni :

 Mencari literatur yang berkaitan dengan pengamatan pergerakan pekerja terhadap satu pekerjaan di lapangan terutama tentang pekerjaan pemasangan batu bata dan plasteran, dan menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. Studi literatur dalam penelitian ini meliputi berbagai sumber seperti: jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.

 Menentukan lokasi proyek yang akan ditinjau, yaitu proyek bangunan gedung pemerintah di kota medan


(4)

 Menentukan jenis pekerjaan yang akan diteliti, yaitu pekerjaan pasangan bata dan plasteran.

 melakukan survei lokasi, pengukuran luas daerah yang diamati, menghitung kebutuhan material, dan melakukan pengamatan dengan menggunakan bantuan form pengamatan untuk setiap pekerjaan pasangan bata dan plasteran.

3.3 Alat yang digunakan

Dalam melakukan observasi langsung di lapangan atau proyek untuk penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut :

 Alat tulis

 Form pengamatan

 Meteran

 Jam

 Handphone (pengganti stopwatch)

 Gambar proyek

3.4 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada proyek Gedung Pemerintah di kota medan. Baru dengan waktu pengambilan data observasi lapangan dan wawancara pekerja selama 30 hari, dimulai dari tangga l 9 September 2016 sampai 9 Oktober 2016.


(5)

Adapun proses pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

3.5.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil survey langsung dilapangan dengan memakai metode time & motion study yaitu metode yang mengukur atau mengamati secara langsung gerak kerja dari objek pengamatan dalam hal ini pekerja lapangan untuk menghasilkan lama waktu penyelesaian suatu item pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja. Selain itu data yang perlu diambil di lapangan yaitu

 Jenis pekerjaan, yaitu untuk mengetahui item pekerjaan yang diamati, dalam pengamatan ini yaitu pekerjaan pasangan bata dan plasteran.

 Waktu pengamatan, yaitu terdiri dari waktu saat pengamatan dilakukan.

 Durasi pengamatan, yaitu untuk mengetahui waktu yang digunakan oleh tenaga kerja untuk menyelesaikan satu item pekerjaan. Dalam pengukuran durasi digunakan handphone/jam untuk memperjelas durasi pekerjaan.

 Hasil Pekerjaan, yaitu untuk mengetahui berapa volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja dalam durasi yang telah diukur.

 Tenaga Kerja, yaitu untuk mengetahui banyaknya jumlah pekerja yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja tersebut.

Pasangan dinding bata merah dapat dihitung berdasarkan satuan m² maupun m³. Dan pada penilitian ini dimensi bata merah yang digunakan adalah jenis bata pabrikasi mesin rata-rata adalah tebal 4,5 cm, lebar 9,5 cm, dan panjang 20 cm. Dalam pengamatan dilapangan ini untuk mendapatkan lamanya pengerjaan untuk 1 m² pasangan bata merah dapat dihitung dengan melihat jumlah bata merah


(6)

yang dipasang. Adapun jumlah pasangan bata merah yang dapat membentuk 1 m² dinding pasangan bata merah yaitu

Jumlah bata merah = Luas dinding pasangan bata merah Luas penampang bata merah +spesi

= 1 2 0,22 0,065 2

= 70 bata merah.

Jadi untuk mengukur lamanya pemasangan 1m² dinding dengan menghitung jumlah batu bata yang di pasang yaitu sebanyak 70 bata.

Lantai 1

 Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja

2 Tukang Batu

 Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja


(7)

 Pekerjaan plesteran + acian setebal 20 mm.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja

2 Tukang Batu

Lantai 2

 Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja

2 Tukang Batu

 Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja


(8)

 Pekerjaan plesteran + acian setebal 20 mm.

Jumlah group : group.

Jumlah pekerja : orang. Jumlah tukang batu : orang.

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam ) 1 Pekerja

2 Tukang Batu

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari teori-teori atau tabel ketetapan yang dalam hal ini digunakan Standard Nasional Indonesia (SNI) dan analisa harga satuan Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan 2016 untuk bangunan gedung yang akan digunakan sebagai acuan untuk perbandingan koefisien tenaga kerja untuk proyek-proyek bangunan gedung.

3.6 Analisis Data

Setelah seluruh data-data yang diperoleh dari pengamatan dari penelitian ini terkumpul, kemudian dilakukan pengumpulan data serta pengolahan data primer dan sekunder yang telah diperoleh. Setelah data dipilah dan dikumpulkan kemudian dilakukan analisa data hasil penelitian di lapangan dan kemudian dievaluasi. Tahapan yang dilalui dalam analisa data yaitu:


(9)

Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan 1m² dinding pasangan bata, harus terlebih dahulu diperoleh lamanya pekerjaan dinding pasangan bata untuk luasan 1m² ( c jam atau menit ) dengan pengamatan lapangan secara langsung dengan alat bantu stopwatch.

Perhitungan untuk mendapatkan nilai koefisien tenaga kerja adalah

=

7 ( OH ) Keterangan :

= Koefisien tenaga kerja ( Orang Hari / OH )

c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Rumus di atas digunakan untuk menghitung koefisien tenaga kerja dari pekerja dan tukang batu.

2) Menentukan koefisien bahan pada setiap item pekerjaan. Koefisien bahan ditentukan untuk mengetahui jumlah material terpakai pada setiap item pekerjaan,misalnya jumlah batu bata yang digunakan untuk per m2.

3) Menghitung harga upah tenaga kerja setiap item pekerjaan berdasarkan koefisien tenaga kerja hasil tinjauan lapangan. Perhitungan harga upah tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus :

11

4) Membandingkan harga satuan pekerjaan berdasarkan Tinjauan lapangan dengan analisa SNI.


(10)

3.7 Flowchart Penelitian

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

Analisis Koefisien harga satuan tenaga kerja dilapangan dengan membandingkan analisi SNI pada struktur bangunan gedung pemerintahan

Perumusan masalah

Studi Literatur

Survey Pendahuluan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Observasi lapangan dan wawancara

Lantai 1 Lantai 2

1 bata ½ bata Plesteran n

Gambar proyek SNI

1 bata ½ bata Plesteran n

Pengolahan dan analisis data

 Software (microsoft excel 2010)

 Disajikan dalam bentuk matematik dan tabel

Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran


(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengamatam langsung di lapangan tentang perhitungan harga satuan pekerjaan pasangan batu bata dan pekerjaan plesteran dengan menggunakan pengamatan langsung di lapangan dan analisa SNI. Perhitungan ini dilakukan dengan melakukan studi kasus pada Proyek Rehab Berat Gedung Induk I Inspektorat Provinsi Sumatera Utara di Jl. Wahid Hasyim No.8 Medan Baru, Sumatera Utara.

4.2 Data Primer

Berikut data yang diperoleh di lapangan : Lantai 1

 Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Jumlah group : 4 group.

Jumlah pekerja : 4 orang. Jumlah tukang batu : 4 orang.

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1 bata, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 2,67


(12)

 Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Jumlah group : 4 group.

Jumlah pekerja : 4 orang. Jumlah tukang batu : 4 orang.

Tabel 4.2 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1/2 bata, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 1,92

2 Tukang Batu 0,80

 Pekerjaan plesteran + acian setebal 20 mm.

Jumlah group : 4 group.

Jumlah pekerja : 4 orang. Jumlah tukang batu : 4 orang.

Tabel 4.3 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 plesteran, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 1,83


(13)

Lantai 2

 Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Jumlah group : 2 group.

Jumlah pekerja : 2 orang. Jumlah tukang batu : 2 orang.

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1 bata, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 2,53

2 Tukang Batu 1,07

 Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Jumlah group : 2 group.

Jumlah pekerja : 2 orang. Jumlah tukang batu : 2 orang.

Tabel 4.5 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1/2 bata, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 1,83


(14)

 Pekerjaan plesteran + acian setebal 20 mm.

Jumlah group : 4 group.

Jumlah pekerja : 4 orang. Jumlah tukang batu : 4 orang.

