Tugas dan Wewenang POTRET PANTI ASUHAN ISLAMIC VILLAGE

2 Agama yang dianut wali harus seagama dengan agama anak yang di ampunya. 3 Wali bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi kewajiban dan hak anak yang di ampunya. 12 12 Ibid. 46

BAB IV PEMELIHARAAN HARTA BENDA ANAK ASUH DALAM KONTEKS

PERWALIAN

A. Hak dan Kewajiban Panti Asuhan terhadap Anak Asuh

Panti Asuhan adalah sebagai Badan Sosial yang telah diberi tugas untuk mengayomi, mendidik, melindungi anak yatim atau piatu, terlantar dan kurang mampu, dari hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, serta kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar. 1 Panti Asuhan Islamic Village merupakan salah satu dari Panti Asuhan yang ada di Indonesia yang telah banyak membantu negara dalam mendidik dan memelihar anak yatim atau piatu, terlantar dan kurang mampu agar anak-anak tersebut dapat menikmati hak-haknya. 2 Pemeliharaan anak juga mengandung sebuah tanggungjawab orang tuauntuk mengawasi, memberi pelayanan sebagaimana mestinya serta mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak dari orang tua asuhnya. 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 2 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, Bandung: Mandar Maju, 1977, h. 48. Tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan pelayanan serta pencukupan nafkah tersebut bersifat kontinu sampai anak tersebut mencapai batas umur yang legal sebagai orang dewasa yang telah mampu berdiri sendiri. 3 Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah kewajiban orang tua asuh untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak tersebut menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan dedikasi hidup yang dibekali dengan kemampuan dan kecakapan sesuai dengan pembawaan anak tersebut yang akan dikembangkan di tengah-tengah masyarkat Indonesia sebagai landasan hidup dan penghidupannya setelah ia lepas dari tanggungjawab orang tua asuhnya. 4 Seorang wali tidak dibenarkan memindahkan hak atau mengadaikan barang-barang tetap yangdimiliki oleh anak yang berada di bawah perwaliannya, kecuali apabila kepentingan anak menghendaki. Untuk itu seorang wali berkewajiban membuat daftra harta benda anak yang berada di bawah kekuasaanya pada waktu ia memulai jabatanya dan mencatat semua perubahan- perubahan harta anak tersebut. 5 Seorang wali dilarang mengikatkan, membebani, dan mengasingkan harat anak yang berada di bawah perwaliannya. Seorang wali bertanggung jwab penuh terhadap harta anak yang berda di bawah perwaliannya, jika ada 3 Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Medan: Zahir Trading, 1975, h. 204. 4 Ibid., h. 205-206. 5 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, Bandung: Mandar Maju, 1977, h. 43-44. penggeluaran atau pemindahan harta kekayaan si anak yang dapat merugikan kepentinannya, Hakim dapat memerintah kepada wali dari anak yang bersangkutan untuk mengganti kerugian yang timbul akibat kesalahn dan kelalaiannya. 6 Pada saat berakhirnya perwalian, wali berkewajiban menyerahkan seluruh harta benda si anak berikut catatan pengeluaran yang dibuktikan dengan pembukuan yangditutup tiap-tiap tahun. Dalam hal terjadi perselisihan mengenai harta benda si anak antara di wali dengan si anak tersebut tidak digunakan untuk kepentingan si anak, wali wajib mengganti semua kerugian yang timbul. 7 B. Efektivitas Pasal 51 ayat 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Mendaftarkan Harta Benda Anak Asuh Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga menyatakan bahwa seorang wali bertanggungjawab atas pengelolaan asset harta dan harus membayar jika dalam pengelolaan harta tersebut menjadi hilang atau rusak, baik karena segaja maupun karena kelalaian. 8 Kemudian dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah mengatur bahwa wali mengelola kekayaan lingkungan mereka untuk kepentingan yang anak tersebut. 9 6 Ibid., h. 45. 7 Ibid., h. 46. 8 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Bandung: Inter Mesa, 1982, h. 54. 9 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pada awal penetapan perwalian, maka diperlukan upaya inventarisasi semua asset harta dari anak yatim tersebut, dan wali wajib mendokumentasikan semua perubahan terhadap asset harta tersebut. Begitu juga harta tersebut harus di audit secara annual tahunan untuk mengetahui nilai asset dari anak yang di perwalikan itu, dan untuk memastikan bahwa hartanya tetap terjaga. 10 Selain itu, wali dilarang menjual, mengalihkan atau menggadaikan aset anak perwalian, kecuali dalam keadaan yang darurat memaksa. Wali juga dilarang mengikat, membebani atau membagi asset harta tersebut kecuali tindakan tersebut akan meningkatkan menambah nilai asset. Kemudian, jika dalam hal wali terpaksa menjual harta tanah milik anak perwalian tersebut, maka seorang wali wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Pengadilan Agama. 11 Sementara proses pengalihan asset harta dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 111, bahwa seorang wali diharuskan untuk mengalihkan semua asset harta kepada anak di bawah perwalian ketika ia telah berusia 21 tahun, atau telah menikah. 12 Namun, jika ditemukan adanya asset harta yang hilang atau disalahgunakan oleh wali, maka Pengadilan Agama dapat 10 Undang-undang No. 1 Tahun1974 tentang Perkawinan, pasal 51 ayat 4 tentang Daftar Harta Benda Anak Asuh . 11 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2008, h. 151-152. 12 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2007, h. 140.