Pengaruh Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI
SUMATERA UTARA
OLEH
NAMA : SAMUEL SITOMPUL
NIM : 030503037
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pengaruh Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 16 Maret 2010 Yang Membuat Pernyataan
Samuel Sitompul NIM. 030503037
(3)
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan kemurahan-Nya serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“ Pengaruh Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera. ”
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya, terutama kepada kedua orang tua dan adik-adik ku tersayang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materiil, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(4)
4. Bapak Drs. Rustam MSi, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. M. Zainal Bahri Torong, MSi, Ak. selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Syahrurahman SE, Ak selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Dosen Wali penulis, Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan semasa perkuliahan, serta Staf Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu birokrasi administrasi selama penyusunan skripsi.
8. Kepada Ayah dan Ibu yang telah sabar dan selalu mendukung Saya untuk semuanya. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang, doa, semangat, pengorbanan, serta pengertian yang sangat besar buat Saya, semoga Saya bisa memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Ibu.
9. Teman-temanku sejurusan akuntansi 2003, serta untuk rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang lainnya. Penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan dan semangat kepada Penulis.
10. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
(5)
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Medan, 8 Agustus 2009 Yang Membuat Pernyataan
Samuel Sitompul NIM. 030503037
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kebijakan Desentralisasi Fiskal berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 13 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 29 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2002-2006. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Utara. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Desentralisasi Fiskal mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Pendapatan Daerah.
Kata Kunci : Kebijakan Desentralisasi Fiskal, Kinerja Keuangan Daerah
(7)
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of Fiscal Decentralization Policy in regency/ city at North Sumatera Province. The method of this minithesis is a causal research design with 13 regency/ city as a sample for every year from 29 regency/ city at North Sumatera Province. This research is done for 2002-2006 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from the website Financial Department of the Republic Indonesia Province. The data which is analyzed in this research are collected through the region budget of Revenue and Expense and the realitation region budget of Revenue and Expense . The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use simple regression with t test and coefficient determination test.
The result of this research show that partially Fiscal Decentralization Policy have a positive significant impact to the regional financial independence. Local Tax and Local Retribution have a positive significant impact to the regional finance Performance simultaneously.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Penelitian Dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Tinjauan Teoritis ... 10
1. Definisi Desentralisasi Fiskal ... 10
2. Sumber Pendapatan Daerah... 10
3. Kinerja Keuangan Daerah ... 10
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 13
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 15
(9)
2. Hipotesis Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. Desain Penelitian ... 17
B. Data Penelitian ... 17
C. Teknik Pengumpulan Data ... 17
1. Teknik Dokumentasi ... 17
2. Teknik Kepustakaan ... 18
D. Variabel Penelitian ... 18
E. Teknik Analisis Data ... 20
F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 28
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... A. Data Penelitian ... 29
1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 29
2. Realisasi APBD Sebelum Desentralisasi Fiskal ... 35
3. Realisasi APBD Sesudah Desentralisasi Fiskal ... 38
4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah setelah Kebijakan Desentralisasi Fiskal ... 44
B. Analisis Hasil Penelitian ... 46
1. Analisis Deskriptif ... 46
2. Uji Asumsi Klasik ... 47
3. Analisis Regresi ... 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
(10)
A. Kesimpulan ... 59
B. Keterbatasan Penelitian ... 59
C. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1 Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera
Utara Tahun Anggaran 2002 ... 41
Tabel 4.2 Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Anggaran 2003 ... 41
Tabel 4.3 Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Anggaran 2004 ... 42
Tabel 4.4 Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Anggaran 2005 ... 43
Tabel 4.5 Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006 ... 43
Tabel 4.6 Kinerja Keuangan Daerah Dalam Bentuk Derajat Desentralisasi Fiskal ... 44
Tabel 4.7 Kinerja Keuangan Daerah Dalam Bentuk Kemandirian Pembiayaan Daerahl ... 45
Tabel 4.8 Kinerja Keaungan Daerah Dalam Bentuk Tingkat Ketergantungan Daerah ... 46
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel ... 47
Tabel 4.10 Tabel Uji Normalitas... 48
(12)
Tabel 4.12 Analisis Hasil Regresi ... 54 Tabel 4.13 Hasil Analisis Koefesien Korelasi dan Koefesien
Determinasi ... 56 Tabel 4.14 Hasil Uji t ... 57
(13)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 16 Gambar 4.2 Histogram-Dependent Variable: Kemandirian Pembiyaan
Daerah ... 49
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standarized
Residual-Dependent Variable: Kemandirian Pembiyaan Daerah... 50
Gambar 4.5 Scatterplot-Dependent Variable:Kemandirian
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ... 64 Lampiran ii Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah T.A 2002 ... 65 Lampiran iii Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah T.A 2003 ... 67 Lampiran iv Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah T.A 2004 ... 69 Lampiran v Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah T.A 2005 ... 71 Lampiran vi Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah T.A 2006 ... 73 Lampiran vii Statistik Deskriptif ... 75 Lampiran viii Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 76 Lampiran ix Hasil Uji Normalitas dengan Normal Probability Plot.... 77 Lampiran x Hasil Uji Normalitas dengan Nonparametric test
Kolmogorov-Smirnov ... 78 Lampiran xi Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ... 79 Lampiran xii Hasil Regresi ... 80 Lampiran xiii Tabel Durbin-Watson d Statistic dengan signifikansi
(15)
5% ... 81 Lampiran xv Tabel t dan r product moment dengan signifikansi 5%.... 82
(16)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kebijakan Desentralisasi Fiskal berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 13 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 29 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2002-2006. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Utara. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Desentralisasi Fiskal mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Pendapatan Daerah.
Kata Kunci : Kebijakan Desentralisasi Fiskal, Kinerja Keuangan Daerah
(17)
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of Fiscal Decentralization Policy in regency/ city at North Sumatera Province. The method of this minithesis is a causal research design with 13 regency/ city as a sample for every year from 29 regency/ city at North Sumatera Province. This research is done for 2002-2006 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from the website Financial Department of the Republic Indonesia Province. The data which is analyzed in this research are collected through the region budget of Revenue and Expense and the realitation region budget of Revenue and Expense . The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use simple regression with t test and coefficient determination test.
The result of this research show that partially Fiscal Decentralization Policy have a positive significant impact to the regional financial independence. Local Tax and Local Retribution have a positive significant impact to the regional finance Performance simultaneously.
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini, membawa dampak terhadap hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu unsur reformasi total tersebut adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah (pemerintah daerah), yang di kenal dengan kebijakan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.
Alasan-alasan yang menyebabkan lahirnya tuntutan tersebut. Adalah,
pertama, intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang lalu telah
menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah. Hal tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah seringkali menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kedua, otonomi daerah merupakan jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia di masa yang akan
(19)
datang. Di era seperti ini, dimana globalization cascade sudah semakin meluas, pemerintah akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada perdagangan internasional, informasi, serta transaksi keuangan (Mardiasmo, 2002: 3-4).
MPR sebagai wakil-wakil rakyat menjawab tuntutan tersebut dengan menghasilkan beberapa ketetapan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu ketetapan MPR yang dimaksud adalah Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, pemerintah telah mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Pada tanggal 15 Oktober 2004, disahkan Undang-Undang baru yaitu Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai revisi atas Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956 tentang Perimbangan Keuangan antara Negara dengan Daerah-Daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Pada 15 Oktober 2004, disahkan Undang baru yaitu
(20)
Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagai revisi atas Undang-Undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Konsekuensi dari pelaksanaan kedua Undang-Undang tersebut adalah bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat, dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di sisi lain, saat ini kemampuan keuangan beberapa Pemerintah Daerah masih sangat tergantung pada penerimaan yang berasal dari Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, bersamaan dengan semakin sulitnya keuangan negara dan pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri, maka kepada setiap daerah dituntut harus agar dapat membiayai diri sendiri melalui sumber-sumber keuangan yang dimilikinya. Peranan Pemerintah Daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah.
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagai subsistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi
(21)
masyarakat dan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Prinsip dasar pemberian otonomi didasarkan atas pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Atas dasar pertimbangan ini, maka pemberian otonomi diharapkan akan lebih mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada akhirnya. Khusus untuk merealisasikan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah otonom, maka pemerintah mengeluarkan UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Pengalihan pembiayaan atau desentralisasi fiskal secara singkat dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan (Saragih, 2003: 83). Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Prinsip tersebut berarti setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut
Dalam desentralisasi fiskal, komponen dana perimbangan merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting. Dana perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiskal. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan salah satu bentuk hubungan dari sekian banyak hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
(22)
merupakan suatu sistem hubungan keuangan yang bersifat vertikal antara pemerintah pusat dan daerah (intergovernmental fiscal relations system), sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dalam bentuk penyerahan sebagian wewenang pemerintahan.
