Metode Pembelajaran KAJIAN TEORITIS
3. Mulkan 1993, memahami pembelajarann sebagai suatu
aktifitas guna menciptakan kreativitas siswa.
34
Pada Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan atau situasi yang sengaja dirancang agar interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dapat melakukan aktifitas belajar.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dikemukankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memahami metodologi pembelajaran,
yaitu sebagai berikut : metodologi pembelajaran adalah sebuah ilmu
dalam mengembangkan cara yang dilalui dalam proses pembelajaran yang berupa prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar didaktik
umum. Metodologi pembelajaran adalah sebuah ilmu yang membahas
cara yang paling cepat efektif dan cepat efisian yang dapat digunakan guru dalam menyajikan materi dalam kegiatan proses pembelajaran dikelas
Didaktik khusus.
34
Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I, Yogyakarta, Pustaka Felicha, 2009,
hal.163
b. Macam-Macam Metode
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam 2001:19 Metode berarti cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:767 Metode adalah cara yang telah
teratur dan
terpikir baik-baik
untuk mencapai
suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan
. Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan
wagner dalam Udin S. Winataputra 2008 dalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-
masing, tidak menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini masih banyak
digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu Metode ceramah,
Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama
role-playing, Metode problem solving, Metode sistem regu team teaching, Metode latihan drill, Metode karyawisata Field-trip, Metode
survai masyarakat, dan Metode simulasi. Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan sebagai berikut:
1. Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul
disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Metode
ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun
perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode
tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari
awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak
mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya. 2.
Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat ywo way traffic, sebab
pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
3. Metode Diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat dan
unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukanlah debat, karena debat
adalah perang mulut orang beradu argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam
diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.
4. Metode Resitasi, tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi
jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan, di sekolah atau di tempat lainnya. Tugas merangsang
anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun secara kelompok.
5. Metode kerja kelompok adalah siswa dalam satu kelas dipandang
dalam satu kesatuan kelompok sendiri atau pun dibagi atas kelompok-kelompok kecil sub-sub kelompok.
6. Metode demonstrasi dan eksperimen adalah metode mengajar yang
sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang
dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
7. Metode Sosiodrama role-playing, sosiodrama pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dan hubungannya dengan masalah sosial.
8. Metode problem solving, metode ini bukan sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam solving dapat menggunakan metode lainnya dimulai dari menarik data sampai
menarik kesimpulan.
9. Metode sistem regu team teaching, merupakan metode mengajar dua
orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya,
sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan
keahlian yang kita butuhkan. 10.
Metode latihan drill, metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu keterangan atau keterampilan dari apa yang
telah dipelajari. 11.
Metode karyawisata Field-trip, karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang
jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut
study tour. 12.
Metode survai masyarakat, pada dasarnya survai berarti cara memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu
dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. Banyak sekali jenis survai ini, seperti social survai, comunity survai, school survai dan
lain-lain. Masalah yang dipelajari dalam survai ialah masalah-masalah dalam kehidupan sosial. Untuk mempelajari masalah-masalah sosial
atau masalah yang terjadi pada masyarakat dapat digunakan observasi dan wawancara.
13. Metode simulasi, simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-
pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode
mengajar dimaksud sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu bahan pelajaran melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain peran
mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Penggunan simulasi sangat popular di
kalangan masyarakat terutama saat orde baru yakni simulasi P4.
Contoh lain simulasi yang juga populer di masyarakat adalah peragaan pemilu yang dikenal dengan istilah santiaji. Gladiresik juga
merupakan contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara yang sebenarnya
supaya tidak gagal pada waktunya nanti.
35
c. Metode pembelajaran di pondok pesantren
Menurut Dhofier,”pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaan formal yang diberikan dalam
lingkungan pesantren. Pada saat ini kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umu sebagai suatu bagian yang
juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab- kitab Islam klasik masih termasuk prioritas tinggi. Pada umumnya,
pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sedderhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam. Dan tingkatan
suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.
Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalamkitab-kitab Islam klasik, yaitu Nahwu dan Sharaf Morfologi,
Fiqih, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf dan Akhlak, dan cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghoh. Semua jenis kitab ini dapat
digolongkan ke dalam kelompok menurut tingkatan ajarannya, misal: tingkat dasar, menengah, dan lanjut. Kitab yang diajarkan di pesantren
di Jawa pada umumnya sama.
36
35
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989 hal.78 – 86
36
Zmakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, LP3ES hal. 72
Metode pedidikan pada lembaga pendidikan pesantren dalam pengajaran kitab kuning pada umumnya menurut Mastuhu ada empat,
yaitu: sorogan, bandongan, halaqah, dan hafalan. sedangkan Imran Arifin menyebutkan empat jenis metode pendidikan yaitu:
bandongan.sorogan,muhawarah, dan mudzakarah. Pendapat lainnya disampaikan oleh Dhofier, yaitu bandongan,atau disebut juga wetonan
dan sorogan.
37
C. Metode pembelajaran trdisional di pondok pesantren Al-Qur’an
Assanusiah
Pada pembahasan sebelumya penulis sudah mengulas tentang metode pembelajaran tradisional, pada sub bab ini penulis akan mengulas tentang
metode pembelajaran tradisional di pondok pesantren Al- Qur’an Assanusiah,
berikut penjelasan lebih jelasnya: Metode pembelajaran tradisional yang di ajarkan di pondok pesantren
Al- Qur’an Assanusiah hanya memakai empat metode saja, diantaranya
metode sorogan, bandongan, hafalan, dan musyawarah atau Bahtsul Masail.
1. Metode Sorogan
Metode sorogan adalah bentuk pendidikan yang bersifat individual, dimana para santri satu persatu dengan mengharapkan kyai atau para
pembantunya dengan membawa kitab tertentu. Selanjutnya kyai atau para pembantunya membacakan kitab itu
beberapa baris dengan makna arti yang lazim di pesantren biasanya dalam bahasa Jawa. Setelah kyai atau para pembantunya selesai
membaca kitab, santri mengulaginya, setelah itu dianggap cukup, maka santri yang lain maju secara bergiliran. Begitupun metode yang
37
Abdul Syukri,Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada hal. 72
diterapkan di pondok pesantren ini, biasanya hampir setiap hari dipergunakan, karena metode sorogan kyai bisa langsung mengetahui
kesalahan-kesalahan atau kurang pasnya dalam pembacaan-pembacaan Al-
Qur’an baik dalam makhorijul hurufnya maupun penjelasan- penjelasan tajwid.
Karena dalam metode sorogan ini biasanya selain berhadapan langsung dengan kyai metode ini melatih para santri sampai
dimanakah kemampuan pemahaman penjelasan-penjelasan tajwid yang telah disampaikan oleh kyai ataupun pembantunya.
Kekurangan dan kelebihan metode sorogan, setiap metode pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri, diantara metode
sorogan, kekurangannya,
membutuhkan waktu
lama untuk
mengajarkan para santri menggunakan metode ini, karena dari sekian banyaknya santri, harus mengaji secara bergantian dan harus
mengantri panjang untuk mendapatkan giliran mengaji. Karena biasanya tiap satu ustadz hanya bisa mengajarkan dua santri saja,
karena itu metode ini membutuhkan waktu yang lama. Selain itu dengan adanya metode sorogan kiai bisa menilai langsung
kemampuan santrinya. Kelebihan metode sorogan adalah: para santri bisa mengetahui
dimana saja letak-letak kesalahan, kekurangan yang dimiliki oleh individual tersebut, dan kyai bisa langsung membenarkan kesalahan
yang terdapat pada bacaan tersebut.
2. Metode Bandongan
Metode bandongan biasa digunakan di pondok pesantren Al- Qur’an Assanusiah, untuk penjelasan tajwid, Qiro’at dan kitab Fiqih.
