Gambar 4.9 RMS Velocity
Gambar 4.10 RMS Velocity Menggunakan Aplikasi Paradigm Geodepth 8.2
4.1.4 Stacking
Gambar 4.11 Hasil Penampang Stacking
Pada proses stacking terlihat adanya gelombang difraksi. Berikut ini adalah sampel difraksi yang diambil pada penampang stacking dengan mode warna
grayscale.
Gambar 4.12 Difraksi
Efek difraksi di atas terjadi karena adanya ketidakmenerusan pada lapisan. Efek difraksi dapat ditekan dengan cara migrasi.
4.1.5 Migrasi
Gambar 4.13 Hasil Migrasi Patahan
Efek Smile
Gambar 4.15 Smile Effect Gambar di atas menunjukkan adanya Smile Effect yang disebabkan oleh
penentuan nilai aperture yang tidak tepat. Sehingga dengan nilai aperture 300 CDP menyebabkan Smile Effect.
4.2 Analisa Lanjut
Untuk memperbaiki kualitas data akan dilakukan beberapa perubahan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Raw data yang diolah adalah raw data kedua. Raw data pertama CDP
255-39685 sedangkan raw data kedua memilikii nomor CDP 9749-49051. Walaupun nomor CDP berbeda tetapi isi data adalah sama.
2. Parameter filter yang digunakan tetap seperti pengolahan data sebelumnya.
3. Memperbaiki kecepatan stacking. Hal ini dilakukan dengan cara merubah
interval CDP dari 1000 menjadi 100 agar presisi lebih baik. Selain itu memperhatikan interval velocity agar tidak ada yang negatif.
4. Merubah parameter ketika melakukan migrasi, seperti aperture, filter, dan
koreksi spherical divergen.
4.2.1 Stacking Velocity
Dalam proses stacking ini program yang digunakan adalah Paradigm Geodepth 8.2. kelebihan menggunakan program ini adalah terdapat jendela-
jendela kontrol picking yang menunjukkan pengolahan yang sedang dilakukan. Interval CDP yang digunakan adalah 100 CDP atau 650 meter.
Gambar 4.16 Jendela Interaktif Picking Paradigm Geodepth 8.2 Semblance
kecepatan
CMP gather
Garis yang menunjukkan
posisi picking
Titik picking
Gambar di atas menunjukkan bahwa picking yang sedang dilakukan pada CMP 10500. Semblance kecepatan CMP 10500 ditunjukkan oleh jendela Picking
Velocity. Untuk melihat picking yang dilakukan sudah tepat atau belum dapat dilihat pada jendela QC time gate. Jika amplitude terlihat sejajar maka posisi hasil
picking sudah tepat. Hasil dari stacking dapat dilihat pada vertical function sebagai berikut:
Gambar 4.17 Vertical Function
Hal yang perlu diperhatikan adalah interval velocity. Asumsi yang digunakan adalah semakin dalam suatu lapisan maka kecepatannya semakin
meningkat. Oleh karena itu penentuan picking tidak boleh ada penurunan kecepatan kecuali jika ditemukan keberadaan suatu anomali seperti gas.
Kesalahan picking dapat terlihat pada jendela interval velocity dalam bentuk penurunan grafik kecepatan.
Berikut ini adalah display hasil picking yang telah dilakukan dengan interval CDP 100 dalam bentuk section.
Gambar 4.18 Stacking Velocity Section Jika sudah tidak ditemukan adanya dalam penentuan kecepatan stacking maka
proses migrasi selanjutnya dapat dilakukan.
4.2.2 Migrasi
Penulis akan melakukan 2 migrasi yang berbeda dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Migrasi 1
Nilai aperture yang digunakan adalah 1000. Option yang dipilih pada migrasi adalah anti aliasing yang digunakan frequency band dengan
strength 3 medium. Koreksi amplitude geometrical spreading tidak dilakukan pada tahap ini.
Gambar 4.19 Options Migrasi 1 2.
Migrasi 2 Nilai aperture yang digunakan adalah 1920 CDP atau 12000 meter.
Options yang dipilih pada migrasi adalah anti aliasing yang digunakan triangular precise dengan strength 5 storng. Koreksi amplitude akibat
geometrical spreading dilakukan pada tahap ini.
Gambar 4.20 Options Migrasi 2