Ada perbedaan sudut pandang di dalam menyikapi masalah dana perimbangan ini. Di satu sisi, adanya dana perimbangan dalam otonomi daerah merupakan bentuk tanggung jawab dari pemerintah pusat atas berjalannya proses otonomi daerah. Hal ini juga sebagai wujud bahwa walaupun sistem yang diterapkan adalah sistem otonomi daerah, akan tetapi tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun di sisi yang lain, adanya dana perimbangan yang terlalu besar akan menimbulkan persepsi bahwa daerah tersebut tidak mandiri secara fiskal dan akan sampai pada kesimpulan akhir bahwa otonomi daerah tidak efektif untuk dilaksanakan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa hampir di semua daerah prosentase Pendapatan Asli Daerah, relatif lebih kecil, sekitar 25% dari total penerimaan daerah. Pada umumnya APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) suatu daerah didominasi oleh sumbangan pemerintah pusat dan sumbangan-sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan perundang-undangan, yaitu sekitar 75% dari total penerimaan daerah (Yani, 2002: 3). Hal ini menyebabkan daerah masih tergantung kepada pemerintah pusat, sehingga kemampuan daerah untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi sangat terbatas. Rendahnya PAD suatu daerah bukanlah disebabkan oleh karena secara struktural daerah memang miskin atau tidak memiliki sumber-sumber keuangan yang potensial, tetapi lebih banyak
(23)
disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat. Selama ini sumber-sumber keuangan yang potensial dikuasai oleh pusat.
Berdasarkan data dari PAD dalam APBD seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara selama lima tahun (1995/1996 – 1996/2000), peranan PAD masih relatif kecil terhadap APBD hanya sebesar 10,55 %. Dari rata-rata kontribusi tersebut, hanya dua daerah kabupaten/kota yang kontribusi rata-rata pendapatan asli daerahnya yang berada di atas rata-rata yaitu kota Medan sebesar 31,45 % dan kota Pematang Siantar 18,07 %. Rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sebelum otonomi daerah sebesar 47 % dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 41 %. Rata-rata kontribusi PAD terhadap belanja rutin non pegawai sebelum otonomi daerah 42 % dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 26 %. Rata-rata kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah sebelum otonomi daerah sebesar 7,6 % dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 4,5 %. Rata-rata tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara sebesar 72 % dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan sebesar 45 %. Peranan PAD terhadap belanja rutin pada tahun 1998/1999 dan 1999/2000 adalah 11,7 % dan 10,6 %, sedangkan setelah otonomi daerah yaitu tahun 2003 dan 2004 sebesar 7,35 dan 7,8 %.
Rendahnya PAD dalam struktur penerimaan daerah disebabkan karena sumber-sumber yang masuk dalam kategori PAD umumnya bukan sumber potensial bagi daerah. Sumber-sumber yang potensial bagi daerah telah diambil oleh Pusat sebagai penerimaan Pusat, sehingga yang tersisa di daerah hanya
(24)
sumber-sumber yang kurang potensial, seperti pajak reklame, penerangan jalan, hotel dan restoran dan sebagainya. Peranan PAD masih sangat kecil sehingga pemerintah daerah masih sangat tergantung pada transfer dari pemerintah pusat.
Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan pemerintah daerah sebelum dan sesudah kebijakan otonomi daerah Propinsi Sumatra Utara, dalam skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara .“
B. Batasan Penelitian dan Perumusan Masalah 1. Batasan Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya suatu batasan masalah. Penulis menetapkan batasan masalah sebagai berikut:
a. Objek penelitian adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara dengan periode penelitian yang diamati adalah tahun 2002-2006. b. Objek penelitian adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera
Utara yang secara rutin mempublikasikan laporan APBD-nya kepada publik melalui Badan Pusat Statistik (BPS).
(25)
2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan sebuah permasalahan yaitu “Apakah Kebijakan Desentralisasi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan pada pemerintah daerah Sumatera Utara?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan desentralisasi fiskal dalam hal ini derajat desentralisasi fiskalnya berpengaruh terhadap secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintahan kabupaten/kota di Propinsi Sumatra Utara serta melihat seberapa besar pengaruhnya.
2. Manfaat Penelitian ini adalah :
Manfaat Penelitian ini adalah :
a. Bagi pemerintah daerah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau sumber informasi dalam pengambilan keputusan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi dalam mengelola keuangan untuk meningkatkan kinerjanya setelah adanya kebijakan desentralisasi fiskal.
(26)
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti baik dalam hal penelitian maupun obyek penelitian, yang dalam hal ini adalah perbandingan kinerja keuangan daerah, sebelum kebijakan otonomi daerah dan sesudah kebijakan otonomi daerah, yang sangat erat kaitannya dengan kesiapan daerah secara fiskal dalam melaksanakan kebijakan otonomi daerah.
c. Bagi pihak lain
Memperkaya penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian-penelitian berikutnya.
Kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai otonomi daerah ini, yang dilaksanakan secara efektif tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintahan yang sesungguhnya. Ketika otonomi mulai digulirkan, harapan yang muncul adalah daerah menjadi semakin mandiri di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun pembangunan daerahnya masing-masing, sebab daerah diberikan kebebasan untuk mengelola wilayahnya sendiri. Menurut Mardiasmo (2002:59)
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public services) dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu : (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (public) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
(27)
Implikasi dari pemberian kewenangan otonomi ini menuntut daerah untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana publik (Public Services). Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah baik dari sisi perencanaan, pembangunan, serta pembiayaannya. Pembangunan yang dilaksanakan akan banyak memberikan manfaat bagi daerah diantaranya: meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat, mendorong perkembangan perekonomian daerah, mendorong peningkatan pembangunan daerah di segala bidang, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan mendorong kegiatan investasi.
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Pasal 10 disebutkan bahwa yang menjadi sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana perimbangan yang diterima oleh daerah-daerah dari Pemerintah Pusat. Dana perimbangan itu sendiri terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dibutuhkan suatu struktur industri yang mantap beserta obyek pajak dan retribusi yang taat. Sementara Dana Alokasi Umum (DAU) dan berbagai bentuk transfer dari Pemerintah Pusat sebaliknya hanya bersifat suplemen bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Adapun transfer dari Pemerintah Pusat ini digunakan untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemerintah Daerah dilaporkan di perhitungan APBD, yang mana tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak, mungkin menghilangkan)
(28)
kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri.
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Adapun kemandirian keuangan daerah ini merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Begitu pula dengan keuangan daerah tersebut, dengan adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mencapai suatu kemandirian keuangan daerah.
Pemerintah Daerah Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki potensi PAD yang cukup besar, sehingga diharapkan seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara telah mandiri dalam memenuhi seluruh kebutuhan daerah tersebut, sedangkan dana transfer dari Pemerintah Pusat khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) hanya bersifat suplemen. Oleh karena itu, maka dapat dianalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kemandirian keuangan daerah dalam era otonomi daerah yang memfokuskan pada Pemerintah Daerah Sumatera Utara dengan mengambil judul: “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
(29)
Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:
“Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai APBD, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) dan kemandirian keuangan daerah.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah.
(30)
3. Bagi lembaga pendidikan, dapat bermanfaat untuk memberikan bahan referensi dan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Konseptual
Otonomi daerah merupakan pemberian wewenang daerah dari Pemerintah Pusat kepada Daerah di dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahannya, baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah di Indonesia dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada masing-masing daerah tersebut diantaranya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk digunakan dalam pembangunan daerah tersebut, dengan harapan Dana Alokasi Umum ini hanya sebagai suplemen saja bagi masing-masing daerah di Indonesia dan kemandirian keuangan daerah yang merupakan tujuan dari otonomi daerah dapat dicapai.
Kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber-sumber dana yang diterima oleh daerah tersebut. Adapun kemandirian keuangan daerah ditunjukkan dari besar kecilnya perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Dana Alokasi Umum. Dengan adanya analisa dari pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kemandirian keuangan daerah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan ekonomi.
(31)
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Ada pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara.”
