PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG PURBALINGGA

PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG PURBALINGGA

Penulisan Hukum

(Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Satrio Adhi Laksono

NIM. E0008077

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

ABSTRAK Satrio Adhi Laksono, E0008077. 2013. PELAKSANAAN PERJANJIAN

OPERALIH KONSUMEN DI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG PURBALINGGA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini didasarkan adanya perkembangan jaman semakin modern dan adanya kebutuhan mobilitas tinggi masyrakat sehingga meningkatnya permintaan sepeda motor setiap tahunnya, namun tidak semua masyarakat mampu untuk membeli, lembaga pembiayaan konsumen dapat membantu masyarakat untuk memiliki sepeda motor dengan pembayaran secara berkala.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan isi perjanjian serta pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga dan cara penyelesaiannya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan kualitatif dan memilih lokasi di WOM Finance Cabang Purbalingga yang beralamat di jalan Jendral Soedirman Nomor 159 Purbalingga. Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari keterangan pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian operalih konsumen, data sekunder berasal dari bahan-bahan pustaka. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Model analisis data kualitatif dengan model interaktif digunakan dengan tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Bentuk perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga adalah tertulis dengan akta dibawah tangan dan menggunakan perjanjian baku, isi perjanjian ini telah sesuai atau memenuhi kerangka umum dari suatu kontrak. Pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga telah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian opealih konsumen adalah debitur lama sulit mendapatkan calon debitur baru sementara debitur lama sudah tidak mampu membayar angsuran dan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur baru. Cara penyelesaiannya adalah memberikan tenggang waktu selama 40 hari dan menarik sepeda motor, namun sebelumnya mengirimkan surat peringatan secara bertahap kepada debitur baru.

Kata Kunci : operalih, pembiayaan konsumen

ABSTRAC

Satrio Adhi Laksono, E0008077. 2013. EXECUTION AGREEMENT OF TAKE OVER CONSUMER FINANCE AT FINANCING COMPANY WOM FINANCE BRANCH OF PURBALINGGA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

The research is based the existence of an increasingly modern development and the mobility needs of the community so that the high increased demand for motorcycles annually, But not all people can afford to buy it. Consumer finance institutions can help people to have a motorcycle by periodic payment.

Intention of this research is to describe the form and content of agreements, implementation and existing problems and the solution in the implementation of the take over consumer finance agreement in WOM Finance Branch Purbalingga. This research is empirical legal research with a qualitative approach and choose a location in WOM Finance Branch Purbalingga at General Sudirman street No. 159 Purbalingga. Data obtained from primary and secondary data. Primary data was sourced from the information the parties relating to the execution of the take over consumer finance agreement, secondary data sourced from library materials. Data collection techniques In this research using research field and library research. Model of qualitative data analysis using interactive models by the three ways, there is data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.

The form of take over consumer finance agreement in WOM Finance Branch Purbalingga is written by deed under hand and use the standard contract, contents of this agreement are compliant or meets the general framework of a contract. Implementation agreement of take over consumer finance at financing company WOM Finance Branch Purbalingga accordance with Presidential Decree No. 9 of 2009 on Financing Institutions. The problems that exist in the execution of the take over agreement is old debtor difficulty of getting new debtor while the old debtor is unable to pay installments and default by the new debtor. The solution is to provide a grace period for 40 days and confiscate a motorcycle, But previous efforts have been made, such as warning letters to new debtor.

Keywords: take over, consumer finance

MOTTO

” Sesungguhnya setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan” ( QS. Al-Insyirah 6 ) ” Apapun masalah yang kita hadapi, jika kita membaikan hati, Tuhan akan membaikan hidup kita ” ( Mario Teguh ) “ Tidak ada suatu usaha yang sia-sia, kesia-siaan hanyalah ketika kita tidak bertindak dan berusaha ” ( Penulis )

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu(Alm) atas segala kesabarannya membesarkan, mendoakan, membimbing, memberikan dukungan kepadaku sampai aku bisa sampai sekarang ini.

2. Kakak-kakakku yang selalu memberi bimbingan, dorongan dan bantuan dalam segala hal.

3. Seluruh teman – temanku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dan Kost Rama Sinta.

4. Seseorang yang terkasih, terima kasih atas doa, dukungan, pengertian dan kasih sayangnya selama ini.

5. Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT ysng telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini yang berjudul : “PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI

FINANCE CABANG PURBALINGGA”.

Tujuan penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai suatu kelengkapan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S1 dalam ilmu hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) yang telah disusun sesuai dengan kemampuan penulis yang terbatas ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun demikian penulis berusaha dengan sebaik mungkin dengan harapan bahwa dari penulisan hukum (skripsi) ini dapat diambil manfaat untuk masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, bantuan, dorongan, saran, nasihat, seta pengertiannya kepada pihak-pihak yang terkait dengan penulisan hukum (skripsi) ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis berikan kepada:

1. Allah SWT penguasa alam dengan rahmat, karunia dan ridho-Nya penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan.