Tabel 4.6 Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 plesteran, yaitu :

No Kebutuhan Tenaga Lamanya pengerjaan ( jam )

1 Pekerja 1,69

2 Tukang Batu 0,73

4.3 Data Sekunder.

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari teori-teori atau tabel ketetapan dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Dalam hal ini, data yang digunakan sebagai data skunder adalah data yang diambil dari Standard Nasional Indonesia untuk pekerjaan konstruksi bangunan.

Data yang diambil berupa data ketetapan indeks satuan kerja yang telah disepakati untuk digunakan sebagai acuan dalam perhitungan anggaran biaya pekerjaan proyek konstruksi. Data ini yang kemudian akan di bandingkan dengan data indeks satuan kerja yang diperoleh dari hasil survey lapangan.


(15)

1. Pekerjan pasangan dinding ( SNI 6897 : 2008 )

Tabel 4.7. Tabel SNI koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm.

Kebutuhan Satuan Indeks

Tenaga Pekerja OH 0,600

Tukang batu OH 0,200

Kepala tukang OH 0,020

Mandor OH 0,030

(Sumber : Data Sekunder “SNI 2008”)

Tabel 4.8. Tabel SNI koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal ½ bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm.

Kebutuhan Satuan Indeks

Tenaga Pekerja OH 0,300

Tukang batu OH 0,100

Kepala tukang OH 0,010

Mandor OH 0,015


(16)

2. Pekerjaan plesteran ( SNI 2837 : 2008 )

Tabel 4.9. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² plesteran tebal 20 mm.

Kebutuhan Satuan Indeks

Tenaga Pembantu tukang OH 0,400

Tukang batu OH 0,200

Kepala tukang OH 0,020

Mandor OH 0,022

(Sumber : Data Sekunder “SNI 2008”)

4.4 Perhitungan Koefisien TenagaKerja

Perhitungan koefisien tenaga kerja dapat dilakukan setelah diperoleh nilai dari lama waktu pengerjaan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan dari hasil survey lapangan. Pada penelitian ini jenis pekerjaan yang diteliti adalah pekerjaan pemasangan batu bata dan plesteran. Adapun lokasi proyek yang di survey adalah lokasi Proyek Rehab Berat Gedung Induk I Inspektorat Provinsi Sumatera Utara di Jl. Wahid Hasyim No.8 Medan Baru, Sumatera Utara. Adapun perhitungan indeks satuan kerja dari penelitian ini adalah:

4.4.1 Pekerjaan Pasangan Batu Bata Dan Plesteran Lantai 1 4.4.1.1 Pekerjaan Pasangan Bata 1 Batu

-Pekerja.


(17)

m2pasangan batu ( c ) = 2.67 jam a p= c(jam)

7 jam

= 2.67 7

= 0.381 OH.

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 1.20 jam

a tb= c(jam)

7 jam

= 1.20 7

= 0.171 OH.

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Tabel 4.10. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan.


(18)

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,600 0,381

T. Batu OH 0,200 0,171

4.4.1.2 Pekerjaan Pasangan Bata 1/2 Batu

-Pekerja.

Dari pengamatan terhadap seorang pekerja, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 1.92 jam

� =

( )

7 = 1.92

7

= 0,274 OH

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 0.80 jam

= ( ) 7

= 0.80 7

= 0.114 OH

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).


(19)

Tabel 4.11. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1/2 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan.

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,300 0,274

T. Batu OH 0,100 0,114

4.4.1.3 Pekerjaan Plesteran setebal 20 mm

-Pekerja.

Dari pengamatan terhadap seorang pekerja, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pekerjaan plesteran ( c ) = 1.83 jam

� = 7 ( ) = 1.83

7

= 0.261 OH

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pekerjaan plesteran ( c ) = 0.75 jam

= 7

= 0.75 7


(20)

= 0.107 OH

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Tabel 4.12. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² pekerjaan plesteran dinding setebal 20 mm, berdasarkan pengamatan lapangan.

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,400 0,261

T. Batu OH 0,200 0,107

4.4.1.4 Perhitungan Kebutuhan Material Pemasangan Dinding Batu Merah per m2

Berikut ini akan dibahas mengenai perhitungan jumlah material yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemasangan batu merah dan pekerjaan plesteran per m2. Perhitungan ini berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.

1) Pemasangan batu merah

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa jumlah batu merah yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 m2 pasangan dinding adalah 140 buah dengan ukuran batu merah yang digunakan 20cm x 9.5cm x 4.5cm.


(21)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa jumlah batu merah yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 m2 pasangan dinding adalah 70 buah dengan ukuran batu merah yang digunakan 20cm x 9.5cm x 4.5cm.

2) Untuk spesi campuran

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 m3 ( 4 kali berat semen ) dapat menghasilkan pasangan dinding seluas 5 m2.

Sehingga kebutuhan material per m2 adalah Semen = 40 kg / 5 m2 = 8 kg

Pasir = 0,114 m3 / 5 m2 = 0,023 m3

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1/2 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 m3 ( 4 kali berat semen ) dapat menghasilkan pasangan dinding seluas 7.5 m2.

Sehingga kebutuhan material per m2 adalah Semen = 40 kg / 7.5 m2 = 5.333 kg

Pasir = 0,114 m3 / 7.5 m2 = 0,015 m3 3) Untuk pekerjaan plesteran

 Untuk pekerjaan plesteran (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 m3 (4 kali semen), dapat menghasilkan pekerjaan plesteran seluas 8 m2 Sehingga


(22)

kebutuhan material per m2 adalah Semen = 40 kg / 8 m2 = 5 kg Pasir = 0,114 m3 /8 m2 = 0,014 m3

Tabel 4. 13. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1 bata ( 1PP : 4PC ).

NO Bahan/Tenaga Satuan Koefisien

Pekerja

1 Bahan :

Semen Kg 8

Pasir Pasang M3 0.023

Batu Merah Buah 140

2 Upah :

Pekerja OH 0.381

Tukang OH 0.171

Tabel 4. 14. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1/2 bata ( 1PP : 4PC ).

NO Bahan/Tenaga Satuan Koefisien

Pekerja

1 Bahan :

Semen Kg 5.333

Pasir Pasang M3 0.015

Batu Merah Buah 70

2 Upah :

Pekerja OH 0.274

Tukang OH 0.114

Tabel 4. 15. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pekerjaan plesteran ( 1PP : 4PC ).


(23)

NO Bahan/Tenaga Satuan Koefisien Pekerja

1 Bahan :

Semen Kg 5

Pasir Pasang M3 0.014

2 Upah :

Pekerja OH 0.261

Tukang OH 0.101

4.4.2 Pekerjaan Pasangan Batu Bata Dan Plesteran Lantai 2 4.4.2.1 Pekerjaan Pasangan Bata 1 Batu

-Pekerja.

Dari pengamatan terhadap seorang pekerja, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 2,531 jam

a p= c(jam)

7 jam

= 2,531 7 = 0,362 OH.

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 1,07 jam


(24)

7 jam

= 1,07 7

= 0,153 OH.

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Tabel 4.16. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan.

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,600 0,362

T. Batu OH 0,200 0,153

4.4.2.2 Pekerjaan Pasangan Bata 1/2 Batu

-Pekerja.

Dari pengamatan terhadap seorang pekerja, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 1,83 jam

� = 7 ( ) = 1,83

7

= 0,262 OH

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).


(25)

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu ( c ) = 0,78 jam

= ( ) 7

= 0,78 7

= 0,112 OH

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Tabel 4.17. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1/2 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm.

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,300 0,262

T. Batu OH 0,100 0,112

4.4.2.3 Pekerjaan Plesteran setebal 20 mm

-Pekerja.

Dari pengamatan terhadap seorang pekerja, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pekerjaan plesteran ( c ) = 1,69 jam

� = 7 ( ) = 1,69


(26)

= 0,242 OH

� = Koefisien tenaga kerja pekerja ( Orang Hari / OH ) c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

- Tukang.