DANA ALOKASI UMUM
(DAU) (X)
KEMANDIRIAN KEUANGAN
DAERAH (Y)
DAU PAD
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi fiskal secara singkat dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan (Saragih, Op cit: 83)
2. Sumber Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan daerah menurut UU No 32 Tahun 2004 Pasal 157 Sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:
1. hasil pajak daerah
2. hasil retribusi daerah
3. hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan
4. lain-lain PAD yang sah
b. Dana perimbangan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah (UU Otonomi Daerah 2004:103-104)
(33)
3. Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja atau kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim, 2004: 24). Untuk melihat kinerja keuangan daerah menurut Halim, dapat dilakukan dengan menganalisis
a. Derajat desentralisasi fiskal (tingkat kemandirian daerah) b. Kebutuhan Fiskal (fiscal need)
c. Kapasitas Fiskal (fiscal capacity) d. Upaya fiskal (tax effort)
Derajat desentralisasi fiskal adalah tingkat kemandirian daerah untuk membiayai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa menggantungkan diri dengan pemerintah pusat.
Menurut UU No 33 Tahun 2004 Pasal 28 ayat 1, Kebutuhan fiskal Daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum.
Menurut UU No 33 Tahun 2004 Pasal 28 ayat 3, Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan dana bagi hasil.
Upaya fiskal adalah koefisien elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
(34)
Kebutuhan fiskal standar adalah rata-rata kebutuhan fiskal stándar suatu daerah (Halim, 2004: 29)
Kapasitas Fiskal Standar (KFs) adalah rata-rata kapasitas fiskal standar suatu daerah. Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah (PAD), semakin kuat pula derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandirian daerahnya). Semakin rendah Pendapatan Asli Daerah (PAD), semakin lemah pula derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandiriannya).
Semakin tinggi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), semakin kuat pula derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandirian daerahnya). Semakin rendah Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (PHPBP), maka semakin lemah derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandirian daerahnya).
Semakin tinggi Sumbangan Daerah (SB) maka semakin lemah derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandirian daerahnya). Semakin rendah Sumbangan Daerah (SB) maka semakin kuat derajat desentralisasi fiskalnya (tingkat kemandiriannya).
Semakin tinggi Indeks Pelayanan Publik Perkapita (IPPP), maka semakin besar pula kebutuhan fiskal (fiscal need). Semakin rendah Indeks Pelayanan Publik (IPPP), semakin sedikit pula kebutuhan fiskal (fiscal
need)
Semakin elastis Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah, maka struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut semakin baik.
(35)
Semakin inelastis Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah, maka struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut semakin buruk.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Sudono Susanto
Penelitian ini berjudul “Analisis Perkembangan Pembiayaan Fiskal
Pemerintah Pusat dan Daerah (studi kasus Daerah Tingkat II Banjarnegara)“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat
otonomi fiskal (DOF) di Daerah Tingkat II Banjarnegara yang diukur dengan variabel tingkat perkembangan ekonomi (TPE) dan bantuan pemerintah pusat (G). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat perkembangan ekonomi (TPE) dan bantuan pemerintah pusat (G) berpengaruh negatif terhadap derajat otonomi fiskal daerah (DOF).
2. Penelitian Yuliati
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (Halim, 2004: 21) yang berjudul
“Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Menghadapi Otonomi Daerah (Kasus Kabupaten Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur dan menganalisis derajat otonomi Kabupaten Malang yang ditekankan kepada derajat desentralisasi, bantuan serta kapasitas fiskal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketergantungan pemerintah Kabupaten Malang terhadap pemerintah pusat pada tahun anggaran
(36)
1995/1996-1999/2000 masih sangat tinggi, yang dibuktikan dengan masih rendahnya rata-rata proporsi PAD terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD) selama kurun waktu 5 tahun, yaitu hanya sebesar 15%, walaupun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata proporsi PAD dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP) terhadap TPD selama kurun waktu 5 tahun hanya sebesar 29% saja. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran pemerintah pusat terhadap keuangan daerah Kabupaten Malang selama kurun waktu 5 tahun tersebut masih sangat besar yang juga ditunjukkan dengan tingginya rata-rata proporsi pemerintah pusat terhadap TPD, yaitu sebesar 71%. Kabupaten Malang memiliki kapasitas fiskal yang relatif baik dibandingkan dengan standar fiskal rata-rata kabupaten/kota se-Jawa Timur. Namun apabila dibandingkan dengan kebutuhan fiskalnya maka terdapat kekurangan (gap) sebesar 12%. Jadi, untuk menutupi kekurangan tersebut memang masih diperlukan dana dari pemerintah pusat.
3. Penelitian Jasagung Hariyadi
Penelitian yang dilakukan oleh Jasagung Hariyadi (Halim, 2004: 339) yang berjudul “Estimasi Penerimaan dan Belanja Daerah serta Derajat
Desentralisasi Fiskal Kabupaten Belitung: Studi Kasus Tahun Anggaran 2001.“ Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui estimasi penerimaan
daerah dan tingkat kemandirian keuangan daerah melalui pengukuran derajat desentralisasi fiskal untuk tahun 2001, sehingga terlihat
(37)
kemampuan Kabupaten Belitung dalam rangka melaksanakan otonomi daerah yang mulai berlaku efektif pada tahun 2001. Kesimpulan dari penelitian ini, berdasarkan estimasi APBD Kabupaten Belitung tahun anggaran 2001 perbandingan antara PAD terhadap TPD adalah sebesar 11,61%. Sedangkan perbandingan antara Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dengan TPD adalah sebesar 7,18% dan Sumbangan Daerah dan Total Penerimaan Daerah adalah sebesar 81,21%.
4. Penelitian Kifliansyah
Penelitian yang dilakukan oleh Kifliansyah (Halim, 2004: 329) yang berjudul “Analisa Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(Kasus Kabupaten Hulu Sungai Tengah).“ Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui tingkat kemandirian daerah pada tahun anggaran 1999/2000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proporsi PAD terhadap TPD sebesar 3,21%, proporsi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak terhadap Total Penerimaan Daerah sebesar 18,80%, proporsi Sumbangan Daerah terhadap Total Penerimaan Daerah sebesar 76,61%. Dengan kondisi ini ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat masih sangat besar.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
(38)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pada pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara, data yang dipakai adalah realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kemudian dari APBD diambil data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yang kemudian akan dianalisis dengan meggunakan rasio kinerja keuangan daerah yaitu : rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio Kebutuhan Fiskal, rasio Kapasitas Fiskal, rasio Upaya Fiskal.
a. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan Fiskal yang dalam penelitian ini dilihat dari tingkat desentralisasi fiskalnya menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yaitu kabupaten dan kota untuk melaksanakan pembangunan. Hal ini berarti bahwa pemerintah pusat memberikan kebebasan kepada daerah untuk menyelenggarakan pengelolaan dan pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan kota. Derajat desentralisasi fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Kemandirian Pembiayaan Daerah (Dependent Variabel)
Tingkat Ketergantungan Daerah (Dependent Variabel) Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
(39)
PAD
Derajat Desentralisasi Fiskal : Total Pendapatan Daerah
b. Tingkat kemandirian pembiayaan
Ukuran ini untuk menguji tingkat kekuatan kemandirian pemerintah kabupaten dan kota dalam membiayai APBD setiap periode anggaran.
PAD Tingkat kemandirian pembiayaan :
Belanja Rutin Non Pegawai Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal bersama pemerintah pusat dan provinsi semakin rendah, demikian sebaliknya. Rasio kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Secara umum, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal pada daerah tersebut.
(40)
Rasio ini untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Derajat otonomi fiskal ini menunjukkan kemampuan daerah dalam meningkatkan PAD.
PAD Tingkat kemandirian pembiayaan :
Belanja Rutin Non Pegawai
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Jawaban yang diberikan didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Adapun Hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1: Kebijakan desentralisasi fiscal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dalam bentuk kemandirian pembiayaan daerah
H2: Kebijakan desentralisasi fiscal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah dalam bentuk tingkat ketergantungan daerah.
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah komparatif. Menurut sugiyono (2004 : 11) “penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan”.
B. Data Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari
laporan statistik keuangan pemerintah kabupaten/propinsi Sumatera Utara yang diterbitkan oleh kantor BPS Propinsi Sumatera Utara. Periode realisasi APBD yang menjadi pengamatan penulis adalah periode tiga tahun sebelum desentralisasi fiskal (tahun anggaran 1997/1998 – 1998/1999) dan tiga tahun pada periode sesudah desentralisasi fiskal (tahun 2001 -2003).
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik dengan melakukan pencatatan dan foto copy data yang diperlukan.
(42)
Teknik kepustakaan merupakan teknik dengan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui buku-buku, literature-literatur, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.
