17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Merck, tris base Merck, Natrium diklofenak Dipharma, Bovine Serum Albumin BSA fraksi V kemurnian 96 Sigma-Aldrich.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Isolasi Etil p-metoksisinamat dari Kaempferia galanga Linn
Sampel tumbuhan kencur yang berasal dari kebun instalasi Balitro Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Cicurug-Sukabumi
dideterminasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong, Bogor.
Sebanyak 8 Kg kencur dibersihkan, dicuci dengan air mengalir, diiris tipis lalu di jemur sampai kering tanpa terkena sinar matahari
langsung. Setelah kering, rajangan kencur diblender sampai halus lalu dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan yang telah didestilasi
sebanyak 1,7 L dengan waktu perendaman 5 hari sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 5 hari disaring sehingga diperoleh ampas
dan filtrat. Ampas ditambah kembali n-heksan sebanyak 1,7 L. Proses maserasi dilakukan sebanyak 3 kali. Seluruh filtrat hasil maserasi
dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator, kemudian filtrat pekat ini didiamkan pada suhu kamar selama 1 hari sampai terbentuk kristal.
Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan penyaringan, lalu dimurnikan dengan proses pencucian menggunakan n-heksan dan
direkristalisasi dengan cara melarutkan kristal dalam n-heksan dengan beberapa tetes metanol kemudian dibiarkan pada suhu kamar hingga
terbentuk kristal kembali Afrizal et al., 1999. Dihitung rendemennya.
rendemen = x 100
Kemudian dilakukan identifikasi EPMS yang didapat dengan KLT lalu diidentifikasi lebih lanjut dengan spektrofotometri FT-IR, GC-MS dan
H-NMR 500 MHz, JEOL.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.2 Reaksi Reduksi Senyawa Etil p-Metoksisinamat dengan NaBH
4
1,5 g EPMS dimasukkan dalam labu reaksi kemudian ditambah serbuk natrium borohidrida 1,65 g didiamkan selama 15 menit lalu
ditambah metanol 15 mL, diaduk dengan magnetic stirrer pada temperatur 70
O
C refluks. Reaksi berjalan selama 3 jam, setelah reaksi selesai dilakukan uji KLT. Lalu campuran reaksi didinginkan dalam suhu
ruangan, kemudian ditambahkan dengan HCl 2N 15 mL. Diekstraksi dengan etil asetat 3 x 15 mL. Fase etil asetat diuapkan dengan vacuum
rotary evaporator, hasil evaporasi diuji KLT dan dibandingkan dengan standar EPMS. Jika masih ada spot EPMS starting material, maka
dilakukan pemurnian dengan menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam berupa silica gel sebanyak 20,08 g serta eluen n-heksan dan etil
asetat 4:1 sebagai fase gerak. Kemudian dilakukan uji KLT untuk memastikan bahwa tidak ada lagi spot EPMS. Identifikasi senyawa hasil
reduksi dilakukan dengan spektrofotometri FT-IR, GC-MS dan spektrofotometer
1
H-NMR 500 MHz, JEOL. Da Costa et al., 2006.
3.4 Uji Aktivitas Antiinflamasi secara In Vitro
3.4.1 Pembuatan reagen
1. Pembuatan Tris –Buffer Saline TBS
Sebanyak 605,0 mg Tris base dan 4,35 g NaCl dilarutkan dalam 400 mL aquadest kemudian pH diatur dengan asam asetat glasial hingga mencapai
6,3. Lalu dicukupkan dengan aquadest sampai 500 mL. 2. Pembuatan larutan BSA 0,2 dalam TBS
Sebanyak 0,5 g BSA dimasukkan dalam labu ukur 250 mL, kemudian dilarutkan dengan TBS 250 mL.
3. Pembuatan variant konsentrasi Na diklofenak Kontrol positif Sebanyak 40,0 mg Natrium diklofenak dilarutkan didalam labu ukur 10
mL dengan metanol dicukupkan hingga volume 10 mL, sehingga didapatkan larutan induk dengan konsentrasi 4000 ppm. Kemudian
dilakukan pengenceran menjadi 2000, 1000, 500, dan 250 ppm.