Dari pengamatan terhadap seorang tukang, lamanya pekerjaan untuk 1 m2 pekerjaan plesteran ( c ) = 0,73 jam

= 7

= 0,73 7

= 0,105 OH

= Koefisien tenaga kerja tukang batu ( Orang Hari / OH ) c= lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

Tabel 4.18. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² pekerjaan plesteran dinding setebal 20 mm.

Kebutuhan Satuan

Koefisien

SNI Lapangan

Tenaga Pekerja OH 0,400 0,262

T. Batu OH 0,200 0,105

4.4.2.4 Perhitungan Kebutuhan Material Pemasangan Dinding Batu Merah per m2

Berikut ini akan dibahas mengenai perhitungan jumlah material yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemasangan batu merah dan pekerjaan


(27)

plesteran per m2. Perhitungan ini berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.

1) Pemasangan batu merah

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa jumlah batu merah yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 m2 pasangan dinding adalah 140 buah dengan ukuran batu merah yang digunakan 20cm x 9.5cm x 4.5cm.

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1/2 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa jumlah batu merah yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 m2 pasangan dinding adalah 70 buah dengan ukuran batu merah yang digunakan 20cm x 9.5cm x 4.5cm.

2) Untuk spesi campuran

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 m3 ( 4 kali berat semen ) dapat menghasilkan pasangan dinding seluas 5.1 m2.

Sehingga kebutuhan material per m2 adalah Semen = 40 kg / 5.1 m2 = 7.843 kg/m Pasir = 0,114 m3 / 5.1 m2 = 0,022 m3

 Untuk pemasangan bata merah tebal 1/2 bata (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 m3 ( 4 kali berat semen )


(28)

dapat menghasilkan pasangan dinding seluas 7.4 m2. Sehingga kebutuhan material per m2 adalah

Semen = 40 kg / 7.4 m2 = 5.405 kg Pasir = 0,114 m3 / 7.4 m2 = 0,015 m3 3) Untuk pekerjaan plesteran

 Untuk pekerjaan plesteran (1 PC : 4 PP)

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan menggunakan 1 zak semen (40 kg) dan pasir sebanyak 0.114 kg (4 kali semen), dapat menghasilkan pekerjaan plesteran seluas 7 m2 Sehingga kebutuhan material per m2 adalah

Semen = 40 kg / 7 m2 = 5.714 kg Pasir = 0,114 m3 / 7 m2 = 0,016 m3

4.4.2.5 Perhitungan Jasa Pengangkutan material pasangan dinding bata dan plesteran lantai 2

Berikut ini akan dibahas mengenai perhitungan jumlah material yang diangkut untuk pekerjaan pemasangan batu merah dan pekerjaan plesteran di lantai 2. Perhitungan ini berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.

1) Material Batu Merah

 Untuk pengangkutan material bata merah

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa material yang dibutuhkan untuk pasangan dinding adalah batu merah dengan ukuran batu merah yang digunakan 20cm x 9.5cm x 4.5cm.


(29)

Sehinnga upah angkut bata merah adalah Bata = Rp 40,-/bata

2) Material Pasir Pasang

 Untuk pengangkutan material pasir pasang

Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa material yang dibutuhkan untuk pekerjaan pasangan bata dan plesteran adalah pasir pasang. Sehingga upah angkut pasir pasang adalah

Pasir pasang = Rp 40.000,-/m3

Tabel 4. 19. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1 bata ( 1PP : 4PC ).

No Upah dan Bahan Satuan Harga

1

Bahan :

Semen Kg 7.843

Pasir Pasang M3 0.022

Batu Merah Buah 140

2

Upah :

Pekerja OH 0.362

Tukang OH 0.153

3

Jasa Angkut Material :

Pasir Pasang M3 0.022

Batu Merah Buah 140

Tabel 4. 20. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1/2 bata ( 1PP : 4PC ).


(30)

No Upah dan Bahan Satuan Harga

1

Bahan :

Semen Kg 5.405

Pasir Pasang M3 0.015

Batu Merah Buah 70

2

Upah :

Pekerja OH 0.262

Tukang OH 0.112

3

Jasa Angkut Material :

Pasir Pasang M3 0.015

Batu Merah Buah 70

Tabel 4. 21. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pekerjaan plesteran ( 1PP : 4PC ).

No Upah dan Bahan Satuan Harga

1

Bahan :

Semen Kg 5.714

Pasir Pasang M3 0.016

2

Upah :

Pekerja OH 0.242

Tukang OH 0.105

3 Jasa Angkut Material :

Pasir Pasang M3 0.016

Berikut beberapa analisis dari nilai koefisien tenaga kerja yang diperoleh dari survey lapangan yang dapat dipaparkan oleh peneliti ketika melakukan survey di lapangan, yaitu :

1. Pekerjaan pasangan dinding.

Hal yang terlihat di lapangan penyebab perbedaan nilai koefisien upah dan bahan untuk setiap pekerjaan adalah profesionalitas dari pekerja terutama untuk tukang pasang batu hal ini dipengaruhi oleh pengalaman kerja dari tukang batu tersebut. Ada tukang batu yang gerak kerjanya cepat dan ada juga yang lambat,


(31)

ada tukang batu yang bekerja sambil cerita dengan teman 1 groupnya sehingga memperlambat gerak kerja. Hal ini juga mempengaruhi gerak kerja dari pembantu tukang atau pekerja.

2. Pekerjaan plesteran.

Sama halnya dengan pekerjaan pasangan dinding, lamanya gerak kerja tukang batu untuk pekerjaan plesteran secara umum juga dipengaruhi oleh profesionalitas dari pekerja terutama tukang batu untuk masing-masing proyek berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman kerja dari pekerja tersebut.

4.5 Perhitungan Harga Satuan kerja.

Untuk mendapatkan perbandingan nilai koefisien upah dan bahan yang lebih jelas maka nilai koefisien upah dan bahan dikalikan dengan harga standard upah dan bahan sehingga diperoleh harga satuan pekerjaan untuk item pekerjaan yang diteliti untuk masing-masing proyek. Sehingga dapat dilihat perbandingan harga satuan pekerjaan untuk nilai koefisien berdasarkan standard dan berdasarkan penelitian di lapangan.

Adapun harga standard upah dan bahan yang digunakan merupakan harga yang terbaru yang dan didapat dari hasil wawancara dan survey harga material dan Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan 2016.

Besaran harga tersebut yaitu :

Tabel 4.22. Tabel Standard Harga Upah, Bahan dan Jasa Angkut Material berdasarkan Pengamatan Lapangan.


(32)

No Upah dan Bahan Satuan Harga

1

Bahan :

Semen Kg Rp. 1,200,-

Pasir Pasang M3 Rp. 90,000,-

Batu Merah Buah Rp. 420,-

2

Upah :

Pekerja Hari Rp. 85,000,-

Tukang Hari Rp. 120.000,-

3

Jasa Angkut Material :

Pasir Pasang M3 Rp. 40,000,-

Batu Merah Buah Rp. 40.-

( Sumber : Data Primer “wawancara dan survey harga material” )

Adapun tabel perhitungan harga satuan upah dan bahan untuk masing-masing pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan yaitu :

4.5.1 Lantai 1

4.5.1.1 Perhitungan Harga Satuan Upah Dan Bahan Berdasarkan Pengamatan Lapangan

Berdasarkan koefisien tenaga kerja, dan material (bahan) yang telah dihitung sebelumnya, maka berikut ini akan ditampilkan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan.

1. Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Tabel 4. 23. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan pengamatan lapangan.


(33)

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 8 Kg Rp1,200 Rp9,6000

Pasir Pasang 0,023 M3 Rp90,000 Rp2,070

Batu Merah 140 Buah Rp420 Rp58,000

Jumlah bahan Rp69,670

2

Upah :

Pekerja 0,381 Hari Rp85,000 Rp32,385

Tukang 0,171 Hari Rp120,000 Rp20,520

Jumlah Upah Rp52,905

Total Rp122,575

2. Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Tabel 4. 24. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1/2 bata berdasarkan pengamatan lapangan.