D. Variabel Penelitian
Menurut Haryadi (2002:52) variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah
d. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan Fiskal yang dalam penelitian ini dilihat dari tingkat desentralisasi fiskalnya menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yaitu kabupaten dan kota untuk melaksanakan pembangunan. Hal ini berarti bahwa pemerintah pusat memberikan kebebasan kepada daerah untuk menyelenggarakan pengelolaan dan pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan kota. Derajat desentralisasi fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
PAD
Derajat Desentralisasi Fiskal : Total Pendapatan Daerah
e. Tingkat kemandirian pembiayaan
Ukuran ini untuk menguji tingkat kekuatan kemandirian pemerintah kabupaten dan kota dalam membiayai APBD setiap periode anggaran.
PAD Tingkat kemandirian pembiayaan :
(43)
Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal bersama pemerintah pusat dan provinsi semakin rendah, demikian sebaliknya. Rasio kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Secara umum, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal pada daerah tersebut.
f. Tingkat Ketergantungan
Rasio ini untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Derajat otonomi fiskal ini menunjukkan kemampuan daerah dalam meningkatkan PAD.
PAD Tingkat kemandirian pembiayaan :
Belanja Rutin Non Pegawai
E. Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan uji terhadap hipotesis, terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah data
(44)
penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Analisis normalitas ini diperlukan sebagai prasyarat uji beda untuk dua sampel yang berpasangan. Untuk mendeteksi data pada penelitian ini akan digunakan uji non parametrik yaitu kolmogorov-smirnov. Bila hasil pengujian normalitas data menghasilkan suatu penyebaran yang tidak normal dari rasio-rasio keuangan, maka terhadap rasio-rasio tersebut digunakan uji beda berperingkat Wilcoxon. Untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diungkapkan sebelumnya dilakukan pengujian statistik parametrik, yaitu uji t unutk dua sampel yang berpasangan. Uji t ini digunakan untuk dua sampel berpasangan yaitu sampel sebelum dan setelah desentralisasi fiskal apakah mempunyai perbedaan secara signifikan atau tidak dalam hal tingkat desentralisasi fiskal, tingkat kemandirian pembiayaan dan tingkat ketergantungan.
Hipotesis :
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan Ha : terdapat perbedaan yang signifikan Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
(45)
Penelitian ini dimulai oleh penulis pada bulan November 2009 sampai dengan selesai, yang dilakukan di Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang berada di Jalan Asrama No. 179 Medan.
Tabel 3.3
Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2009
Nov Des Jan Feb Mar
1 Pengumpulan Data 2 Pengajuan Proposal
3
Bimbingan Proposal dan Penyelesaian
Proposal
4 Seminar Proposal
6 Analisis Data
Penelitian
7 Bimbingan Skripsi
8
Bimbingan dan Penyelesaian
(46)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data penelitian
I. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera, yang meliputi seluruh Sumatera Utara, dikepalai oleh seorang Gouverneur berkedudukan di Medan. Sumatera terdiri daridaerah-daerah administratif yang dinamakan Keresidenan. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sumatera tetap merupakan suatu kesatuan pemerintahan yaitu Propinsi Sumatera yang dikepalai oleh seorang Residen. Dalam perkembangan selanjutnya melalui UU No.10 tahun 1948 tanggal 15 April 1948, pemerintah menetapkan Sumatera menjadi tiga propinsi yaitu masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu:
a. Propinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli.
b. Propinsi Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan Sumatera Barat, Riau dan Jambi.
c. Propinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu, Palembang dan Bangka Belitung.
(47)
Agustus 1973 No.19/K/1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Propinsi Sumatera Utara Daerah Tingkat I Sumatera Utara adalah tanggal 15 April 1948. Sumatera Utara terletak di Pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh di sebelah Utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau di sebelah Selatan. Sumatera Utara terletak pada 1A0-4A0 Lintang Utara dan 98A0-100A0 Bujur Timur. Luas daratan propinsi sumatera Utara 71.680 kilometer bujursangkar, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 14°C.
Sebagaimana Propinsi lainnya di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.
Pada tanggal 7 Desember 1959 diundangkan UU No.24 tahun 1956 yaitu undang-undang tentang pembentukan daerah otonom Propinsi Aceh dan perubahan pembentukan propinsi Sumatera Utara. Pasal 1 UU No.24 tahun 1956 menyebutkan:
a. Daerah Aceh yang meliputi kabupaten-kabupaten Aceh besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan, Kota Besar Kutaraja. Daerah-daerah tersebut dipisahkan dari lingkungan daerah otonom Propinsi Sumatera Utara berdasarkan
(48)
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.5 tahun 1950 sehingga daerah-daerah tersebut menjadi daerah-daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan nama Propinsi Aceh.
b. Propinsi Sumatera Utara dalam ayat (1) yang wilayahnya telah dikurangi bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah otonom Propinsi Aceh, tetap disebut Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan UU Darurat No.7 tahun 1956, UU Darurat No.8 tahun 1956, UU Darurat No.9 tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.4 tahun 1964, Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 17 kabupaten/kotamadya yaitu:
a. Pemerintah Kabupaten yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Nias, Langkat, Karo, Deliserdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Dairi.
b. Kotamadya yaitu Kotamadya Medan, Pematang Siantar, Sibolga, Tanjung Balai, Binjai, Tebing Tinggi.
Pada tahun 1999 Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara terdapat 19 dinas otonom yaitu dinas pertanian (PP No.47/1951), peternakan/kehewanan (PP No.49/1951), P dan K (PP No.65/1951), kesehatan, (PP No.51/1952), perindustrian (PP No.12/1954), kehutanan (PP No.64/1957), perikanan laut (PP No.64/1957), sosial(PP No.5/1958), tenaga kerja(PP No.14/1958), lalu lintas dan angkutan jalan raya (PP No.16/1958), dinas perkebunan rakyat SK Menteri Perkebunan tanggal 18 Mei 1958, dinas pendapatan (Perda
(49)
No.4/1976), dinas bina marga (Perda No.13/1980), pengairan (Perda No.14/1980), cipta karya (Perda No.15/1980), pariwisata (Perda No.16/1980), pertambangan (Perda No.16/1989).
Seiring dengan pemberlakuan UU No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka pengaturan rumah tangga daerah telah berada pada kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Propinsi Sumatera Utara mengeluarkan Perda No.3 tanggal 31 Juli 2001 untuk membentuk dinas-dinas sebagai institusi teknis di dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah Sumatera Utara yaitu dinas pertanian, peternakan, pemuda dan olah raga, pendidikan, kesehatan, perindustrian dan perdagangan, kehutanan, perikanan dan kelautan, social, penataan ruang dan pemukiman, tenaga kerja dan transmigrasi, perhubungan, perkebunan, pendapatan, jalan dan jembatan, pengairan, koperasi dan usaha kecil dan menengah, kebudayaan dan pariwisata, pertambangan dan energi.
Sejak 1 Januari 2001 struktur dan mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah berubah sesuai dengan kebijakan baru tentang desentralisasi dan otonomi daerah. Alokasi dana dari pusat untuk APBD yang sebelumnya berupa subsidi daerah otonom(SDO), sekarang disatukan dalam dana alokasi umum (DAU). Secara umum DAU yang diterima oleh daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota lebih besar daripada jumlah subsidi daerah otonom. Namun, karena sekarang biaya operasional instansi di daerah dan gaji pegawai di daerah dibiayai melalui DAU, maka kebanyakan DAU yang diterima hanya cukup untuk kebutuhan
(50)
anggaran rutin. Sebenarnya pemerintah daerah masih mempunyai sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dari bagi hasil pajak dan bukan pajak, tetapi banyak yang memperkirakan bahwa jumlahnya lebih kecil dari daripada dana sektoral yang selama ini dialokasikan ke daerah melalui tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Administrasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara terus berkembang sejak tahun 2000 sampai sekarang, dimana tahun 2000 hanya terdiri dari 13 Kabupaten dan 6 Kota sampai pada tahun 2005 terdiri dari 17 Kabupaten dan 8 Kota.
Pada tahun 2008 Propinsi Sumatera Utara terbagi atas 22 kabupaten, 7 kota, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan desa, dan setelah otonomi daerah banyak pemerintah kabupaten/kota yang melakukan pemekaran (keterangannya dapat dilihat pada lampiran I). Pemerintah kabupaten/kota yang terbentuk sebelum otonomi daerah dan yang tidak melakukan pemekaran sebelum tahun 2004 ada 7 kabupaten yaitu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Karo, Langkat, dan 6 kota yaitu Pemerintah Kota Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai.