Dengan metode bandongan kyai memberikan penjelasan yang lengkap beserta referensi-referensi yang kyai miliki.
Kekurangan metode bandongan adalah: kurang kondusif, karena kebanyakan pada penyampaian metode ini para santri
banyak yang mengobrol dengan teman, banyak yang tidak mencatat penjelasan-penjelasan kyai, serta tidak dapat sistem
evaluasi dan perjenjangan. Kelebihan metode bandongan adalah: bisa mengetahui
penjelasan kyai lebih lengkap, menambah wawasan yang lebih luas.
3. Metode Hafalan
Kegiatan belajar santri kesehariannya adalah menghafal Al- Qur’an, terutama Al-Qur’an Juz 30, biasanya para santri
diwajibkan untuk setoran hafalan dalam satu minggu itu dua sampai dengan tiga kali, karena umtuk pembiasaan para santri
untuk mempergunakan waktu luangnya untuk menghafal. Terutama bagi santri yang tidak bersekolah, biasanya santri yang
tidak sekolah mempergunakan waktu luang sebaik-baiknya untuk meghafal, guna memperbanyak hafalan dan untuk mencapai target
yang telah ditentukan oleh pondok pesantren. Kekurangan metode hafalan, banyak yang sering tidak setoran
hafalan dikarenakan belum hafal, banyaknya kendala-kendala untuk menghafal, terutama bagi santri yang sekolah, baik itu
mempunyai tugas kelompok di sekolah maupun tugas individual. Kelebihan metode hafalan, sangat penting sekali untuk
mengasah otak agar terbiasa menghafal pelajaran-pelajaran, dan membiasaan untuk fokus pada pelajaran, jika meningkat kepada
pelajaran yang agak sulit sudah tidak asing lagi.
4. Metode Bahtsul Masail
Metode ini digunakan satu minggu sekali, biasanya metode bahtsul masail digunakan untuk menggali pendapat-pendapat para santri untuk
bisa menyelesaikan suatu persoalan. Kekuranga meyode bahtsul masail, harus memperkaya referensi-
referensi yang ada, harus lebih matang dalam penyampaian argumen- argumen yang tepat dan sesuai dengan kaidah yang ada.
Kelebihan memperkaya wawasan, dengan adanya bahtsul masail santri bisa memahami cara penyelesaian persoalan yang baik dan betul
seperti apa, mengetahui banyaknya pemahaman-pemahaman yang berbeda dan bagaimana cara menyiapi perbedaan tersebut.
Dari sekian banyaknya metode pembelajaran yang sudah penulis jelaskan di bab sebelumnya, metode pembelajaran yang di ajarkan di
pondok pesantren Al- Qur’an Assanusiah hanya menggunakan empat
metode saja, alasannya karena pondok pesantren Al- Qur’an Assanusiah
belum memperbaharui metode pembelajaran yang biasa diajarkan kepada para santrinya, mereka masih memakai tradisi yang sudah lama diajarkan
dan dipraktekkan oleh guru besar pimpinan pondok pesantren Al- Qur’an
Assanusiah.
Karena itu pondok pesantren ini lebih mengedepankan metode sorogan, karena agar lebih mudah mengetahui potensi para santrinya.
Selain itu juga karena dengan metode sorogan seorang Ustadz bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh para santri.
Menurut penulis sebaiknya pondok pesantren Al- Qur’an Assanusiah
memperbaharui metode pembelajaran yang sudah diajarkan, seperti memperbanyak lagi metode pembelajaran yang akan diajarkan kepada
seluruh santrinya, akan tetapi juga tidak menghilangkan tradisi yang sudah biasa mereka lakukan.
Karena untuk zaman yang sudah modern ini harus ada sedikit pembaharuan yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-
Qur’an Assanusiah, agar terciptanya suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan.
Hawatirnya dengan empat metode pembelajaran tradisional yang diajarkan di pondok pesantren tersebut membuat para santri merasa bosan
dan kurangnya minat untuk mengkaji materi yang sudah diberikan oleh kiai.
45