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1 Bahan :

Semen 5,333 Kg Rp1,200 Rp6,400

Pasir Pasang 0,015 M3 Rp90,000 Rp1,350

Batu Merah 70 Buah Rp420 Rp29,400

Jumlah bahan Rp37,150

2 Upah :

Pekerja 0,274 Hari Rp85,000 Rp23,290

Tukang 0,114 Hari Rp120,000 Rp13,680

Jumlah Upah Rp36,970

Total Rp74,120

3. Pekerjaan Plesteran + Acian.

Tabel 4.25. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan pengamatan lapangan.


(34)

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1 Bahan :

Semen 5 Kg Rp1,200 Rp6,000

Pasir Pasang 0,014 M3 Rp90,000 Rp1,260

Jumlah bahan Rp7,260

2 Upah :

Pekerja 0,261 Hari Rp85,000 Rp22,185

Tukang 0,101 Hari Rp120,000 Rp12,120

Jumlah Upah Rp34,305

Total Rp41,565

4.5.1.2 Perhitungan Harga Satuan Upah dan Bahan Berdasarkan Analisa SNI

Harga satuan pekerjaan berdasarkan SNI akan digunakan sebagai pembanding dengan harga satuan berdasarkan pengamatan lapangan, SNI yang akan digunakan adalah SNI 6897-2008 dan SNI 2837-2008 adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Tabel 4. 26. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisa SNI.

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 26,55 Kg Rp1,200 Rp31,860

Pasir Pasang 0,093 M3 Rp90,000 Rp8,370

Batu Merah 140 Buah Rp420 Rp58,800

Jumlah bahan Rp99,030

2

Upah :

Pekerja 0,6 Hari Rp85,000 Rp51,000

Tukang 0,2 Hari Rp120,000 Rp24,000

Jumlah Upah Rp75,000


(35)

2. Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Tabel 4. 27. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1/2 bata berdasarkan analisis SNI.

No Upah dan Bahan Koefisien Satuan Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1 Bahan :

Semen 11,5 Kg Rp1,200 Rp13,800

Pasir Pasang 0,043 M3 Rp90,000 Rp3,870

Batu Merah 70 Buah Rp420 Rp58,800

Jumlah bahan Rp76,470

2 Upah :

Pekerja 0,3 Hari Rp85,000 Rp25,500

Tukang 0,1 Hari Rp120,000 Rp12,000

Jumlah Upah Rp37,500

Total Rp113,970

3. Pekerjaan Plesteran + Acian.

Tabel 4.28. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan analisis SNI.

No Upah dan Bahan Koefisien Satuan Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1 Bahan :

Semen 6,154 Kg Rp1,200 Rp7,385

Pasir Pasang 0,017 M3 Rp90,000 Rp1,530

Jumlah bahan Rp8,915

2 Upah :

Pekerja 0,4 Hari Rp85,000 Rp34,000

Tukang 0,2 Hari Rp120,000 Rp24,000

Jumlah Upah Rp58,000


(36)

4.5.1.3 Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan dan metode SNI

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan pemasangan dinding batu merah tebal 1 batu dan ½ batu (1 PC : 4PP) dan pekerjaan plesteran pada lantai 1 sebagai berikut :

Tabel 4.29 Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan langsung, analisa SNI, Kontrak dan HPS

No Item Pekerjaan Lapangan SNI KONTRAK HPS

1

Pasangan batu merah

tebal 1 bata Rp122,575 Rp174,030 Rp275,060 Rp283,160 ( 1PC : 4PP )

2

Pasangan batu merah

tebal ½ Rp74,120 Rp113,970 Rp133,860 Rp137,810 bata ( 1PC : 4PP )

3

Pekerjaan Plesteran

setebal 20 mm Rp41,565 Rp66,915 Rp65,790 Rp67,140 ( 1PC : 4PP )

(Sunber : Data Primer 2016)

4.5.2 Lantai 2

4.5.2.1 Perhitungan Harga Satuan Upah dan Bahan Berdasarkan Pengamatan Lapangan di Lantai 2

Berdasarkan koefisien tenaga kerja, dan material (bahan) yang telah dihitung sebelumnya, maka berikut ini akan ditampilkang harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan.

1. Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Tabel 4. 30. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan pengamatan lapangan.


(37)

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 7,843 Kg Rp1,200 Rp9,412

Pasir Pasang 0,022 M3 Rp90,000 Rp1,980

Batu Merah 140 Buah Rp420 Rp58,000

Jumlah bahan Rp69,392

2

Upah :

Pekerja 0,362 Hari Rp85,000 Rp30,770

Tukang 0,153 Hari Rp120,000 Rp18,360

Jumlah Upah Rp49,130

3

Angkut material :

Pasir Pasang 0,022 M3 40,000 Rp0,880

Batu Merah 140 Buah 40 Rp5,600

Jumlah Jasa Rp6,480

Total Rp125,002

2. Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Tabel 4. 31. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1/2 bataberdasarkan pengamatan lapangan.

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1 Bahan :

Semen 5,405 Kg Rp1,200 Rp6,486

Pasir Pasang 0,015 M3 Rp90,000 Rp1,350

Batu Merah 70 Buah Rp420 Rp29,400

Jumlah bahan Rp37,236

2 Upah :

Pekerja 0,262 Hari Rp85,000 Rp22,270

Tukang 0,112 Hari Rp120,000 Rp13,440

Jumlah Upah Rp35,710

3

Angkut material :

Pasir Pasang 0,015 M3 Rp40,000 Rp0,600

Batu Merah 70 Buah Rp40 Rp2,800

Jumlah Jasa Rp3,400


(38)

3. Pekerjaan Plesteran + Acian.

Tabel 4.32. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan pengamatan lapangan.

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 5,714 Kg Rp1,200 Rp6,857

Pasir Pasang 0,016 M3 Rp90,000 Rp1,440

Jumlah bahan Rp8,297

2

Upah :

Pekerja 0,242 Hari Rp85,000 Rp20,570

Tukang 0,105 Hari Rp120,000 Rp12,600

Jumlah Upah Rp33,170

3 Angkut material :

Pasir Pasang 0,016 M3 Rp40,000 Rp0,640

Jumlah Jasa Rp0,640

Total Rp42,107

4.5.2.2 Perhitungan Harga Satuan Upah dan Bahan Berdasarkan Analisa SNI

Harga satuan pekerjaan berdasarkan SNI akan digunakan sebagai pembanding dengan harga satuan berdasarkan pengamatan lapangan, SNI yang akan digunakan adalah SNI 6897-2008 dan SNI 2837-2008 adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan pasangan dinding 1 bata.

Tabel 4. 33. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisis SNI.


(39)

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 26,55 Kg Rp1,200 Rp31,860

Pasir Pasang 0,093 M3 Rp90,000 Rp8,370

Batu Merah 140 Buah Rp420 Rp58,800

Jumlah bahan Rp99,030

2

Upah :

Pekerja 0,600 Hari Rp85,000 Rp51,000

Tukang 0,200 Hari Rp120,000 Rp24,000

Jumlah Upah Rp75,000

Total Rp174,030

2. Pekerjaan pasangan dinding 1/2 bata.

Tabel 4. 34. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1/2 bata berdasarkan analisis SNI.

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 11,5 Kg Rp1,200 Rp13,800

Pasir Pasang 0,043 M3 Rp90,000 Rp3,870

Batu Merah 70 Buah Rp420 Rp58,800

Jumlah bahan Rp76,470

2

Upah :

Pekerja 0,300 Hari Rp85,000 Rp25,500

Tukang 0,100 Hari Rp120,000 Rp12,000

Jumlah Upah Rp37,500

Total Rp113,970

3. Pekerjaan Plesteran + Acian.

Tabel 4.35. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan analisis SNI.


