2.3 Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus
2.3.1
Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya ADA, 2003. Pada penderita diabetes disamping terjadi peningkatan kadar glukosa darah, pada penderita diabetes juga terjadi
peningkatan oksidasi lemak. Faktor-faktor penyebab diabetes meliputi American Diabetes Association.
2003 adalah 1 Keturunan, orang yang memiliki sejarah keluarga yang pernah mengalami diabetes memiliki resiko terkena diabetes yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang tidak menderita DM. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA Human Leucocyte
Antigen tertentu. Pada DM Tipe I yang berkulit putih memperlihatkan HLA yang spesifik DR3 atau DR4. Risiko terjadinya DM tipe I meningkat 3-5 kali pada
individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA tersebut. 2 Usia, semakin bertambahnya umur maka prevalensi DM juga akan semakin meningkat. 3 Jenis
kelamin, prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada pria. 4 Obesitas, semakin besar kelebihan berat badan maka prevalensi
terganggunya kerja insulin akan semakin besar, karena kelebihan lemak dapat menyebabkan gangguan pada kerja hormon insulin. 5 Kurangnya aktivitas fisik,
pada saat tubuh melakukan aktifitas fisik maka sejumlah glukosa akan diubah menjadi energi sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang dan kebutuhan
insulin juga akan berkurang. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan gula yang dikonsumsi akan semakin lama terpakai, sehingga akan berakibat pada prevalensi
peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi. 6 Pola makan, pola makanan berlemak dan karbohidrat yang berlebihan akan meningkatkan
resiko terkena diabetes. 7 Stress, merupakan salah satu faktor pemicu meningkatnya resiko diabetes.
Kriteria diagnosis DM yang telah direvisi menurut ADA American diabetes association
adalah Nilai A1c ≥ 6,5, diagnosis DM harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan A1c ulangan, kecuali gejala klinis dan nilai kadar gula darah
≥ 200 mgdl. Ditemukan gejala hiperglikemia dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mgdl. Gejala klasik hiperglikemia adalah poliuria, polidipsia, dan penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas, atau kada r gula darah puasa adalah sebesar ≥
126 mgdl. Puasa berarti pasien tidak menerima asupan kalori 8 jam terakhir sebelum pemeriksaan, atau kadar gula darah 2 jam setelah makan ≥ 200 mgdl
setelah tes toleransi glukosa menggunakan glukosa 75 gram Cavallerano dan Jerry, 2009.
2.3.2
Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus dengan karakteristik hiperglikemia kadar gula darah tinggi dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi berupa komplikasi akut
yang terjadi secara mendadak dan komplikasi kronis yang terjadi secara menahun.
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam dalam waktu relatif singkat. Komplikasi akut dapat berupa : 1
Hipoglikemik, dimana kadar gula darah 60 mg dl dan merupakan komplikasi yang biasa dari diabetes yang menggunakan insulin. 2 Diabetes ketoasid KAD,
merupakan keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relatif Sudoyo et al, 2006. 3 Hipersomolar hiperglikemia non ketotik sindrom merupakan kondisi akut dari hiperglikemia lebih cair 600 mgdl
dengan tidak adanya keton yang ditemukan pada diabetes mellitus tipe II, penderita memerlukan terapi insulin dan cairan untuk menyempurnakan
perawatan. 4 Koma lakto asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia.
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan
pembuluh darah serta berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut : 1 Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah
yang dapat dilihat secara mikroskopis antara lain pembuluh darah jantung
penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak stroke, dan pembuluh darah tepi Peripheral Artery Disease. 2 Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah
mikroskopis antara lain retinopati diabetika mengenai retina mata dan nefropati diabetika mengenai ginjal. 3 Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa
mengeluh rasa pada kakitangan berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakarbergetar sendiri Smeltzer et al, 2002.
2.4 Tinjauan Mengenai Aloksan sebagai Induktor atau Diabetagon