Visi dan Misi Propinsi Sumatera Utara
a. Visi Propinsi Sumatera Utara
(1)
9 0 0 3
TOTAL BELANJ A
2.268. 990,5 7
301. 124, 63
1.395. 563,1 2
312. 763, 84
212. 826, 55
253. 775, 50
231. 251, 38
247. 706, 84
0,0 0
0,0 0
255.4 42,17
388. 400, 34
288. 872, 41
345. 111, 40
625. 444, 72
0, 0 0
831. 734, 83
425. 704, 58
672. 361, 84
637. 212, 81
0,00 0,
0 0
652. 979, 00
0,0 0
310. 937, 20
252. 217, 97 30
1 Belanja Pegawa i
448.4 39,81
174. 826, 22
664.3 01,57
174. 781, 33
81.1 33,9 6
94.7 95,8 6
100. 217, 46
125. 998, 33
0,0 0
0,0 0
95.86 4,81
188. 416, 13
135. 198, 18
169. 517, 09
316. 095, 30
0, 0 0
442. 380, 50
252. 924, 03
315. 901, 69
340. 961, 38
0,00 0,
0 0
402. 376, 99
0,0 0
131. 444, 35
85.7 27,5 8 30
2 Belanja Barang dan Jasa
319.0 10,22
45.8 90,9 8
315.7 91,01
31.1 25,0 3
41.4 86,1 1
34.2 32,2 0
27.7 67,5 8
46.4 41,5 8
0,0 0
0,0 0
30.95 4,68
55.6 44,3 0
36.7 77,2 6
40.4 91,3 6
63.2 63,3 2
0, 0 0
111. 642, 03
37.9 20,8 0
60.0 95,6 1
76.1 38,4 4
0,00 0,
0 0
51.1 21,6 8
0,0 0
44.9 15,1 4
36.4 34,0 8
30 3
Belanja Perjala nan Dinas
67.44 7,48
6.07 2,80
18.95 5,65
5.20 9,89
4.02 1,35
6.91 4,04
3.93 3,41
8.60 0,16
0,0 0
0,0 0
12.29 6,44
6.82 8,62
13.5 53,2 0
13.1 24,3 8
11.3 50,2 2
0, 0 0
10.1 52,4 3
5.84 8,42
11.1 16,2 7
13.8 75,4 6
0,00 0,
0 0
15.1 80,6 5
0,0 0
10.7 09,0 4
11.2 23,0 8 30
4 Belanja Pemeli haraan
87.83 0,97
20.3 29,1 5
56.13 5,48
13.2 43,1 7
15.8 77,3 9
25.2 32,0 2
18.1 60,2 9
22.3 72,5 2
0,0 0
0,0 0
3.201 ,01
30.0 94,3 6
17.1 60,2 8
20.8 28,9 1
5.47 0,12
0, 0 0
50.9 92,0 4
54.3 42,9 4
14.0 63,4 0
72.3 37,5 0
0,00 0,
0 0
45.1 12,7 0
0,0 0
12.3 37,9 7
2.96 1,16 30
5 Belanja Lain-lain
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0
0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0
400, 00 0,00 30
6 Belanja Modal
632.8 03,91
47.6 06,2 0
234.4 90,32
76.9 84,0 4
57.6 17,4 2
86.0 93,5 5
75.9 17,3 0
34.1 14,0 0
0,0 0
0,0 0
98.92 6,00
90.9 07,0 0
71.6 02,8 9
77.9 21,3 7
197. 049, 58
0, 0 0
167. 718, 37
68.3 85,8 6
239. 930, 72
104. 393, 24
0,00 0,
0 0
107. 640, 23
0,0 0
101. 318, 35
109. 829, 88
30 7
Belanja Bagi Hasil dan Bantua n Keuang an
706.9 58,19
6.32 4,28
98.38 9,08
10.5 82,5 8
10.4 59,8 3
6.00 7,83
5.15 5,34
10.0 30,2 6
0,0 0
0,0 0
13.19 9,24
16.0 09,9 3
13.7 30,6 0
21.7 10,1 2
31.2 16,1 8
0, 0 0
44.8 49,4 6
4.52 0,92
27.5 74,3 4
29.3 06,8 0
0,00 0,
0 0
30.0 64,5 5
0,0 0
9.25 6,23
5.04 2,18
30 8
Belanja Tidak Tersang ka
6.500, 00
75,0 0
7.500, 00
837, 80
2.23 0,50
500, 00
100, 00
150, 00
0,0 0
0,0 0
1.000 ,00
500, 00
850, 00
1.51 8,17
1.00 0,00
0, 0 0
4.00 0,00
1.76 1,61
3.67 9,81
200, 00 0,00
0, 0 0
1.48 2,20
0,0 0
556, 12
1.00 0,00
4 TOTAL PEMBIA YAAN
153.1 99,35
-800, 00
-34.20 0,00
6.42 2,06
12.3 84,2 1
30.3 59,0 0
9.72 0,18
2.50 6,54
0,0 0
0,0 0 0,00 0,00
18.1 03,8 2
1.39 2,00
7.52 6,83
0, 0 0
-4.86 5,27
10.1 95,2 3
50.2 85,9 9
-4.56 2,23
0,00 0,
0 0
-247, 53
0,0 0
23.0 10,3 1
21.9 03,0 1 40
1 Peneri maan Daerah
169.4 85,86
1.00 0,00 0,00
7.85 8,69
12.5 00,0 0
32.3 50,0 0
45.0 91,2 9
5.70 8,11
0,0 0
0,0 0 0,00
23.9 32,7 8
20.9 28,0 1
6.00 0,00
14.0 26,8 3
0, 0 0
4.46 3,00
11.8 80,0 4
64.5 50,4 6
20.1 96,6 0
0,00 0,
0 0
15.8 47,2 9
0,0 0
27.8 46,0 1
23.2 58,6 7 40
2 Pengelu aran Daerah
16.28 6,51
1.80 0,00
34.20 0,00
1.43 6,63
115, 79
1.99 1,00
35.3 71,1 1
3.20 1,57
0,0 0
0,0 0 0,00
23.9 32,7 8
2.82 4,20
4.60 8,00
6.50 0,00
0, 0 0
9.32 8,28
1.68 4,80
14.2 64,4 8
24.7 58,8 3
0,00 0,
0 0
16.0 94,8 3
0,0 0
4.83 5,70
1.35 5,66
Sumber : www.djpkpd.go.id
Lampiran 5
Laporan APBD T.A. 2005
Kabupaten, Kota dan Propinsi se- Provinsi Sumatera Utara
(dalam jutaan rupiah)
Ko
de Uraian 0200 0214 0215 0216 0217 0218 0219 0220 02 21
02
22 0223 0224 0213 0212 0201 0 2 0
0203 0204 0205 0206 0207 0 2 0
0209 021
(2)
2 8
Prop.