(40)

No Upah dan

Bahan Koefisien Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

1

Bahan :

Semen 6,154 Kg Rp1,200 Rp7,385

Pasir Pasang 0,017 M3 Rp90,000 Rp1,530

Jumlah bahan Rp8,915

2

Upah :

Pekerja 0,400 Hari Rp85,000 Rp34,000

Tukang 0,200 Hari Rp120,000 Rp24,000

Jumlah Upah Rp58,000

Total Rp66,915

4.5.2.3 Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan dan metode SNI

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan pemasangan dinding batu merah tebal 1 batu dan ½ batu (1 PC : 4PP) dan pekerjaan plesteran pada lantai 1 sebagai berikut :

Tabel 4.36. Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan langsung, analisa SNI, Kontrak dan HPS.

No Item Pekerjaan Lapangan SNI KONTRA

K HPS

1 Pasangan batu merah tebal 1 bata

Rp125,00 2

Rp174,03

0 Rp275,060

Rp283,16 0

( 1PC : 4PP )

2 Pasangan batu merah

tebal ½ Rp76,346

Rp113,97

0 Rp133,860

Rp137,81 0

bata ( 1PC : 4PP )

3 Pekerjaan Plesteran

setebal 20 mm Rp42,107 Rp66,915 Rp65,790 Rp67,140

( 1PC : 4PP )


(41)

4.6 Ratio Perbandingan

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka didapatkan perbedaan harga satuan untuk setiap item pekerjaan dengan perhitungan menggunakan pengamatan langsung, dan analisa SNI. Dari perbandingan harga yang didapatkan, maka persentase perbandingan dapat kami jelaskan dengan menggunakan rumus berikut :

Ratio Perbandingan = � �� − � ℎ

� ��

100%

4.6.1 Ratio Perbandingan Koefisien Lantai 1

Adapun rasio perbandingan Koefisien antara perhitungan analisa SNI dengan perhitungan berdasarkan pengamatan lapangan sebagai berikut :

 Pasangan 1 bata

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,600−0,381

0,600 x100%

= 36,5 % Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,200−0,171

0,200 x100% = 14,5 %

 Pasangan ½ bata

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,300−0,274

0,300 x100% = 8,7 %


(42)

Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,114−0,100

0,114 x100% = 12,3 % ( lapangan )

 Plesteran

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,400−0,261

0,400 x100% = 34,7 %

Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,200−0,101

0,200 x100% = 49,5 %

4.6.2 Ratio Perbandingan Koefisien Lantai 2

Adapun rasio perbandingan koefisien antara perhitungan analisa SNI dengan perhitungan berdasarkan pengamatan lapangan sebagai berikut :

 Pasangan 1 bata

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,600−0,362

0,600 x100% = 39,7 %

Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,200−0,153

0,200 x100%

= 23,5 %

 Pasangan ½ bata

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,300−0,262

0,300 x100% = 12,6 %

Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,112−0,100


(43)

= 10,7 % ( lapangan )

 Plesteran

Ratio Perbandingan Pekerja = 0,400−0,262

0,400 x100% = 34,5 %

Ratio Perbandingan Tukang batu = 0,200−0,105

0,200 x100% = 47,5 %

4.6.3 Ratio Perbandingan Harga Satuan Lantai 1

Adapun rasio perbandingan harga satuan antara perhitungan analisa SNI dengan perhitungan berdasarkan pengamatan lapangan sebagai berikut :

 Pasangan 1 bata

Ratio Perbandingan = 174,030 −122,575

174,030 x100% = 29,6 %

 Pasangan ½ bata

Ratio Perbandingan = 113,970 −74,120

113,970 x100% = 34,9 %

 Plesteran

Ratio Perbandingan = 66,915−41,565


(44)

= 37,8 %

4.6.4 Ratio Perbandingan Harga Satuan Lantai 2

Adapun rasio perbandingan harga satuan antara perhitungan analisa SNI dengan perhitungan berdasarkan pengamatan lapangan sebagai berikut :

 Pasangan 1 bata

Ratio Perbandingan = 174,030 −125,002

174,030 x100% = 28,2 %

 Pasangan ½ bata

Ratio Perbandingan = 113,970 −76,346

113,970 x100%

= 33,0 %

 Plesteran

Ratio Perbandingan = 66,915 −42,107

66,915 x100% = 37,1 %

Dari fakta tersebut dapat diketahui bahwa harga tertinggi untuk perhitungan harga satuan pekerjaan didapatkan dengan perhitungan menggunakan analisa SNI. Adapun hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga tersebut antara lain :

 Perhitungan harga satuan pekerjaan berdasarkan analisa SNI berbeda dengan pengamatan langsung karena SNI berlaku untuk seluruh wilayah


(45)

Indonesia, sedangkan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan disesuaikan dengan kondisi proyek.

 Pada analisa SNI, jam kerja yang diperhitungkan hanya 5 jam per hari, sedangkan pada pengamatan lapangan jam kerja yang diperhitungkan adalah 7 jam sehari.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara pekerja dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbandingan harga satuan berdasarkan pengamatan lapangan dan analisa SNI yang diperoleh sebagai berikut :

 Lantai 1

1. Pasangan dinding 1 bata Lapangan : Rp.122,575,- SNI : Rp. 174,030,- 2. Pasangan dinding ½ bata

Lapangan : Rp.74,120,- SNI : Rp.113,970,- 3. Plesteran dinding

Lapangan : Rp.41,565,- SNI : Rp.66,915,-

 Lantai 2

1. Pasangan dinding 1 bata Lapangan : Rp.125,002,- SNI : Rp. 174,030,- 2. Pasangan dinding ½ bata

Lapangan : Rp.76,346,- SNI : Rp.113,970,-


(47)

3. Plesteran dinding

Lapangan : Rp.42,107,- SNI : Rp.66,915,-

2. Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan antara perhitungan analisa SNI dan pengamatan lapangan adalah :

 Lantai 1

1. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan pengamatan lapangan untuk pasangan dinding 1 bata yaitu 29,6 % 2. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan

pengamatan lapangan untuk pasangan dinding ½ bata yaitu 34,9 % 3. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan

pengamatan lapangan untuk pasangan dinding 1 bata yaitu 37,8 %

 Lantai 2

1. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan pengamatan lapangan untuk pasangan dinding 1 bata yaitu 28,25 % 2. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan

pengamatan lapangan untuk pasangan dinding ½ bata yaitu 33,0 % 3. Rasio perbandingan harga satuan antara analisa SNI dengan

pengamatan lapangan untuk pasangan dinding 1 bata yaitu 37,1% 3. Adapun hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga tersebut antara lain:

 Perhitungan harga satuan pekerjaan berdasarkan analisa SNI berbeda dengan pengamatan langsung karena SNI berlaku untuk seluruh wilayahIndonesia, sedangkan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan disesuaikan dengan kondisi proyek.


(48)

 Pada analisa SNI, jam kerja yang diperhitungkan hanya 5 jam per hari, sedangkan pada pengamatan lapangan jam kerja yang diperhitungkan adalah 7 jam sehari.

5.2 Saran

Setelah melakukan pengamatan di lapangan dan menganalisa data maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan penelitian untuk mengukur dan menetapkan nilai koefisien satuan pekerjaan untuk item-item pekerjaan yang sama pada jenis proyek yang berbeda.

2. Perlu adanya penyempurnaan analisa SNI terbaru pada analisa harga satuan karena hingga saat masih mengacu pada SNI 2008.

3. Pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding batumerah harus intensif, karena berdasarkan pengamatan di lapangan tebal tipisnya plesteran ditentukan dari kerapihan pasangan batu merah.Apabila pasangan batu merah tidak rata, maka berpotensi menyebabkanpemakaian bahan yang banyak untuk pekerjaan plesteran.