2. Bapak dan Almarhum Ibu, yang selalu memberikan dukungan dan doanya serta kasih sayang dan jasa-jasanya yang memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menghasilkan sebuah karya kecil melalui penulisan hukum.

4. Ibu Endang Mintorowati, S.H, M.H. selaku Pembimbing I dalam penulisan hukum (skripsi) ini yang telah meluangkan waktunya dan memberikan petuah bijak serta dorongan baik moral maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini dan kerendahan hati beliau yang mau memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan Penulis sebagai Sarjana Hukum.

5. Ibu Anjar Sri CN, S.H, M.Hum. selaku Pembimbing II dalam penulisan hukum (skripsi) ini yang telah memberikan bimbingan, memberi masukan, arahan, pengetahuan sekaligus inspirasi bagi penulis dalam menulis judul skripsi ini serta dukungan nya sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

6. Ibu Djuwityastuti, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Krida Prabowo selaku staff credit analyst pada WOM Finance Cabang Purbalingga yang telah banyak membantu dalam memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak M.Adnan, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan dorongan kepada saya untuk memperbaiki Indeks Prestasi dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum UNS.

9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberiilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis yang dapatdijadikan bekal dalam penyelesaian skripsi ini serta menghadapi persaingan di lingkungan masyarakat luas dan dalam dunia kerja kelak.

10. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus prosedur-prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul, pelaksanaan seminar proposal sampai pendaftaran ujian skripsi.

11. Semua kerabat, sahabat, kakak senior dan rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan menjadi awal kebaikan dan mendapat balasan dari Allah Yang Maha Kuasa yang senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita.

Penulis berharap semoga penulisan hukum (skripsi) ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen...... 60

c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi.................................. 62

B. PEMBAHASAN ...................................................................................... 65

1. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga.............................................................................. 65

a. Bentuk Perjanjian Operalih Konsumen............................................. 65

b. Isi Perjanjian Operalih Konsumen.................................................... 69

2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan

yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga Serta Cara Penyelesaiannya..................................................................................... 81

a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga.......................................................................... 81

b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen....... 85

c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi.................................. 88

BAB IV PENUTUP................................................................................................. 90

A. Simpulan .................................................................................................. 90

B. Saran ........................................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 94 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1 Daftar Statistik Penjualan Sepeda Motor di Indonesia....................... 1

Gambar 1 Model Analisis Interaktif................................................................... 12 Gambar 2

Jenis-jenis Lembaga Pembiayaan...................................................... 31 Gambar 3

Kerangka Pemikiran.......................................................................... 42 Gambar 4

Struktur Organisasi WOM Finance Cabang Purbalingga................. 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern membuat kebutuhan masyarakat semakin tinggi, salah satunya adalah kebutuhan akan mobilitas yang tinggi dari masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat terkadang harus pergi ke suatu tempat tertentu kemudian berpindah lagi ke tempat yang lain. Hal ini membuat masyarakat membutuhkan suatu alat transportasi yang nyaman dan cepat serta sesuai dengan keadaan ekonominya.

Gejala meningkatnya tuntutan akan sarana transportasi yang nyaman tampak terlihat dari makin padatnya jalan-jalan dengan jumlah dan aneka ragam kendaraan pribadi dan niaga yang kian hari kian bertambah. Salah satu jenis alat transportasi adalah kendaraan sepeda motor. Sepeda motor dinilai masyarakat merupakan suatu alat transportasi yang tepat karena harganya yang lebih terjangkau dan mudah dalam penggunaannya maupun perawatannya.

Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor yang terus meningkat, serta terus munculnya produk-produk baru dari sepeda motor ini membuat permintaan pasar juga meningkat. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) data penjualan sepeda motor tahun 2011 sebesar 8.043.535, jumlah ini meningkat dari tahun 2010 yang hanya sebesar 7.398.644 ( http://www.aisi.or.id/statistic/ ). Berikut ini adalah daftar statistik penjualan sepeda motor di Indonesia dalam kurung waktu lima tahun terakhir.

Tabel 1. Daftar Statistik Penjualan Sepeda Motor di Indonesia

Tahun

Jumlah

Sumber : http://www.aisi.or.id/statisti c diakses pada 13 maret 2012

Dari data tersebut di atas membuktikan permintaan masyarakat yang terus meningkat, namun dalam memenuhi kebutuhan akan sepeda motor ini terdapat masyarakat yang mampu untuk membeli sepeda motor secara tunai dan masyarakat yang tidak mampu untuk membeli secara tunai. Bagi masyarakat yang tidak mampu membeli sepeda motor secara tunai, mereka dapat membelinya secara kredit baik melalui lembaga perbankan ataupun non perbankan seperti lembaga pembiayaan konsumen.