Sumat era Utara
Kota Binjai
Kota Medan
Kota Pema tang Siant ar
Kota Sibol ga
Kota Tanju ng Balai
Kota Tebin g Tingg i
Kota Pada ng Side mpua n
Ka b. Pa kpa k Bh ara t
Ka b. Nia s Sel ata n
Kab. Hum bang Hasu nduta n
Kab. Serda ng Beda gai
Kab. Toba Samo sir
Kab. Tapa nuli Utara
Kab. Asah an
Ka b. D ai ri
Kab. Deli Serda ng
Kab. Tana h Karo
Kab. Labu han Batu
Kab. Lang kat
Kab. Mand ailin g Natal
Ka b. Ni as
Kab. Simal ungu n
Kab . Tap anu li Sela tan
Kab. Tapa nuli Teng ah
Kab. Samo sir
1 TOTAL PENERI MAAN
2.115. 791,2 2
365. 400, 93
1.429. 763,1 2
314. 236, 48
123. 493, 43
314. 100, 30
301. 700. 70
332. 200. 00
0,0 0
0,0 0
367.3 00,20
388. 400, 34
384. 600, 45
432. 300, 18
617. 917, 89
0, 0 0
954. 600, 65
585. 200, 54
623. 135, 64
641. 775, 04
0,00 0,
0 0
807. 800, 11
0,0 0
287. 926, 88
230. 314, 96
10 2
BAGIAN PENDA PATAN ASLI DAERA H
1.377. 138,2 2
13.8 14,5 9
320.0 62,95
16.2 66,4 8
7.50 8,50
10.8 43,4 9
8.76 5,95
6.13 5,30
0,0 0
0,0 0
3.508 ,02
17.1 65,1 2
10.3 75,6 0
6.72 5,47
23.8 79,0 0
0, 0 0
62.1 04,6 0
15.1 94,5 6
32.1 44,5 0
20.6 64,5 9
0,00 0,
0 0
20.9 52,7 2
0,0 0
7.37 3,11
6.57 5,08
10 20 1
Pos Pajak Daerah
1.283. 750,0 0
5.83 5,58
183.3 92,01
6.38 9,80
1.65 6,56
4.75 4,89
3.35 0,98
2.49 5,00
0,0 0
0,0 0
1.028 ,73
13.3 14,4 8
1.98 0,00
1.13 1,23
10.6 48,7 9
0, 0 0
46.9 35,0 0
5.49 1,60
10.2 28,5 1
11.7 18,3 0
0,00 0,
0 0
10.8 25,0 0
0,0 0
2.20 8,87
782, 40 10
20 2
Pos Retribu si Daerah
10.43 1,01
4.63 9,01
130.7 49,46
7.08 3,73
4.08 1,94
3.16 2,70
3.31 4,97
3.28 0,30
0,0 0
0,0 0
1.380 ,76
2.85 0,64
1.29 5,35
1.35 9,44
7.27 0,20
0, 0 0
12.0 69,6 0
7.06 7,96
10.2 79,4 2
5.13 2,29 0,00
0, 0 0
5.23 0,72
0,0 0
1.34 7,29
692, 68
10 20 3
Pos Laba Perusah aan Milik Daerah
48.07 5,85
160, 00
2.450, 00
850, 00
620, 00
380, 00 0,00
60,0 0
0,0 0
0,0 0 60,00 0,00
120, 00
712, 30 0,00
0, 0 0
1.70 0,00
337, 00
2.67
5,66 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0
1.03 7,00 0,00
10 20 4
Pos Lain-lain Pendap atan Asli Daerah Yang Sah
34.88 1,36
3.18 0,00
3.471, 48
1.94 2,95
1.15 0,00
2.54 5,89
2.10 0,00
300, 00
0,0 0
0,0 0
1.038 ,53
1.00 0,00
6.98 0,25
3.52 2,50
5.96 0,01
0, 0 0
1.40 0,00
2.29 8,00
8.96 0,90
3.81 4,00 0,00
0, 0 0
4.89 6,99
0,0 0
2.77 9,95
5.10 0,00
10 3
DANA PERIMB ANGAN
738.6 53,00
276. 953, 03
822.6 79,57
283. 075, 00
185. 813, 84
202. 608, 80
204. 865, 26
228. 075, 00
0,0 0
0,0 0
248.2 94,73
350. 801, 95
251. 622, 24
325. 737, 57
571. 325, 45
0, 0 0
737. 995, 00
375. 525, 55
562. 234, 15
617. 630, 45
0,00 0,
0 0
601. 923, 08
0,0 0
270. 221, 27
217. 798, 78 10
30 1
Pos Bagi Hasil Pajak
192.0 00,00
28.3 33,1 6
227.6 49,57
14.1 00,0 0
12.7 80,3 4
10.6 78,8 0
10.5 10,2 5
15.1 46,0 0
0,0 0
0,0 0
20.87 0,00
17.3 25,3 3
13.6 41,0 9
10.3 34,3 4
42.1 17,7 9
0, 0 0
68.2 00,0 0
13.9 94,0 0
57.4 72,2 5
95.4 50,4 5
0,00 0,
0 0
39.1 97,1 9
0,0 0
17.2 81,2 1
8.27 8,66
10 30 2
Pos Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam
6.935, 00
1.99 9,88 0,00
1.10 0,00
1.00 2,50
640, 00
100, 00 0,00
0,0 0
0,0 0
772,5 4
565, 61
1.07 6,00
696, 23
1.32 1,65
0, 0 0
2.02 0,00
665, 55
1.43 0,89
8.58 0,00 0,00
0, 0 0
1.44 7,89
0,0 0
1.10 6,54
635, 00
10 30 3
Pos Dana Alokasi Umum
539.7 18,00
226. 850, 00
574.5 50,00
251. 255, 00
163. 031, 00
174. 380, 00
179. 085, 00
200. 749, 00
0,0 0
0,0 0
199.8 63,00
303. 501, 00
210. 442, 00
286. 277, 00
493. 236, 00
0, 0 0
637. 495, 00
334. 102, 00
471. 211, 00
484. 070, 00
0,00 0,
0 0
528. 358, 00
0,0 0
226. 435, 00
184. 943, 00 10
30 4
Pos Dana Alokasi Khusus
0,00 19.7 70,0 0
20.48 0,00
16.6 20,0 0
9.00 0,00
16.9 10,0 0
15.1 70,0 0
12.1 80,0 0
0,0 0
0,0 0
26.78 9,19
29.4 10,0 0
26.4 63,1 5
28.4 30,0 0
34.6 50,0 0
0, 0 0
30.2 80,0 0
26.7 64,0 0
32.1 20,0 0
29.5 30,0 0
0,00 0,
0 0
32.9 20,0 0
0,0 0
25.3 98,5 2
23.9 42,1 2
(3)
10 5
BAGIAN LAIN-LAIN PENERI MAAN YANG SAH
0,00 11.1 57,0 0
287.0 20,60
14.8 95,0 0
7.12 0,00
9.95 6,72
7.90 0,00
10.9 90,0 0
0,0 0
0,0 0
1.554 ,95
20.4 33,2 8
8.77 0,75
11.5 01,3 6
22.7 13,4 5
0, 0 0
36.5 00,5 0
24.5 74,0 3
28.7 57,0 0
3.48 0,00 0,00
0, 0 0
30.3 50,7 3
0,0 0
10.3 32,5 0
5.94 1,10
10 50 1
Peneri maan Dari Pemeri ntah
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0
0,0 0 0,00
2.74
9,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 13.3 97,0 3
0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0 0,00
400, 00
10 50 2
Peneri maan Dari Propins i
0,00 11.1 57,0 0
287.0 20,60
14.8 95,0 0
7.12 0,00
7.95 6,72
7.90 0,00
10.9 90,0 0
0,0 0
0,0 0
1.554 ,95
17.6 84,2 8
8.77 0,75
11.5 01,3 6
22.7 13,4 5
0, 0 0
36.5 00,5 0
11.1 77,0 0
28.7 57,0 0
3.48 0,00 0,00
0, 0 0
23.4 00,7 3
0,0 0
4.03 7,50
5.54 1,10
10 50 3
Peneri maan Dari Kabupa ten/Kot a Lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0
0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0 0,00 0,00
10 50 4
Dana
Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0 0,00 0,00 10
59 9
Lain-Lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.00 0,00 0,00 0,00
0,0 0
0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
6.95 0,00
0,0 0 0,00 0,00
3 TOTAL BELANJ A
2.268. 990,5 7
301. 124, 63
1.395. 563,1 2
312. 763, 84
212. 826, 55
253. 775, 50
231. 251, 38
247. 706, 84
0,0 0
0,0 0
255.4 42,17
388. 400, 34
288. 872, 41
345. 111, 40
625. 444, 72
0, 0 0
831. 734, 83
425. 704, 58
672. 361, 84
637. 212, 81
0,00 0,
0 0
652. 979, 00