(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang menentukan besarnya harga dari satuan pekerjaan adalah indeks satuan kerja dimana harga satuan pekerjaan diperoleh dari perkalian nilai indeks satuan pekerjaan dengan harga standar dari suatu pekerjaan, misalnya upah seorang tukang pasang batu diperoleh dari perkalian indeks satuan kerja untuk tukang pasang batu dikali dengan harga standard tukang perhari untuk saat itu. Untuk saat ini nilai dari indeks satuan kerja telah ditetapkan nilainya dalam Standard Nasional Indonesia.

Untuk mendapatkan nilai dari harga satuan kerja, maka harus diketahui dahulu pengertian dari indeks satuan kerja tersebut dan metode yang digunakan untuk meneliti dimana dalam pembuatan tugas akhir ini metode yang digunakan adalah metode Time and Motion Study.

Selain itu juga hal-hal yang perlu dijelaskan adalah penjabaran dari jenis pekerjaan yang akan diteliti pada proyek rehab berat gedung induk I inspektorat provinsi sumatera utara, yaitu :

1. Pekerjaan pasangan dinding. 2. Pekerjaan plesteran.

2.1 Indeks Satuan Kerja

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan disusun sebagai acuan dasar yang seragam para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan berbagai pekerjaan untuk bangunan gedung dan perumahan. Pelaksana pembangunan gedung dan perumahan yang


(50)

dimaksudkan adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan Gedung dan Perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalarn memperkirakan biaya bangunan.

Tata cara perhitungan ini memuat indeks satuan kerja yang terdiri dari indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan yang bersangkutan. Indeks satuan kerja adalah faktor pengali atau koefisien sebagai dasar perhitungan

biaya bahan dan upah kerja. Seperti yang tersebut pada pengertiannya, maka indeks satuan kerja terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Indeks bahan.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Dalam hal ini, indeks bahan memiliki ketetapan tersendiri sesuai dengan jenis bahan bangunannya.

2. Indeks tenaga kerja.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis pekerjaan oleh seorang pekerja proyek bangunan. Maksudnya adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk dapat menyelesaikan satu jenis pekerjaan tidaklah selalu penuh dalam satu hari kerja.

Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai dari indeks satuan kerja untuk seorang pekerja dalam mengerjakan satuan pekerjaan yaitu dengan membagikan lamanya pekerja tersebut menyelesaikan pekerjaanya ( c ) dengan lamanya jam kerja dalam sehari yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 7 jam kerja dengan satuan Orang Hari ( OH ).


(51)

=

7 ( OH )

Keterangan :

= Indeks satuan kerja ( Orang Hari / OH )

c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

2.2 Metode “Time and Motion Study

Pada awalnya time dan motion study digunakan hanya untuk hal-hal yang sangat spesifik dan dalam ruang lingkup yang sangat sempit. Kedua bidang studi tersebut pertama kali ditemukan dan dikembangkan masing-masing oleh Frederick Taylor untuk Time study dan Gilbreths untuk Motion Study yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Walaupun dikembangkan dan ditemukan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada awalnya hanya time study dan penurunan insentif upah buruh yang lebih berkembang dibandingkan dengan motion study. Keinginan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih baik menggema pada kurun waktu 1930an yang kemudian mengakibatkan perkembangan keilmuan teknik industri untuk menglombinasikan time study dengan motion study yang dapat menghasilkan metode kerja yang lebih baik dan lebih dekat dengan kata ideal. ( Dewiagustiyani, 2013 )

Wignjosoebroto (1995) Motion study and time study adalah suatu pembelajaran sistematis dari sistem kerja dengan tujuan mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik. Dalam perkembangannya kemudian keduanya dipandang sebagai suatu kesatuan yang dikenal dengan nama Time and Motion Study atau studi waktu dan gerakan. Istilah lain yang kemudian hari kerap juga


(52)

digunakan untuk hal ini adalah Methods Engineering. Pada tahap awal dari Methods Engineering adalah menentukan estimasi waktu yang akan dikerjakan oleh pekerja dalam menjalankan tugas pada suatu stasiun kerja.

Buruh atau pekerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan besarnya biaya dalam anggaran suatu pekerjaan proyek. Produktivitas dari pekerja akan mempengaruhi biaya naik, biaya turun dan besarnya keuntungan. Karena itu dibutuhkan teknologi yang dapat memacu produktivitas kerja dan kualitas. Metode time and motion study dapat dijadikan alat untuk mengukur dan membuktikan produktivitas kerja dalam bentuk waktu standard.

Dalam penggunaan metode time and motion study akan diperoleh waktu standard seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu jenis pekarjaan dalam satuan besaran tertentu misalnya waktu standard dalam menyelesaikan pekerjaan 1 m³ pasangan batu.

Menurut Marvin E. Mundel, istilah Time and motion itu sendiri dapat diartikan atas dua hal, yaitu:

a. Motion study

Aspek motion study terdiri dari deskripsi, analisis sistematis dan pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain output, proses, alat kerja, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap aktivitas itu sendiri. Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah aktivitas.


(53)

Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas (Ciptani, 2008)

Menurut Yuliarto (2009) Time and Motion Study dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja.Metode yang digunakan dalam penentuan kebutuhan tenaga kerja (helper) ini adalah dengan menggunakan metode pengukuran waktu jam henti. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Prinsip dari metode ini adalah pengukuran waktu dimana waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebelum melakukan pengukuran waktu terlebih dahulu menguraikan pekerjaan menjadi elemen-elemen atau stasiun kerja, kemudian memilih helper untuk menghitung waktu kerjanya. Helper yang dipilih merupakan pegawai yang memiliki kemampuan rata-rata dalam pekerjaannya, yaitu tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Pengukuran waktu yang digunakan adalah dengan teknik pengukuran langsung yaitu pengukuran waktu kerja yang dilakukan oleh peneliti secara langsung ditempat objek penelitian.

Terdapat dua macam teknik pengukuran time and motion study, yaitu: a. Pengukuran waktu secara langsung.

Cara pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu dengan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja yang sedetail


(54)

mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Cara pengukuran langsung ini dapat menggunakan metode jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling).

1. Stopwatch Time Study.

Stopwatch time study merupakan metode yang paling sesuai dengan pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard. Seorang ahli Universitas Sumatera Utara Fredrich W. Taylor mulai menggunakan stopwatch dalam pekerjaannya sejak tahun 1880 dan metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard terutama dalam dunia industri karena penggunaanya yang sangat sederhana.

Dalam pengerjaannya,metode ini menggunakan alat hitung waktu seperti stopwatch. Beberapa jenis stopwatch yang dapat digunakan adalah :

a. Snapback b. Continuous c. Three watch d. Digital

e. TMU ( time-measured unit )

Proses pengerjaan dari metode ini sangatlah sederhana. Seorang peneliti hanya perlu mengukur lamanya waktu kerja dari seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan kemudian mencatatnya, begitu juga untuk pekerjaan berikutnya sampai didapat data yang akan dijadikan sebagai waktu standard.


(55)

2. Work Sampling.

Work sampling merupakan metode yang mempelajari kinerja dari pekerja berdasarkan lamanya jam kerja. Cara pengambilan datanya dengan observasi langsung terhadap pekerja kemudian membuat suatu kesimpulan dari kinerja orang tersebut. Misalnya dalam rentang waktu 2 jam seorang pekerja bekerja dengan maksimal tetapi setelah 1 jam berikutnya intensitas bekerjanya menurun mugkin dia membutuhkan istirahat dengan mengnurunkan ritme kerjanya dan setelah itu kinerjanya meningkat lagi dan begitu seterusnya sampai berakhir jam Universitas Sumatera Utara kerja. Dari sini dapat diambil kesimpulan seberapa besar produktivitas dari pekerja tersebut.

b. Pengukuran waktu secara tidak langsung.

Cara pengukurannya dengan melakukan penghitungan waktu kerja dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Cara pengukuran tidak langsung, ini dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System).

1. Time Standard ( waktu standard ).

Waktu standard merupakan bagian yang sangat penting sebagai informasi dalam perencanaan suatu pekerjaan.

