Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008.
USU Repository © 2009
konsumen, manfaat pembiayaan konsumen bagi para pihak, dan perkembangan pembiayaan konsumen.
BAB III : GAMBARAN KHUSUS PT. SUZUKI FINANCE INDONESIA
CABANG LHOKSEUMAWE
Pada bab ini diuraikan secara khusus sejarah singkat dari perusahaan, produk dari SUZUKI FINANCE dan struktur
organisasi perusahaan.
BAB IV : PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN
KONSUMEN DI PT. SUZUKI FINANCE INDONESIA SFI CABANG LHOKSEUMAWE
Dalam bab ini maka akan dijawab apa yang menjadi permasalahan, yaitu dibahas mengenai prosedur permohonan pembiayaan
konsumen di PT. SUZUKI Finance Indonesia Cabang Lhokseumawe beserta hambatannya dalam pelaksanaannya,
pemberian jaminan oleh debitur dalam perjanjian pembiayaan, juga membahas mengenai bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian
pembiayaan dan akibat dari wanprestasi bagi para pihak dalam perjanjian pembiayaan tersebut.
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini dirangkum analisa permasalahan dan pembahasannya dari bab-bab terdahulu dan kemudian
Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008.
USU Repository © 2009
menyimpulkan isi dari uraian-uraian tersebut, serta mengemukakan sejumlah saran sehubungan dengan topik skripsi ini.
Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN DAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN
Dalam Buku III KUHPerdata diatur mengenai hukum perjanjian. Hukum perjanjian ini dalam masyarakat umum sangat besar manfaatnya, seiring dengan
karakteristik masyarakat itu sendiri dalam korelasinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, menggunakan berbagai macam cara, secara historis dulunya berawal dengan memakai sistem barter, di
mana barang ditukar dengan barang milik orang lain. Dalam perkembangannya sistem barter ini makin lama semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Masyarakat
mempunyai pilihan dengan memilih cara-cara yang lebih praktis, misalnya dengan menggunakan alat tukar uang. Perkembangan ini erat sekali kaitannya dengan
kemajuan berfikir masyarakat. Masyarakat mempunyai banyak kepentingan yang semuanya dapat
dipenuhi melalui perjanjian. Tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari manusia sering melakukan perjanjian. Misalnya pada saat mereka membeli suatu barang,
atau membayar suatu jasa seperti manjahit pakaian kepada seorang penjahit, mereka sebenarnya melakukan suatu perjanjian.
Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia
usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang, seperti jual beli
Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008.
USU Repository © 2009
barang, tanah, pembelian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan sebegitu jauhnya menyangkut tenaga kerja.
10
Untuk beberapa perjanjian undang-undang menentukan bentuk tertentu, apabila bentuk itu tidak dituruti, perjanjian itu tidak sah, dengan demikian,
bentuk tertulis tidaklah semata-mata hanya merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat adanya bestaanwaarde perjanjian, misalnya
perjanjian mendirikan Perseroan Terbatas dengan akta notaris Pasal 38 KUHDagang.
Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andai kata dibuat tertulis, maka perjanjian ini bersifat
sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan, Mariam Darus Badrulzaman, menyatakan:
11
10
Abdul Khadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, Hal.93.
11
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, Hal.14.
Perjanjian merupakan salah satu kerangka dalam hukum perdata, di kalangan para pakar menimbulkan berbagai pandangan ada yang menyebutkan
dengan hukum perjanjian, hukum persetujuan, hukum perikatan, dan hukum perutangan.
Hukum perjanjian tidak diatur secara mutlak, melainkan dapat disesuaikan dengan suara hati masing-masing para pihak, mereka dapat mengadakan
ketentuan-ketentuan sendiri, mungkin menyimpang dari ketentuan hukum perjanjian, mungkin juga melengkapi, menambah atau mengurangi dan
sebagainya. Fakta ini menunjukkan bahwa hukum perjanjian dalam KUHPerdata bersifat openbaar system atau juga disebut menganut sistem terbuka.
Talita Filzah Nadilah : Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di PT. Suzuki Finance Indonesia SFI Cabang Lhokseumawe, 2008.
USU Repository © 2009
A. Tinjauan Umum Terhadap Perjanjian 1.