0,0 0
310. 937, 20
252. 217, 97 30
1 Belanja Pegawa i
448.4 39,81
174. 826, 22
664.3 01,57
174. 781, 33
81.1 33,9 6
94.7 95,8 6
100. 217, 46
125. 998, 33
0,0 0
0,0 0
95.86 4,81
188. 416, 13
135. 198, 18
169. 517, 09
316. 095, 30
0, 0 0
442. 380, 50
252. 924, 03
315. 901, 69
340. 961, 38
0,00 0,
0 0
402. 376, 99
0,0 0
131. 444, 35
85.7 27,5 8 30
2 Belanja Barang dan Jasa
319.0 10,22
45.8 90,9 8
315.7 91,01
31.1 25,0 3
41.4 86,1 1
34.2 32,2 0
27.7 67,5 8
46.4 41,5 8
0,0 0
0,0 0
30.95 4,68
55.6 44,3 0
36.7 77,2 6
40.4 91,3 6
63.2 63,3 2
0, 0 0
111. 642, 03
37.9 20,8 0
60.0 95,6 1
76.1 38,4 4
0,00 0,
0 0
51.1 21,6 8
0,0 0
44.9 15,1 4
36.4 34,0 8
30 3
Belanja Perjala nan Dinas
67.44 7,48
6.07 2,80
18.95 5,65
5.20 9,89
4.02 1,35
6.91 4,04
3.93 3,41
8.60 0,16
0,0 0
0,0 0
12.29 6,44
6.82 8,62
13.5 53,2 0
13.1 24,3 8
11.3 50,2 2
0, 0 0
10.1 52,4 3
5.84 8,42
11.1 16,2 7
13.8 75,4 6
0,00 0,
0 0
15.1 80,6 5
0,0 0
10.7 09,0 4
11.2 23,0 8 30
4 Belanja Pemeli haraan
87.83 0,97
20.3 29,1 5
56.13 5,48
13.2 43,1 7
15.8 77,3 9
25.2 32,0 2
18.1 60,2 9
22.3 72,5 2
0,0 0
0,0 0
3.201 ,01
30.0 94,3 6
17.1 60,2 8
20.8 28,9 1
5.47 0,12
0, 0 0
50.9 92,0 4
54.3 42,9 4
14.0 63,4 0
72.3 37,5 0
0,00 0,
0 0
45.1 12,7 0
0,0 0
12.3 37,9 7
2.96 1,16 30
5 Belanja Lain-lain
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0
0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
0 0
0,00 0,0 0
400, 00 0,00 30
6 Belanja Modal
632.8 03,91
47.6 06,2 0
234.4 90,32
76.9 84,0 4
57.6 17,4 2
86.0 93,5 5
75.9 17,3 0
34.1 14,0 0
0,0 0
0,0 0
98.92 6,00
90.9 07,0 0
71.6 02,8 9
77.9 21,3 7
197. 049, 58
0, 0 0
167. 718, 37
68.3 85,8 6
239. 930, 72
104. 393, 24
0,00 0,
0 0
107. 640, 23
0,0 0
101. 318, 35
109. 829, 88
30 7
Belanja Bagi Hasil dan Bantua n Keuang an
706.9 58,19
6.32 4,28
98.38 9,08
10.5 82,5 8
10.4 59,8 3
6.00 7,83
5.15 5,34
10.0 30,2 6
0,0 0
0,0 0
13.19 9,24
16.0 09,9 3
13.7 30,6 0
21.7 10,1 2
31.2 16,1 8
0, 0 0
44.8 49,4 6
4.52 0,92
27.5 74,3 4
29.3 06,8 0
0,00 0,
0 0
30.0 64,5 5
0,0 0
9.25 6,23
5.04 2,18
30 8
Belanja Tidak
6.500, 00
75,0 0
7.500, 00
837, 80
2.23 0,50
500, 00
100, 00
150, 00
0,0 0
0,0 0
1.000 ,00
500, 00
850, 00
1.51 8,17
1.00 0,00
0, 0
4.00 0,00
1.76 1,61
3.67 9,81
200, 00 0,00
0, 0
1.48 2,20
0,0 0
556, 12
1.00 0,00
(4)
Tersang ka
0 0
4 TOTAL PEMBIA YAAN
153.1 99,35
-800, 00
-34.20 0,00
6.42 2,06
12.3 84,2 1
30.3 59,0 0
9.72 0,18
2.50 6,54
0,0 0
0,0 0 0,00 0,00
18.1 03,8 2
1.39 2,00
7.52 6,83
0, 0 0
-4.86 5,27
10.1 95,2 3
50.2 85,9 9
-4.56 2,23
0,00 0,
0 0
-247, 53
0,0 0
23.0 10,3 1
21.9 03,0 1 40
1 Peneri maan Daerah
169.4 85,86
1.00 0,00 0,00
7.85 8,69
12.5 00,0 0
32.3 50,0 0
45.0 91,2 9
5.70 8,11
0,0 0
0,0 0 0,00
23.9 32,7 8
20.9 28,0 1
6.00 0,00
14.0 26,8 3
0, 0 0
4.46 3,00
11.8 80,0 4
64.5 50,4 6
20.1 96,6 0
0,00 0,
0 0
15.8 47,2 9
0,0 0
27.8 46,0 1
23.2 58,6 7 40
2 Pengelu aran Daerah
16.28 6,51
1.80 0,00
34.20 0,00
1.43 6,63
115, 79
1.99 1,00
35.3 71,1 1
3.20 1,57
0,0 0
0,0 0 0,00
23.9 32,7 8
2.82 4,20
4.60 8,00
6.50 0,00
0, 0 0
9.32 8,28
1.68 4,80
14.2 64,4 8
24.7 58,8 3
0,00 0,
0 0
16.0 94,8 3
0,0 0
4.83 5,70
1.35 5,66
Sumber : www.djpkpd.go.id
Lampiran 7
Laporan APBD T.A. 2006
Kabupaten, Kota dan Propinsi se- Provinsi Sumatra Utara
(dalam jutaan rupiah)
Ko
de Uraian 0200 0213 0214 0215 0216 0217 0218 0219 0220 022
2 0223 0212 021 1
02
01 0202 0203 0204 0205 0206 0207 02
08 0209 0210 022 4
Prop.
Sumatr a Utara
Kab. Toba Samos ir
Kota Binjai
Kota Medan
Kota Pem atan g Siant ar
Kota Sibolg a
Kota Tanju ng Balai
Kota Tebin g Tinggi
Kota Pada ng Sidem puan
Kab . Nia s Sela tan
Kab. Humb ang Hasun dutan
Kab. Tapan uli Utara
Kab. Tap anul i Ten gah
Kab . Asa han
Kab. Dairi
Kab. Deli Serda ng
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuh an Batu
Kab. Langk at
Kab. Mand ailing Natal Ka b. Ni as
Kab. Simal ungun
Kab. Tapan uli Selata n
Kab . Pak pak Bha rat 1
TOTAL PENERI MAAN
1.502. 474,55
153.9 32,28
192.8 95,66
1.156. 200,07 0,00
137.0 26,28
146.0 19,49
142.2 78,56
120,1 0
0,0 0
123.3 21,46
205.2 15,19 0,00
0,0 0
185.8 01,38
512.6 21,80
237.1 34,77
392.4 69,39
423.9 73,56 0,00
0, 00
407.9 11,28
363.9 07,79
0,0 0
10 2
BAGIAN PENDA PATAN ASLI DAERA H
1.026. 891,51
8.617 ,02
13.00 2,79
282.21 8,79 0,00
5.822 ,47
9.574 ,57
6.851 ,24
120,1 0
0,0 0
3.087, 31
5.814 ,79 0,00
0,0 0
5.243 ,10
59.14 5,80
11.09 1,72
23.39 8,85
16.83 4,74 0,00
0, 00
18.82 2,38
6.983 ,20
0,0 0
10 20 1
Pos Pajak Daerah
972.45 0,00
1.328 ,85
5.818 ,60
170.18 0,00 0,00
1.589 ,97
4.220 ,61
2.842 ,97 16,10
0,0 0
531,6 3
1.143 ,49 0,00
0,0 0
1.693 ,50
46.00 0,70
5.124 ,02
9.057 ,27
10.18 0,80 0,00
0, 00
10.08 6,74
3.165 ,53
0,0 0 10
20 2
Pos Retribu si Daerah
19.101 ,90
918,1 7
4.106 ,59
109.52 3,79 0,00
3.369 ,01
3.060 ,33
2.473 ,27
104,0 0
0,0 0
1.079, 61
1.344 ,98 0,00
0,0 0
2.131 ,09
12.29 0,10
5.430 ,70
9.003 ,79
4.493 ,47 0,00
0, 00
5.101 ,17
3.197 ,67
0,0 0
10 20 3
Pos Laba Perusah aan Milik Daerah
8.373, 50
120,0 0
160,0 0
1.450, 00 0,00
300,0
0 80,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 25,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 107,0
0 76,00 0,00 0,00 0, 00 0,00
120,0 0
0,0 0
10 20 4
Pos Lain-lain Pendap atan Asli Daerah Yang Sah
26.966 ,11
6.250 ,00
2.917 ,60
1.065, 00 0,00
563,5 0
2.213 ,63
1.535 ,00 0,00
0,0 0
1.476, 08
3.301 ,32 0,00
0,0 0
1.418 ,50
855,0 0
430,0 0
5.261 ,79
