Sedimentasi Patahan LANDASAN TEORI

2.2.3 Prinsip Fermat

Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat. Adapun rumusan prinsip fermat sebagai berikut: Gambar 2.7 Prinsip Fremat Panjang gelombang L dari A ke B adalah: √ √ √ √ √ √ ...................................... 2.7 hal ini menunjukan bahwa .................................................................... 2.8

2.3 Sedimentasi

Lapisan sediman pada cekungan terbentuk jutaan tahun lalu dari perpindahan materi yang tererosi, perubahan kimia pada batuan dan materi organik di laut. Dalam jangka waktu yang lama, materi-materi tersebut mengendap dan membentuk lapisan. Sedimen terkumpul di dasar laut dan akibat dari beban lapisan itu menyebabkan subsiden amblas. Material yang berbeda terkumpul dalam waktu yang berbeda sehingga terbentuk lapisan-lapisan yang berbeda dalam cekungan tersebut Gambar 2.8 Proses Terjadinya Pengendapan Aktivitas vulkanik dan pergerakan lempeng menyebabkan patahan pada lapisan. Gaya ini juga dapat merotasi lapisan tersebut sehingga membentuk pegunungan baru. Gambar 2.9 Patahan Pada Lapisan Sedimen Erosi dapat lapisan yang teratas dan tambahan lapisan paling rendah yang belum terbentuk akan terisi oleh air laut. Gambar 2.10 Erosi Pada Lapisan Sedimen Kemudian terjadi pengendapan atau sedimentasi pada lapisan atasnya yang menyebabkan ketidakseragaman lapisan di bawahnya. Gambar 2.11 Penambahan Lapisan Sedimen Akibat pergerakan lempeng terjadilah pelipatan dan distorsi pada cekungan Gambar 2.12 Proses Pelipatan Akibat Pergerakan Lempeng Robertson, 1998

2.4 Patahan

Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi akibat pengaruh tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Di daerah pertemuan lempeng akan timbul suatu tegangan yang diakibatkan oleh tumbukan dan geseran antar lempeng serta sifat-sifat elastik batuan. Tegangan pada batuan akan terkumpul terus menerus sehingga sesuai dengan karakteristik batuan yang akan sampai pada titik patah, dimana pada saat tersebut energy yang terkumpul selama terjadi proses tegangan akan dilepaskan, pada waktu itulah gempa bumi terjadi. Daerah retakan seringkali mempunyai bagian-bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan dari keadaan semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya. Gunawan Ibrahim, 2001 Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi terdapat tiga macam sesar Mulfinger Snyder, 1979, yaitu: a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal sesar vertikal, sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan. b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal sesar mendatar, sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah. c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring oblique. Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang, kalau terjadi di dasar lautsamudera terbentuk palung laut, dan bila di daratan bisa berupa ngarai. Gambar 2.13 Bentuk dan Jenis Sesar Dip slip fault dapat dibagi lagi menjadi dua bagian berdasarkan bagian yang tergeser, Lobeck , 1939 yaitu: a. Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif turun, maka disebut sesar turun, normal atau gravity fault. Strike slip fault b. Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif naik, maka dinamakan sesar naik atau thrust fault. Sesar naik digolongkan pula menjadi dua bagian, yaitu: Reverse fault, kalau bidang sesarnya mempunyai kemiringan lebih dari 45 o dan Thrust fault atau kelopak, jika kemiringan bidang sesar kurang daru 45 o . Strike slip fault disebut juga lateral fault yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Dextral atau right lateral fault adalah sesar yang bergerak relatif ke kanan. b. Sinistral atau left lateral fault merupakan pergerakan sesar yang relatif ke kiri Guna lebih mudah mengingat mengenai pembagian fault atau patahan berikut ini disajikan dalam bentuk sistematis tentang fault tersebut Sudardja dan Akub, 1977 dengan modifikasi. Gambar 2.14 Klasifikasi Patahan Lobeck 1939 mengemukakan ada beberapa jenis struktur patahan, yaitu: a. Patahan Normal normal fault b. Patahan bertingkat step fault c. Patahan terserpih fault splinter d. Patahan membalik reverse fault e. Patahan kelopak thrust fault f. Patahan kelopak majemuk multi thrust fault g. Patahan mendatar foult with horizontal movement h. Patahan lipatan fault passing in to a fold. Gambar 2.15 Jenis Patahan 2.5 Pengolahan Data Seismik Refleksi 2D 2.5.1