Kebutuhan pembiayaan kosumen ini menjadikan peluang bisnis yang besar bagi perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia. Kehadiran industri pembiayaan (multi finance) di Indonesia sesungguhnya belumlah terlalu lama terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada 1974. Kelahirannya didasarkan pada surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan. Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Kemudian melalui Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance , modal ventura dan kartu kredit. ( http://www.ifsa.or.id/history.php ).

Lembaga Pembiayaan ini merupakan salah satu sumber pembiayaan jangka waktu menengah dan panjang termasuk pembiayaan konsumen yang telah memperkenalkan metode baru untuk memperoleh dan mendapatkan barang modal

yaitu dengan jalan membayar angsuran tiap bulan kepada perusahaan pembiayaan koonsumen. Banyaknya perusahaan lembaga pembiayaan konsumen semakin mempermudah masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor dengan cara kredit, karena biasanya masyarakat sulit mendapatkan atau mempunyai akses untuk mendapat kredit bank. Perusahaan Pembiayaan Konsumen lebih mudah dalam persyaratan pemberian kredit, perusahaan pembiayaan konsumen tidak mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan melainkan hanya barang yang dibiayai itulah yang langsung dibebani dengan jaminan fidusia, sehingga konsumen tetap menguasai obyek pembiayaan dan mengambil manfaat dari obyek pembiayaan tersebut. Selain itu proses pengurusan kredit juga tidak memerlukan waktu yang lama sehingga konsumen cenderung memilih pembiayaan konsumen ini meskipun dengan tingkat suku bunga yang relative tinggi (Eko Puspita Ningrum.2005:16).

Pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen ini tidak diatur secara rinci di dalam KUH Perdata, perjanjian pembiayaan konsumen merupakan suatu perjanjian yang didasarkan pada “asas kebebasan berkontrak” Hal tersebut sebagai asas pokok dari hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 KUH. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut sepanjang memenuhi syarat yang diatur oleh perundang-undangan, maka pembiayaan konsumen berlaku dan ketentuan tentang perikatan seperti yang terdapat dalam buku ketiga KUH Perdata berlaku juga untuk pembiayaan konsumen.

Dalam prakteknya, bisnis pembiayaan konsumen ini bukanlah tanpa risiko, salah satu risiko itu adalah timbulnya kredit macet, walaupun sebenarnya konsumen merasa terbantu oleh pembiayaan ini namun sering kali konsumen tidak menunjukan itikad baik dengan melaksanakan kewajibannya yaitu melunasi biaya angsuran yang timbul dari pembelian sepeda motornya. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kredit macet adalah ketidakmampuan debitur untuk mengangsur kreditnya karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dari debitur itu sendiri. Maka akibat adanya kredit bermasalah ini akan menimbulkan suatu

kerugian bagi perusahaan pembiayaan dan perbuatan tersebut juga termasuk kedalam perbuatan wanprestasi. Namun dewasa ini, debitur mempunyai suatu solusi atau cara tersendiri untuk menghindari terjadinya perbuatan wanprestasi yang mungkin akan timbul, cara tersebut yaitu dengan membuat perjanjian operalih konsumen. Pejanjian operalih ini timbul dilatar belakangi oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi debitur, ketika debitur pada saat mengajukan pembiayaan konsumen keadaan ekonominya dinilai oleh kreditur cukup baik, namun pada pelaksanaanya karena sesuatu hal yang membuat perekonomian debitur memburuk yang berakibat debitur tidak sanggup lagi untuk membayar angsuran. Hal tersebut bisa terjadi karena debitur yang awalnya bekerja kemudian di PHK oleh perusahaan tempat dia bekerja, hal lain bisa disebabkan debitur terkena musibah yang menyebabkan debitur kehilangan harta bendanya.

