Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memudahkan penelitian dan menghindari terlalu melebarnya Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah yang Penulis kemukakan di atas, maka yang Teori Penerjemahan

xiv halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati dan seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, Ashabul Kahfi, Zulkarnain, Qarun, dan Ashabus Sabti, Maryam, Ashabul Ukhdud, Ashabul Fil dan lain-lain. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa terjadi di masa Rasul saw. Seperti: peperangan badar dan Uhud yang diterangkan di dalam surat Ali- Imran. 7 Sebagai Rasul yang diutus oleh Allah Swt. sebagai pembawa rahmat untuk umat manusia tidak pernah memulai peperangan dan beliau berusaha untuk menghindari peperangan agar tidak terjadi pertumpahan darah di antara manusia. Tapi, jika peperangan tidak mungkin dihindari, maka beliau akan menempatkan diri paling depan dan tidak pernah gentar menghadapi musuh. Oleh karena itu, Penulis sangat tertarik untuk membahas skripsi ini dengan judul pembahasan “Analisis Diksi dalam buku terjemahan Atlas Al-qur’an karya Syauqi Abu Khalil Versi M. Abdul Ghoffar”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memudahkan penelitian dan menghindari terlalu melebarnya

jangkauan penelitian, maka dari latar belakang masalah di atas, Penulis mencoba membatasi penelitian mengenai diksi terjemahan pada bab peperangan. Adapun perumusan dan pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: 7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002, h.192. xv 1. Apakah akurasi kata yang dipilih oleh penerjemah sesuai dengan syarat ketepatan dan keserasian diksi? 2. Apa kelemahan dan kelebihan diksi buku terjemahan Atlas Al- Qur’an

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah yang Penulis kemukakan di atas, maka yang

menjadi tujuan umum penelitian ini adalah membuktikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan oleh penerjemah. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini: 1. Mengetahui akurasi kata yang dilakukan oleh penerjemah sesuai dengan syarat ketepatan dan keserasian diksi 2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan diksi buku terjemahan Atlas Al-Qur’an.

D. Metodolgi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis meanggunakan metode penelitian

kepustakaan library research yang menggunakan buku-buku, dokumen, majalah, dan surat kabar serta media elektronik atau internet sebagai rujukan utamanya. Kemudian menjelaskan masalah tersebut dalam kajian deskriptif. Cara ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai suatu xvi pendekatan dengan mendeskripsikan atau menguraikan unsur-unsur yang berkaitan dengan tema yang dimaksud. Adapun sumber data yang dipergunakan ada dua macam: Pertama, data primer yaitu semua data yang diperlukan dalam membantu dan melakukan analisis penulisan skripsi ini. Buku yang dijadikan rujukan adalah Atlas Al-Qur’an . Kedua , data sekunder yakni sumber-sumber lain yang mendukung data primer seperti buku Tata Bahasa Indonesia , Linguistik , Diksi dan Gaya Bahasa dan data lain yang mendukung. Kedua sumber ini dikumpulkan dan kemudian dilakukan analisis secara dedukatif- induktif. Untuk menghindari penulisan yang keliru, maka dalam teknik penulisan, Penulis sepenuhnya berpedoman pada buku Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi tahun 2007 yang diterbitkan oleh CeQDA Center for Quality Development and Assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Sistematika Penulisan

BAB I : Diawali dengan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah

problematika pembahasan yang akan dibahas. Agar pembahasan tidak terlalu melebar dilakukan pembatasan dan perumusan masalah, kemudian metode penelitian dan teknik penulisan, tujuan, xvii dan kegunaan penelitian yang ditutup dengan sistematika penulisan. BAB II : Berisi tentang landasan teori yang cakupannya terdiri dari: Definisi terjemah, jenis-jenis terjemah, dan syarat-syarat penerjemahan dan teori diksi meliputi pengertian dan korelasinya dengan makna, syarat, dan ketepatan diksi dalam kalimat.

BAB III : Berisi tentang biogarafi penerjemah yang meliputi: Gambaran Umum buku

Atlas Al-Qur’an dan biografi penerjemah. Adapun bab ini merupakan aspek utama dari penelitian ini yang membahas tentang analisis kemudian diakhiri dengan analisa Penulis. BAB IV : Adalah penutup yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang dijelaskan dalam kesimpulan dan ditutup dengan rekomendasi. xviii