2.160 ,48 0,00
0, 00
3.634 ,47
500,0 0
0,0 0
10 3
DANA PERIMB
475.58 3,04
131.1 69,27
172.7 62,88
823.44 6,28 0,00
123.9 54,80
125.0 04,06
128.4 57,32 0,00
0,0 0
113.1 95,98
177.6 19,40 0,00
0,0 0
159.1 28,29
391.9 64,35
215.4 49,05
333.6 00,89
389.6 93,81 0,00
0, 00
355.0 86,44
319.1 93,64
0,0 0
(5)
ANGAN 10 30 1
Pos Bagi Hasil Pajak
149.01 6,00
10.05 7,87
16.86 3,00
391.52 6,00 0,00
14.15 3,30
10.67 2,06
6.837 ,32 0,00
0,0 0
13.95 3,78
12.76 3,02 0,00
0,0 0
9.200 ,00
54.00 0,00
8.682 ,05
41.62 0,00
68.44 7,32 0,00
0, 00
35.99 9,55
35.47 5,64
0,0 0
10 30 2
Pos Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam
6.827, 04
1.123 ,41
1.799 ,88
1.350, 28 0,00
1.002 ,50
1.275
,00 0,00 0,00 0,0
0 735,3
6 1.386
,50 0,00 0,0
0 625,0
0 3.345
,00 10,00 1.430
,89 14.76
1,49 0,00 0, 00
1.447 ,89
3.590 ,00
0,0 0
10 30 3
Pos Dana Alokasi Umum
319.74 0,00
108.3 78,00
146.6 40,00
426.57 0,00 0,00
101.5 69,00
106.1 77,00
114.2 00,00 0,00
0,0 0
83.58 0,00
149.6 07,00 0,00
0,0 0
138.5 11,00
330.4 29,00
194.3 97,00
286.5 50,00
293.7 55,00 0,00
0, 00
313.6 39,00
265.5 60,00
0,0 0
10 30 4
Pos Dana Alokasi Khusus
0,00 11.61 0,00
7.460 ,00
4.000, 00 0,00
7.230 ,00
6.880 ,00
7.420 ,00 0,00
0,0 0
14.92 6,84
13.86 2,88 0,00
0,0 0
10.79 2,28
4.190 ,35
12.36 0,00
4.000 ,00
12.73 0,00 0,00
0, 00
4.000 ,00
14.56 8,00
0,0 0
10 5
BAGIAN LAIN- LAIN PENERI MAAN YANG SAH
0,00 14.14 5,98
7.130 ,00
50.535 ,00 0,00
7.249 ,01
11.44 0,86
6.970 ,00 0,00
0,0 0
7.038, 17
21.78 1,00 0,00
0,0 0
21.43 0,00
61.51 1,65
10.59 4,00
35.46 9,65
17.44 5,00 0,00
0, 00
34.00 2,46
37.73 0,95
0,0 0
10 50 1
Peneri maan Dari Pemeri ntah
0,00 7.185 ,00 0,00
27.510 ,00 0,00
2.834 ,00
4.276
,47 0,00 0,00 0,0
0 3.720,
00 12.84
9,00 0,00 0,0
0 7.750
,00 25.28
7,20 550,0
0 13.29
0,00 15.38
0,00 0,00 0, 00
18.55 2,00 0,00
0,0 0
10 50 2
Peneri maan Dari Propins i
0,00 6.960 ,98
7.130 ,00
15.000 ,00 0,00
4.415 ,01
2.860 ,00
3.000 ,00 0,00
0,0 0
3.318, 17
8.932 ,00 0,00
0,0 0 0,00
36.22 4,45
10.04 4,00
22.17 9,65
2.065 ,00 0,00
0, 00
14.24 8,21
15.91 0,00
0,0 0
10 50 3
Peneri maan Dari Kabupa ten/ Kota Lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
00 0,00 0,00 0,0
0
10 50 4
Dana
Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, 00 0,00
21.82 0,95
0,0 0 10
59 9
Lain-Lain 0,00 0,00 0,00 8.025,
00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,0
0 13.68
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, 00
1.202 ,25 0,00
0,0 0
3 TOTAL BELANJ A
1.646. 276,35
167.3 32,42
196.9 45,66
1.135. 936,66 0,00
152.3 32,97
176.6 01,68
160.5 42,16 0,00
0,0 0
121.9 44,96
222.2 92,19 0,00
0,0 0
199.0 51,38
522.3 45,02
242.0 99,76
404.6 90,14
412.9 74,76 0,00
0, 00
414.3 48,87
358.9 06,05
0,0 0 30
1 Belanja Pegawa i
351.13 8,53
96.64 1,63
116.5 05,54
536.99 5,35 0,00
75.49 9,10
158.2 29,59
79.64 3,52 0,00
0,0 0
59.44 6,04
133.1 23,68 0,00
0,0 0
119.0 76,18
350.2 16,28
151.5 84,82
241.0 97,98
245.6 65,86 0,00
0, 00
309.3 22,43
201.5 40,32
0,0 0
30 2
Belanja Barang dan Jasa
222.63 1,07
22.73 1,79
27.55 0,85
223.58 7,82 0,00
11.51 6,36
12.10 3,43
22.17 0,00 0,00
0,0 0
13.97 9,32
25.50 3,50 0,00
0,0 0
20.38 4,13
65.59 1,29
31.10 6,89
40.96 0,12
53.78 4,87 0,00
0, 00
30.89 5,41
37.59 7,53
0,0 0 30
3 Belanja Perjala
49.146 ,23
7.073 ,82
6.200 ,98
13.613 ,31 0,00
2.221 ,17
3.622 ,28
2.190 ,97 0,00
0,0 0
5.135, 56
7.011 ,39 0,00
0,0 0
7.567 ,35
6.387 ,11
4.050 ,13
8.634 ,33
6.708 ,35 0,00
0, 00
8.996 ,08
20.59 8,54
0,0 0
(6)
nan Dinas 30 4
Belanja Pemelih araan
94.179 ,86
13.85 3,97
14.09 7,63
23.928 ,52 0,00
8.243 ,48
2.460 ,30
14.12 6,77 0,00
0,0 0
1.727, 00
4.771 ,83 0,00
0,0 0
26.55 6,82
31.91 4,15
5.866 ,75
8.248 ,64
5.982 ,86 0,00
0, 00
10.65 0,50
5.972 ,98
0,0 0 30
5 Belanja Lain-lain
0,00 0,00 1.002
,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0
0 105,0
8 0,00 0,00 0,0
0 528,2
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,
00 0,00 0,00 0,0
0 30
6 Belanja Modal
345.64 8,38
15.28 3,68
23.24 7,49
185.51 4,33 0,00
42.60 4,46
186,0 8
35.75 7,82 0,00
0,0 0
29.68 4,02
36.80 5,71 0,00
0,0 0
14.26 4,95
31.00 0,66
42.06 7,87
80.96 1,00
76.05 9,72 0,00
0, 00
40.05 2,36
67.18 9,36
0,0 0
30 7
Belanja Bagi Hasil dan Bantua n Keuang an
568.03 2,28
10.82 7,97
8.291 ,17
146.29 7,32 0,00
11.27 5,55 0,00
6.553 ,08 0,00
0,0 0
11.39 5,85
14.57 5,62 0,00
0,0 0
6.758 ,00
33.23 5,53
6.303 ,31
24.19 8,51
24.22 7,09 0,00
0, 00
13.82 9,21
25.73 2,32
0,0 0
30 8
Belanja Tidak Tersang ka
15.500 ,00
919,5 6 50,00
6.000, 00 0,00
972,8 5 0,00
100,0 0 0,00
0,0 0
472,0 9
500,4 6 0,00
0,0 0
3.915 ,76
4.000 ,00
1.120 ,00
589,5 6
546,0 0 0,00
0, 00
602,8 8
275,0 0
0,0 0
4 TOTAL PEMBIA YAAN
143.40 1,80
13.46 8,14
4.050 ,00
-20.273 ,41
0,00 15.30 5,69
30.58 2,19
18.26 3,60 0,00
0,0 0
-1.376, 50
17.07 7,00 0,00
0,0 0
13.25 0,00
9.723 ,22
5.125 ,20
12.26 4,23
-11.00 0,00
0,00 0, 00
6.437 ,60
10.35 4,75
0,0 0 40
1 Peneri maan Daerah
240.00 0,00
17.30 6,53
5.950
,00 0,00 0,00 18.33
0,08 32.75
0,00 24.50
2,56 0,00 0,0
0 0,00 20.34
5,00 0,00 0,0
0 14.00
0,00 14.99
5,00 5.325
,94 25.00
0,00 30.24
2,39 0,00 0, 00
8.471 ,06
13.97 8,56
0,0 0 40
2 Pengelu aran Daerah
96.598 ,20
3.838 ,39
1.900 ,00
20.273 ,41 0,00
3.024 ,39
2.167 ,81
6.238 ,95 0,00
0,0 0
1.376, 50
3.268 ,00 0,00
0,0 0
750,0 0
5.271 ,78
200,7 4
12.73 5,77
41.24 2,39 0,00
0, 00
2.033 ,46
3.623 ,81
0,0 0