Waktu standard dapat berguna untuk :

1. Menentukan jumlah alat atau mesin yang dibutuhkan. 2. Menentukan jumlah pemakaian orang.

3. Menentukan anggaran biaya.


(56)

waktu.

5. Menentukan keseimbangan tugas dan alur kerja dari tip bidang dan peralatan. 6. Menentukan gerak kerja individu dan mengidentifikasi permasalahan dalam

suatu pekerjaan.

7. Pembayaran dapat ditetapkan berdasarkan gerak kerja.

8. Mengevaluasi pemakaian biaya dan memilih metode yang baik. 9. Mengatur pengeluaran untuk tenaga kerja.

Waktu standard adalah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan beberapa kondisi:

1. Pekerja yang berkompeten dibidangnya.

Pekerja yang berkompeten dibidangnya sangatlah dibutuhkan. Pengalaman kerja seorang pekerja akan menentukan kualitas dari pekerja tersebut dan lamanya bekerja dibidang yang digeluti merupakan tolak ukur dalam menilai pengalaman seorang pekerja. Dibutuhkan waktu untuk menyesuiakan antara pekerja dan jenis pekerjaan, misalnya menjadi operator mesin traktor, crane, ekskavator dan banyak peralatan berteknologi tinggi yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya dan menyesuaikan diri. Kesalahan terbesar dalam pekerjaan sering dilakukan oleh pekerja yang pengalaman kerjanya masih sedikit. Oleh karna itu, aturan yang baik dalam menerima tenaga kerja harus dimulai dengan seleksi, pelatihan teori dan pelatihan lapangan.

2. Langkah normal.

Dalam penetapan waktu standard untuk suatu jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja sebaiknya masih dalam kondisi waktu kerja yang


(57)

normal yaitu waktu kerja yang tidak pada kondisi keterlambatan jadwal pekerjaan yang menyebabkan pekerja bekerja dalam kondisi tekanan.

3. Spesifikasi tugas.

Yang dimaksud dengan spesifikasi tugas adalah penjelasan detail dari pekerjaan yang diberikan. Hal-hal yang harus dimasukkan dalam penjelasan tugas adalah :

a. Metode kerja yang digunakan. b. Spesifikasi dari material. c. Peralatan yang digunakan.

d. Letak material masuk dan material keluar.

e. Ketentuan tambahan seperti keselamatan kerja, kualitas kerja dan perawatan. Waktu standard hanya baik digunakan jika sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan di atas. Apabila terdapat perubahan karena factor tertentu, maka waktu standard harus berubah juga.

2. Predetermined Time Standard System ( PTSS )

PTSS merupakan teknik dalam menetapkan perencanaan waktu dengan meninjau langkah-langkah kerja yang akan dilakukan. Teknik PTSS digunakan ketika waktu standard dibutuhkan selama merencanakan program kerja yang baru. Pada tahap perencanaan program kerja yang baru, hanya data yang sederhana atau data perkiraan yang ada dan perencana harus menggambarkan kebutuhan dalam pemakaian alat, perlengkapan dan metode kerja. Seorang perencana harus dapat mendesain jaringan kerja yang menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Beberapa jaringan kerja harus didesain, waktu kerja dan total dari pelaksanaan


(58)

pekerjaan harus sudah diperkirakan. Perkiraan waktu kerja ini dapat digunakan untuk menentukan peralatan yang digunakan dan kebutuhan tenaga kerja.

Kriteria-kriteria yang harus terpenuhi pada aktivitas pengukuran time and motion study adalah aktivitas tersebut harus dilaksanakan secara ulang dan seragam, isis atau macam pekerjaan tersebut harus homogen, hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung dan pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya (Wignjosoebroto, 1995).

Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam melaksanakan pengukuran time and motion study harus mempertimbangkan banyak faktor antara lain kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur (Universitas Kristen Petra, 2009).

2.2.1 Pengamatan dan Pengukuran

Menurut Universitas Kristen Petra (2009) ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch, yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (countinuos timming), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), maka pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama dimulai, dan membiarkan jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau


(59)

siklus kerja selesai. Waktu yang dipakai sebenernya merupakan waktu dari masing-masing elemen kerja yang diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilakukan.

Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back), jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan ke porsi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur. Setelah pencatatan pengukuran untuk elemen berikutnya.

Selanjutnya, pengukuran secara akumulatif akan menggunakan dua atau tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Metode ini memberikan keuntungan dalam hal pembacaan data akan lebih mudah dan lebih teliti karena jarum stopwatch tidak dalam keadaan bergerak pada kondisi tersebut.

2.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran, yang kemudiandikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan


(60)

didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.

Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.

2.3.1. Analisa Harga Satuan Upah

Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi.

Analisa upah pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.(Bachtiar Ibrahim, 1993).


(61)

Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunanakan rumus :

∑ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga kerja

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing – masing pekerjaan dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1) Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus.

2) Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan kerja suatu proyek.

3) Kepala Tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengepalai tukang lainnya untuk suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang batu, kepala tukang kayu, kepala tukang besi.

4) Mandor, jenis tenaga ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan yang bertugas mengawasi jalannya pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang lain.


(62)

1) Upah Borongan

Upah Borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pekerja dengan yang memberikan pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (R.Soetarno, 1986 : 875).

2) Upah per potong/ upah satuan

Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu. Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan berusaha segiat-segiatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi (R.Sotarno,1986 : 875).

Menurut Saksono, 2001:41 yang mengatakan bahwa jenis upah yang banyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1) Upah menurut waktu

Merupakan sistem pengupahan yang paling tua, dimana hasil pekerjaan tidak merupakan ukuran khusus yaitu pekerja di bayar menurut waktu yang dihabiskan, misalnya perjam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya :

a. Hari orang standar (standar man day)

Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d., dimana 1 h.o. (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah pekerja terampil yang dapat mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja gali, pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, mandor, kepala tukang, dan lain-lain.


(63)

b. Jam orang satndar ( standar man hour)

Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada tenaga yang bekerja sungguh sungguh dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain.

c. Bulan orang standar ( standar man month)

Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer prroyek, dan lain-lain.

2) Upah menurut hasil kerja

Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.

a) Upah menurut standar waktu

Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

b) Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha

Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian sebgai tambahan atau kombinasikan dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.

Menurut Heid J. Rachman dan Suad Husnan, 2002 : 139 bahwa diantara berbagai faktor penting yang mempengaruhi tingkat upah adalah :

1) Penwaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penwaran melimpah cenderung turun.


(64)

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya orgaanisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya upah. Adanya serikat buruh yang kuat, yang berarti posisi “bargaining” karyawan juga kuat.

3) Kemampuan untuk membayar

Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Walau kendala biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas karyawan.

4) Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi pekerjaan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai produktivitas.

5) Biaya Hidup

Di kota – kota, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimnapun tampak dari biaya hidup merupakan bataspenerimaan upah dari para karyawan.

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan –peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bahwa dari tingkat upah yang akan dibayarkan.


(65)

2.3.2. Analisa Harga Satuan Bahan

Bahan yang disebut disini jenisnya tergantung pada item pekerjaannya (material pokok) dan metodenya ( material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di laapangan. Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan dalah sejumlah bahan yang dipergunakan / telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.

Ada beberapa waste, yaitu antara lain :

 Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat.

 Kerusakan karena kelemahan dalam handling atau penyimpanan.

 Kehilangan karena kelemahan pengwasan keamanan.

 Pemborosan pemakaian di lapangan.

Analisa bahan suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengaan rumus sebagai berikut :

∑ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefisien Analisa Bahan

Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Analisa bahan dari suatu


(66)

pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing – masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalm volume 1 m3, 1m2, atau per m’.

Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah yang menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. sedangkan Yang diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. (H.bachtiar,1993)

Sebagai contoh daftar analisa upah dan bahan (SNI) . SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata lain bahwa analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengansistem perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari ketiga koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan susunan material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan yang berlaku dipasaran.