BAB II PENERJEMAHAN DAN DIKSI

A. Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Bidang penerjemahan merupakan sebuah disiplin ilmu yang banyak diperbincangkan hingga saat ini. Banyak para tokoh penerjemah, baik nasional maupun internasional yang memberikan sumbangsihnya dalam pendefinisian. Beragamnya pendefinisian merupakan tanda bahwa penerjemahan adalah ilmu yang bersifat kompleks namun fleksibel, tinggal bagaimana seseorang melihat penerjemahan dari sudut apa? Senikah atau sebuah pekerjaan yang berat dan penuh dengan dedikasi tinggi? Translation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Catford 1965, seperti yang dikutip Rochayah Machali, menggunakan pendekatan kebahasaan dalam kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannnya sebagai “ the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language TL” mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Begitu juga xix Newmark 1988, seperti dikutip Rochayah Machali, memberikan definisi serupa, yaitu: “rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. 8 Sedangkan menurut Ibnu Burdah, penerjemah adalah usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab teks sumber dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia bahasa sasaran. 9 Secara sederhana penerjemahan dapat diartikan sebagai pemindahan makna teks bahasa asing ke dalam bahasa sasaran. Sedangkan secara luas penerjemahan diartikan sebagai “semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan, baik bersifat verbal maupun non-verbal dari suatu bentuk ke dalam bentuk yang lainnya”. 10 Kata dasar terjemah berasal dari bahasa Arab tarjammah yang maknanya adalah ihwal pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa misalnya bahasa Inggris ke dalam teks bahasa lain misalnya bahasa Indonesia. 11 8 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah Jakarta: Gramedia, 2000, h. 5 9 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab Yogyakarta, 2004, h. 9 10 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik Bandung: CV Mandar Maju, 1994, cet ke-1, h. 8 11 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan Jakarta: Pustaka Jaya, 2006, h. 23 xx Melalui kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada yakni dalam bentuk teks, tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial ketika teks baru itu baru tersebut, penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna” antara produsen teks sumber TSu dan pembaca teks sasaran TSa. 12

2. Jenis-jenis Terjemah

Dalam kegiatan penerjemahan ada sebelas jenis penerjemahan. Nababan 13 dalam bukunya “Teori Menerjemah bahasa Inggris” mengemukakan sepuluh jenis penerjemahan sebagai berikut:

a. Word for Word Translation

Word for Word Translation penerjemahan kata demi kata adalah suatu jenis penerjemahan yang pada dasarnya masih sangat terkait pada tatanan kata. Dalam melakukan tuganya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber BSu dalam bahasa sasaran BSa, tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya. Misalnya 12 Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 6 13 Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, h. 30-34 xxi اﺮ ا يﺬ ا بﺎ ﻜ ا أ ﺪ أ أ Artinya Di mana kitab yang membelinya Ahmad kemarin? 14

b. Literal Translation

Literal Translation penerjemah harfiah adalah penerjemahan yang mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi kemudian penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Contohnya: ﺔ ارﺰ ا ت ﺎ ا ﺮ ﺎ ا يﺮ Artinya: Pedagang membeli hasil pertanian. 15

c. Free Translation Dalam jenis terjemahan ini, penulis mengutip pendapat dari

Nurachman Hanafi, dalam bukunya Teori dan Seni Menerjemahkan, ia menulis bahwa penerjemahan bebas itu bukan berarti penerjemah boleh menerjemahkan sekehendak hatinya, sehingga esensi terjemahan itu hilang. Bebas disini berarti penerjemah dalam menjalankan misinya tidak terlalu terikat oleh bentuk 14 Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia Jakarta: Persada Kemala, tt, h. 2 15 Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Jakarta: Persada Kemala, tt, h. 1 xxii maupun struktur kalimat yang terdapat pada naskah bahasa sumber. Ia boleh melakukan modifikasi kalimat dengan tujuan agar pesan atau maksud penulis naskah mudah dimengerti oleh pembacanya. Penerjemahan bebas tidak sama dengan penyaduran pesan. Dalam terjemahan bebas harus tetap setia pada pesan yang terkandung dalam bahasa sumber. Sedangkan dalam saduran dimungkinkan terjadi pengubahan atau penggantian hal-hal tertentu seperti nama pelaku, tempat, dan waktu kejadian. Misalnya Contoh: و ﺎﻬ ﺎ آ ىأر ﺮ ﺔ ا ﻰ ﺮ ﺎ ﺮ – ةروﺮ ﺎ - ﺔ ا ىأر Artinya: Isi di luar tanggung jawab percetakan. 16

d. Penerjemahan Dinamik Penerjemahan dinamik disebut juga penerjemahan wajar.

