Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

psikis sang anak, usia anak cenderung masih sepenuhnya berada dalam payung perlindungan ibu dan ayah dalam lingkungan kehidupan keluarga. Kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan orang tua mewariskan nilai-nilai moral yang dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku. Keadaan tersebut di atas akan berbeda pada mereka anak yang tidak mempunyai keluarga secara utuh. Maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya dimasukkan ke dalam suatu lembaga sosial yaitu Panti Asuhan. Panti Asuhan membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara membina, mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan kasih sayang serta keterampilan-keterampilan yang diberikan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga. Anak-anak yang berada dalam Panti Asuhan juga mempunyai persamaan juga mempunyai perbedaan. 5 Anak merupakan salah satu aset keluarga sebagai penerus bagi tiap-tiap keluarga atau keturunannya. Panti Asuhan adalah salah satu wadah bagi anak yatim piatu meneruskan kehidupannya dengan keluarga baru, oleh karena itu Panti asuhan memiliki tanggung jawab yang besar dan penuh sebagai wali bagi anak asuhnya yatim atau piatu. Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan BAB XI tentang Perwalian dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan 5 Satria Effendi, “Makna Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam”, Jakarta: Al-Hikmah dan DITBINBAPERA ISLAM No. 42 Tahun 1999. Anak pada BAB Perwalian menjelaskan tatacara dan wewenang bagi para wali untuk melaksanakan kewajibannya sebagai wali. Di dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 51 ayat 4 menjelaskan bahwasanya setiap wali yang bertanggung jawab atas perwalian anak asuhnya wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dalam kekuasaanya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda si anak . Dalam penjelasan di atas tertulis bahwasannya wali bertanggung jawab atas semua harta anak asuhnya. Jelas bahwasnnya wali wajib menulis semua harta si anak. Panti asuhan merupakan salah satu Badan Sosial yang di berikan mandat oleh negara untuk mengasuh anak asuhannya dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam pasal dan ayat tersebut, agar dalam penerapannya pun seimbang serta sepadan atas apa yang telah ditentukan secara tertulis. Pada prinsipnya Panti Asuhan merupakan salah satu badan hukum yang dapat memberikan bimbingan serta arahan bagi anak asuhnya yatim atau piatu, yang mana secara otomatis harus mengikuti atau melaksanakan dengan taat segala atauran-aturan yang telah di tetapkan dalam Undang-undang sebagai wali bagi anak-anak asuhnya. Akan tetapi, setiap panti asuhan memiliki sistem dan penerapan yang berbeda-beda untuk melaksanakan kewajiban sebagai wali bagi anak-anak asuhnya. 6 6 Burhanudin Salam, Etika Sosial ‘Asas Moral dalam Kehidupan Manusia’, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 114. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa jauh penerapan sistem perwalian anak asuh yatim atau piatu di linkungan Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang, oleh sebab itu dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Adapun dalam penelitian skripsi ini agar tidak meluas dan mudah dipahami maka penulis membatasinya yaitu pada pencatatan daftar harta benda anak asuh menurut Hukum Islam dan Undang-undang, yang di maksud dengan Undang-undang di sini adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan di dukung dengan Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan dilengkapi dengan Kompolasi Hukum Islam KHI.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skrisip ini adalah berdasarkan Kompilasi Hukum Islam dan Undang-udang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan BAB Perwalian Pasal 51 ayat 4 tentang Daftar Harta Benda Anak Asuh, bahwasanya setiap wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatanya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda anak. Namun, pada prakteknya yang dilakukan di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang tidak sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan BAB Perwalian pasal 51 ayat 4 tentang daftar Harta Benda Anak Asuh. Rumusan masalah di atas penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah pasal 51 ayat 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, telah berjalan dengan maksimal? 2. Apa alasan Panti Asuhan Islamic Village Karwaci Tangerang untuk tidak mencatat atau mendaftarkan harta benda anak asuh? 3. Apakah hak dan kewajiban bagi anak asuh Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang telah terpenuhi secara maksimal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Untuk mengetahui efektivitas Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 51 ayat 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam mendaftarkan harta benda anak asuh. 3. Untuk mengetahui alasan apa Panti Asuhan Islamic Village Karwaci Tangerang tidak mendaftrakan harta benda anak asuh. 4. Untuk mengetahui apakah hak dan kewajiban anak asuh sudah terpenuhi atau belum.

2. Manfaat

1. Secara akademik, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang Ahwal As-Syakhsiyyah. 2. Dapat memberikan wawasan kepada penulis tentang peran panti asuhan dalam mendaftarkan harta benda anak asuh menurut Undang- undang. 3. Sebagai salah satu refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan pencatatan daftar harta benda anak asuh menurut Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 4. Memberiakan masukan positif dan saran kepada Panti Asuhan khususnya petugas agar lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengasuh. 5. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pencatatan daftar harta benda anak asuh menurut Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

D. Review Studi

1. Skripsi tentang “Peranan Komisi Perlindungan Anak terhadap Perlindungan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian ” UIN 2008 oleh Trisna Laila Yunita . Peneliti ini berpendapat bahwa peranan komisi perlindungan anak terhadap hak asuh anak akibat perceraian masih kurang maksimal, serta upaya-upaya komisi perlindungan anak dalam pemenuhan hak-hak anak akibat perceaian banyak anak yang menjadi rebutan kedua orang tua, oleh karena itu penulis lebih menekankan kepada kinerjanya agar lebih maksimal. 2. Skripsi tentang “Pengaruh Panti Asuhan di Indonesia” UIN 2006, oleh Nur Laila . Peneliti ini berpendapat bahwa panti asuhan di Indonesia masih kurang dalam mendidik anak-anak yang terlantar serta kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap panti asuhan-panti asuhan di Indonesia dan masih banyak persoalan yang belum terjawab dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis lebih menekankan kepada kinerjanya agar lebih optimal serta membuka kesadaran pemerintah terhadap pentingnya panti asuhan. 3. Skripsi tentang “Aspek Hukum Yuridis terhadap Perwalian dalam Lingkungan Yayasan” UIN 2008 oleh Ahmad Maulana. Peneliti ini berpendapat bahwa aspek hukum yuridis terhadap perwalian di lingkungan yayasan masih kurang, karena yayasan tidak memakai hukum sebagi landasan berdirinya, mereka membuat hukum sendiri. Judul skripsi di atas berbeda dengan yang penulis angkat, namun maksudnya hamper sama yakni untuk lebih membuka kesadaran hukum Yayasan atau Panti Asuhan agar lebih sadar hukum dan taat huku, karena kita hidup di negara hukum.

E. Metode Penelitian