(67)

2.4 Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output : input (Umar, 1998).

Produktivitas = � �

Pengertian output meliputi volume dan kualitas, sedangkan input meliputi bahan dan energi, tenaga kerja dan peralatan modal. Jadi dapat juga dikatakan bahwa produktivitas merupakan upaya untuk mewujudkan hasil – hasil tertentu yang diinginkan dengan mengerahkan sejumlah sumber daya (Umar, 1998).

Produktivitas = � �

� �

Dalam bidang konstruksi, produktivitas dikaitkan dengan waktu pelaksanaan proyek. Untuk mengetahui seberapa produktivitas dari seorang pekerja atau unit kerja perlu dilakukan perhitungan durasi waktu. Dimana demakin pendek durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan maka produktivitas semakin tinggi (Umar, 1998).

Produktivitas = � � �

Dalam suatu proyek konstruksi, salah satu hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi adalah kinerja tenaga kerja yang akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Dalam dunia konstruksi, produktivitas diartikan sebgai efisiensi dikali efektivitas atau output per jam tenaga kerja. Oleh karena tenaga kerja merupakan salah satu bagian besar dari biaya konstruksi dan jumlah tenaga kerja untuk menjalankan suatu pekerjaan dalam konstruksi lebih rentan terhadap pengaruh manajemen dari material atau modal, maka ukuran


(1)

2.9.1. Pekerjaan Dinding ... 32

2.9.2. Plesteran dan Acian ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian... 37

3.2. Pekerjaan Persiapan ... 37

3.3. Alat yang digunakan ... 38

3.4. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 38

3.5. Metode Pengumpulan Data... 39

3.5.1. Data Primer ... 39

3.5.2. Data Sekunder ... 43

3.6. Analisis Data ... 43

3.7. Flowchart Penelitian ... 45

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan ... 46

4.2. Data Primer ... 46

4.3. Data Sekunder ... 49

4.4. Perhitungan Koefisien Tenaga Kerja ... 51

4.4.1. Pekerjaan Pasangan Batu Bata Dan Plesteran Lantai 1 ... 51

4.4.1.1. Pekerjaan Pasangan Bata 1 Batu... 51

4.4.1.2. Pekerjaan Pasangan Bata 1/2 Batu ... 53

4.4.1.3. Pekerjaan Plesteran setebal 20 mm... 54

4.4.1.4. Perhitungan Kebutuhan Material Pemasangan Dinding Batu Merah per m2 ... 55

4.4.2. Pekerjaan Pasangan Batu Bata Dan Plesteran Lantai 2 ... 58

4.4.2.1. Pekerjaan Pasangan Bata 1 Batu... 58

4.4.2.2. Pekerjaan Pasangan Bata 1/2 Batu ... 59

4.4.2.3. Pekerjaan Plesteran setebal 20 mm... 60

4.4.2.4. Perhitungan Kebutuhan Material Pemasangan Dinding Batu Merah per m2 ... 62


(2)

4.4.2.5. Perhitungan Pengangkutan material pasangan dinding bata

dan plesteran lantai 2 ... 63

4.5. Perhitungan Harga Satuan Kerja ... 66

4.5.1. Lantai 1 ... 67

4.5.1.1. Perhitungan Harga Satuan Upah Dan Bahan Berdasarkan Pengamatan Lapangan ... 67

4.5.1.2. Perhitungan Harga Satuan Upah dan Bahan Berdasarkan Analisa SNI ... 69

4.5.1.3. Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan dan metode SNI ... 71

4.5.2. Lantai 2 ... 71

4.5.2.1. Perhitungan Harga Satuan Upah Dan Bahan Berdasarkan Pengamatan Lapangan ... 71

4.5.2.2. Perhitungan Harga Satuan Upah dan Bahan Berdasarkan Analisa SNI ... 73

4.5.2.3. Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan lapangan dan metode SNI ... 75

4.6. Ratio Perbandingan ... 76

4.6.1. Ratio Perbandingan Koeisien Lantai 1 ... 76

4.6.2. Ratio Perbandingan KoeisienLantai 2 ... 77

4.6.3. Ratio Perbandingan Harga Satuan Lantai 1 ... 78

4.6.4. Ratio Perbandingan Harga SatuanLantai 2 ... 79

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 4.1. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1 bata lantai 1 ... 46 Tabel 4.2. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam

menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding ½ bata lantai 1 ... 47 Tabel 4.3. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam

menyelesaikan 1 m2 plesteran lantai 1 ... 47 Tabel 4.4. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam

menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding 1 bata lantai 2 ... 48 Tabel 4.5. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam

menyelesaikan 1 m2 pasangan dinding ½ bata lantai 2 ... 48 Tabel 4.6. Data hasil pengamatan untuk 1 orang pekerja dan tukang batu dalam

menyelesaikan 1 m2 plesteran lantai 8 ... 49 Tabel 4.7. Tabel SNI koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata

merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm. ... 50 Tabel 4.8. Tabel SNI koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata

merah setebal ½bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm ... 50 Tabel 4.9. Tabel SNI koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² plesteran

tebal 20 mm ... 51 Tabel 4.10. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1 ... 53 Tabel 4.11. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal ½bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1 ... 54 Tabel 4.12. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² pekerjaan plesteran dinding setebal 20 mm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1 ... 55


(4)

Tabel 4.13. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1 bata ( 1PP : 4PC ) lantai 1 ... 57 Tabel 4.14. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan ½bata ( 1PP : 4PC ) lantai 1 ... 57 Tabel 4.15. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pekerjaan plesteran ( 1PP : 4PC ) lantai 1. ... 58 Tabel 4.16. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal 1 bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2 ... 59 Tabel 4.17. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² dinding bata merah setebal ½bata ukuran ( 5 x 11 x 22 ) cm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2 ... 60 Tabel 4.18. Tabel koefisien tenaga kerja untuk memasang 1m² pekerjaan plesteran dinding setebal 20 mm, berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2 ... 61 Tabel 4.19. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan 1 bata ( 1PP : 4PC ) lantai 2 ... 64 Tabel 4.20. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pasangan ½bata ( 1PP : 4PC ) lantai 2 ... 64 Tabel 4.21. Tabel rekapitulasi koefisien upah dan bahan berdasarkan pengamatan di lapangan pada pekerjaan plesteran ( 1PP : 4PC ) lantai 2. ... 65 Tabel 4.22. Tabel Standard Harga Upah, Bahan dan Jasa Angkut Material berdasarkan Pengamatan Lapangan. ... 66 Tabel 4.23. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1. ... 67


(5)

Tabel 4.24. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding ½bata berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1. ... 68 Tabel 4.25. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan pengamatan lapangan lantai 1. ... 68 Tabel 4.26. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisa SNI ... 69 Tabel 4.27. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding ½bata berdasarkan analisa SNI ... 70 Tabel 4.28. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisa SNI ... 70 Tabel 4.29. Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan langsung, analisa SNI, Kontrak dan HPS lantai 1 ... 71 Tabel 4.30. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2. ... 71 Tabel 4.31. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding ½bata berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2. ... 72 Tabel 4.32. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk 1 m2 plesteran setebal 20 mm ( 1PP : 4PC ) berdasarkan pengamatan lapangan lantai 2. ... 73 Tabel 4.33. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisa SNI ... 73 Tabel 4.34. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding ½bata berdasarkan analisa SNI ... 74 Tabel 4.35. Tabel perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pemasangan 1 m2 dinding 1 bata berdasarkan analisa SNI ... 74 Tabel 4.36. Perbandingan harga satuan pekerjaan berdasarkan pengamatan langsung, analisa SNI, Kontrak dan HPS lantai 2 ... 75


(6)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1. Dimensi Batu Bata ... 32

Gambar 2.2. Dinding Pasangan Bata ... 33

Gambar 2.3. Pasangan ½ Bata ... 33

Gambar 2.4. Pasangan 1 Bata ... 34