Amanat bahasa sumber dialihkan dan diungkapkan dengan ungkapan-ungkapan yang lazim dalam bahasa sasaran. Segala sesuatu yang berbau asing atau kurang bersifat alami, baik dalam katanya dengan konteks budaya ataupun dalam pengungkapannya dalam bahasa sasaran sedapat mungkin dihindari. Penerjemah tipe 16 Moh. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002, h. 17 xxiii ini sangat mengutamakan amanat dan juga sangat memperhatikan kekhususan bahasa sasaran. Misalnya: ﺔ ﺛ ﺔ ﺛ ﺔ ﺛ باﺮ آﺎ ﺎ ﺈ Artinya: Maka sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari egumpal darah kemudian dari segumpal daging. 17

e. Pragmatic Translation Penerjemahan ini mengacu pada pengalihan amanat dengan

mementingkan ketetapan penyampaian informasi dalam bahasa sasaran yang sesuai dengan informasi yang terdapat dalam bahasa sumber. Penerjemahan ini begitu memperhatikan aspek bentuk estetik bahasa sumber. Contoh: موﺪ ماﺮ ا لﺎ ا Artinya: Harta haram tak akan bertahan lama. 18

f. Esthetic Poetic Translation

17 M. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.21 18 Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.17 xxiv Dalam penerjemahan estetik puitik penerjemah tidak hanya memusatkan perhatiannya pada masalah penyampaian informasi tetapi juga masalah kesan, emosi dan perasaan, dengan mempertimbangkan keindahan bahasa sasaran. Itulah sebabnya penerjemahan estetik puitik disebut juga penerjemahan sastra, seperti terjemahan puisi, prosa, dan drama yang menekankan emosi dan gaya bahasa. Contoh: ... رﺎ ﻷﺎ هﺬ ﺮ ﺎ دﺎﻜ Artinya: dia hamper kilauan kilatnya dia pergi dengan mata- mata kilauan kilat awan hamper-hampir menghilangkan penglihatan. 19

g. Penerjemahan Etnografik Dalam penerjemahan etnografik, seseorang penerjemah

berusaha menjelaskan budaya bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Misalnya: ﺎ رﺪ ﺎ رﺎ أ ﺎ Artinya: Selama bulan purnama menyinari kami 20 19 Ibid , h. 18 20 M. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h. 16 xxv h. Penerjemahan Linguistik Penerjemahan linguistik adalah penerjemahan yang hanya berisi informasi linguistik yang implisit dalam bahasa sumber yang dijadikan eksplisit dan dalam perubahan bentuk dipergunakan transformasi balik analisis komponen makna.

i. Penerjemahan Komunikatif Penerjemahan berupaya memberikan makna kontekstual

bahasa sumber yang tepat, sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Contoh: ﺔ ﺎ جوز تﺎ ﺎ Artinya Suami Fatimah meninggal dunia dua jam yang lalu. 21

j. Penerjemahan Semantik Penerjemahan ini terfokus pada pencarian padanan pada

tatanan kata dengan tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Sementara Rochaya Machali menjelaskan mengenai penerjemahan kesenistraan sebagai berikut, 22 penerjemahan kesenisastraan adalah penerjemahan untuk kesenian dan kesusastraan, seperti penerjemahan puisi, drama opera, cerita bergambar, dan film. Dalam penerjemahan ini, penerjemah biasanya amat setia pada bahasa 21 Moh. Mansyur, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab , h. 47 22 Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 50 xxvi sumber, selain itu tentu saja pada kandungan pesan naskah sumber serta kesan yang ditimbulkan oleh naskah tersebut. Penerjemah dituntut untuk mampu mengungkapkan nuansa dan getar-getar rasa yang tertuang dalam bahasa sumber, biasanya dikemas dalam bahasa tersirat; sehingga wajarlah kalau masyarakat berpendapat bahwa tidak semua orang dapat melakukan penerjemahan jenis ini karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Contohnya: ﱠ ا ءﺁﻮ ﱠ ﺪ نﺎ ﺎ ﺮ ﻜ ا لﱠﺪ و Artinya Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar QS. Al-Baqarah: 108. 23

3. Syarat-syarat

Penerjemahan Setiap penerjemah harus memiliki norma-norma yang tidak boleh dilanggar oleh penerjemah, kendati dia bebas memilih sarana yang satu, maupun yang lain dalam melakukan kegiatan terjemahan. Adapun syarat-syarat penerjemahan menurut Eugene A. Nida seperti yang dikutip Nurohman Hanafi sebagai berikut: 24 23 Moh. Mansyur, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, h. 112 24 Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, h. 22 xxvii a. Seorang penerjemah harus mengenal materi dan kecakapan mengungkapkan dalam bahasa penerima. b. Seorang penerjemah harus mengetahui bermacam ilmu disiplin ilmu, walau tidak begitu mendalam. Sebab ini akan memberikan daya bayang untuk mengerti materi secara garis besar. c. Penerjemah harus benar-benar menguasai bahasanya sendiri dan mengikuti perkembangannya. Hal ini berakibat fatal jika seorang penerjemah hanya cenderung menggunakan kata-kata yang ketinggalan zaman. Selain itu pula, Nida menambahkan satu hal lagi guna perlunya kecakapan dengan pengeatahuan Cross Cultural Understanding, yakni mengenal persamaan dan perbedaan dari dua bahasa yang terlihat.

B. Teori Diksi 1.