Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008. USU Repository © 2009 sehingga dapat membawa wawasan ilmiah baik secara khusus maupun secara umum berkenaan dengan penulisan ini.

D. Keaslian Penulisan

Bahwa penulisan skripsi ini di dasarkan pada ide, gagasan, maupun pemikiran penulis secara pribadi dimulai awal sampai akhir penyelesaiannya. Ide penulis di dasarkan dengan melihat perkembangan pembiayaan konsumen pada prakteknya. Karya tulis ini asli sebab tidak ada judul dan pembahasan yang sama. Dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. SUZUKI Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe” ini, maka selain membaca buku yang berhubungan dengan tulisan ini, penulis juga mengambil beberapa informasi dari berbagai media lain baik cetak maupun digital dan mempergunakan semua hal tersebut sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Seiring dengan perkembangan perekononomian dewasa ini, adanya lembaga pembiayaan yaitu pembiayaan konsumen, sangat membantu dalam penyediaan fasilitas pembiayaan konsumen dalam bentuk penyediaan dana bagi pembelian barang-barang tertentu. Dengan makin pesatnya lembaga pembiayaan konsumen ini, dimana dapat dilihat dalam praktek kehidupan sehari-hari, bahwa keberadaannya telah diterima oleh masyarakat dan juga merupakan hal yang menggambarkan kepada kita bahwa dengan hadirnya lembaga pembiayaan yaitu pembiayaan konsumen tersebut dapat meningkatkan pembangunan sektor ekonomi. Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008. USU Repository © 2009 Bagi seseorang yang membutuhakan dana, tentunya dapat meminjam dana untuk keperluannya yang dalam hal ini khusus pembiayaan konsumen untuk sepeda motor SUZUKI, di mana untuk memperoleh penyediaan dana tersebut maka seseorang yang memerlukan dana sebagai pihak yang kekurangan dana, dapat mengadakan perjanjian dengan pihak yang mempunyai dana lebih, yaitu dalam hal ini perusahaan pembiayaan konsumen. Oleh sebab itu, agar dapat mengetahui pelaksanaan perjanjian tersebut dalam prakteknya, maka penulis mengangkat judul “Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. SUZUKI Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe”. Agar tidak menimbulkan salah penafsiran atas judul tersebut, maka penulis memberikan definisi : pertama, yang dimaksud perjanjian secara yuridis pengertian perjanjian yang terdapat dalam KUHPerdata, dapat dilihat dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang menyebutkan: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Ada juga pengertian perjanjian menurut beberapa sarjana, yang petama menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa perjanjian yaitu “Suatu hubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”. 1 Menurut R.M. Suryodiningrat, perjanjian ialah “Ikatan dalam bidang hukum harta benda vermogens recht antara dua orang atau lebih, di mana satu 1 Wirjono Prodjodikoro, Hukum PerdataTtentang Perjanjian-Perjanjian Tertentu, Sumur Bandung, Jakarta, 1981, Hal.11. Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008. USU Repository © 2009 pihak berhak atas sesuatu dan pihak lainnya berkewajiban untuk melaksanakannya”. 2 Menurut Kartini dan Gunawan Widjaja, perjanjian adalah “Memberikan kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan perikatan tersebut”. 3 Menurut Y.R.Soesilo, dkk, pembiayaan konsumen adalah : “Suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi ataupun distribusi”. Kemudian yang dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen. Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, dikemukakan bahwa pembiayaan konsumen ini diselenggarakan oleh perusahaan pembiayaan konsumen. Hal ini dapat disimpulkan dari pasal 1 angka 6 yang menyatakan bahwa : “Perusahaan pembiayaaan Konsumen adalah suatu badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala”. 4 Menurut Ade Arthesa dan Edia Handiman, pembiayaan konsumen adalah “Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan bagi konsumen dan di tujukan untuk pembelian barang-barang yang bersifat konsumtif dan bukan untuk keperluan produktif.” 5 2 Suryodiningrat, Azas-Azas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, 1985, Hal.14. 3 KartiniGunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal.17. 4 Y.R.Soesilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2000, Hal.149. 5 Ade Arthesa, MM dan Ir. Edia Handiman, Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Bandung, 2006, Hal.266. Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008. USU Repository © 2009 Untuk menghindari terjadinya itikad buruk dari debitur, maka kreditur mewajibkan debitur memberikan jaminan dalam perjanjian. Dibutuhkannya jaminan dalam perjanjian pembiayaan adalah semata-mata untuk memberikan perlindungan kepada kreditur. Pada dasarnya istilah jaminan itu berasal dari kata jamin yang berarti tanggung, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan.secara yuridis mengenai jaminan diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Segala kebendaan si berutang debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan suatu segala perikatan pribadi debitur tersebut.” Pengertian jaminan juga didapat dalam Pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit dikemukakan bahwa jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian. Menurut Tan Kamello, “jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.” 6 Dalam perjanjian adakalanya debitur lalai dalam memenuhi prestasinya seperti yang sudah disepakati sebelumnya, secara yuridishal ini diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata yang menyatakan “Si berutang lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi 6 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, 2004, Hal.31. Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008. USU Repository © 2009 perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Menurut Munir Fuady, “wanprestasi disebut juga dengan istilah cidera janji adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang telah disepakati bersama, seperti yang tersebut dalam kontrak yang bersangkutan”. 7 Menurut Sanusi Bintang dan Dahlan, “wanprestasi inkar janji berarti tidak melaksanakan isi kontrak”. 8 Menurut Kartini MuljadiGunawan Widjaja, “wanprestasi adalh suatu istilah yang menunjuk pada ketidakpastian prestasi oleh debitur”. 9

F. Metode Penelitian