Perjanjian Operalih yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalihan kewajiban yang berupa pembayaran angsuran kredit kendaraan bermotor atau debitur mengalihkan hak dan kewajibannya kepada orang lain/pihak ketiga yang kemudian pihak ketiga ini menjadi debitur baru. Jadi secara prakteknya debitur ini mengalihkan obyek kreditnya kepada orang lain pada saat debitur tersebut masih mempunyai kewajiban melunasi angsuran kepada perusahaan pembiayaan tersebut. Obyek kredit yang dimaksud dalam hal ini adalah kendaraan bermotor, dalam perjanjian ini tentunya debitur lama dan pihak ketiga (debitur baru) telah terjadi kesepakatan mengenai sisa angsuran yang masih harus dipenuhi serta kesepakatan mengenai nilai harga barang dari obyek kredit tersebut. Kemudian klausul-klausul tersebut dituangkan kedalam suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian Operalih, sehingga akibat dari adanya perjanjian ini adalah kewajiban untuk melunasi angsuran menjadi beralih dari debitur lama ke pihak ketiga/debitur baru tersebut. Dalam pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen juga tidak selamanya berjalan lancar pasti terdapat permasalahan-permasalahan yang timbul selama pelaksanaan perjanjian ini, dan kreditur juga telah melakukan upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Perusahaan perkreditan yang menjalankan usaha pembiayaan yang bergerak dalam bidang penyediaan dana untuk sepeda motor di Indonesia sekarang ini sangat banyak seperti WOM finance, Adira Finance, FIF, BAF, Oto Finance. Salah satu contohnya adalah PT. Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance) Cabang Purbalingga. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1997 ini merupakan perusahaan pembiayaan di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank, yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang bergerak di dalam bidang usaha penyediaan dana, yang akan digunakan konsumen atau masyarakat dalam menjalankan usahanya. WOM Finance Cabang Purbalingga menyediakan dana untuk pembayaran sepeda motor baru ataupun sepeda motor bekas yang akan dibeli oleh konsumen, khususnya konsumen yang berdomisili di kabupaten Purbalingga dan sekitarnya. WOM Finance Cabang Purbalingga merupakan perusahaan pembiayaan konsumen dengan aplikasi konsumen tertinggi di daerah Purbalingga dan juga tertinggi diantara WOM Finance Cabang kota lain di daerah jawa tengah (hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum tentang perjanjian operalih konsumen, maka penulis termotivasi untuk menulis penelitian hukum dengan judul

DI PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN

WOM

FINANCE CABANG PURBALINGGA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk dan isi perjanjian operalih konsumen di WOM Finance cabang Purbalingga ?

2. Bagaimana pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian operalih konsumen serta cara penyelesaiannya ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat mengenai sesuatu yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis antara lain :

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui bentuk dan isi perjanjian operalih di WOM Finance cabang Purbalingga.

b. Mengetahui pelaksanaan dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian operalih serta cara penyelesaiannya di WOM Finance cabang Purbalingga.

2. Tujuan Subyektif

a. Memperoleh data maupun informasi yang jelas dan lengkap sebagai bahan penyusunan penulisan hukum (skripsi) sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Manambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya di bidang Hukum Perdata terkait dengan perjanjian operalih konsumen pada suatu perusahaan pembiayaan yang berbentuk Pembiayaan Konsumen.

c. Dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebgai berikut :

1. Manfaat Teoritis Penulis berharap dapat menambah bahan kepustakaan hukum tentang perjanjian pembiayaan khususnya, yang membahas mengenai pelaksanaan perjanjian operalih di perusahaan pembiayaan WOM Finance cabang Purbalingga dan juga dapat menambah pengetahuan dalam bidang hukum, khususnya mengenai hukum tentang pembiayaan konsumen.

2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi mereka yang ingin mendalami masalah-masalah perjanjian pembiayaan konsumen khususnya perjanjian operalih pada perusahaan pembiayaan konsumen, baik terhadap praktisi hukum maupun bagi para kreditur dan debitur.

E. Metode Penelitian

Beberapa hal yang menyangkut metode penelitian dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian Hukum Dilihat dari perumusan masalah yang dibuat oleh penulis, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007: 52). Dalam hal ini, penulis akan menguraikan tentang perjanjian operalih konsumen di perusahaan pembiayaan WOM Finance cabang Purbalingga.

2. Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis mempunyai sifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan atau bersifat sistematis dan menyeluruh mengenai masalah tentang operalih konsumen pada perusahaan pembiayaan.

3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip- prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. (Burhan Ashshofa, 2010: 20-21).

4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di WOM Finance Cabang Purbalingga, yang beralamat di Jalan Jendral Soedirman Nomor 159 Purbalingga. Penulis memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian penulisan skripsi ini karena belakangan ini lembaga pembiayaan konsumen semakin berkembang, khususnya pembiayaan sepeda motor dan WOM Finance merupakan salah satu perusahaan pembiayaan sepeda motor yang menyediakan kredit sepeda mototr baik baru atau bekas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa WOM Finance Purbalingga adalah Perusahaan pembiayaan yang tertinggi omset dengan setiap tahunnya membiayai sekitar 2500 konsumen dan di WOM Purbalingga terdapat banyak kasus operalih konsumen sepeda motor dengan jumlah rata-rata sekitar 100 debitur per tahunnya (hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September 2012) .

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta maupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan sumber informasi, dan yang dimaksud informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian itu antara lain :

1) Data Primer Data primer merupakan data yang berupa keterangan mengenai pelaksanaan dan permasalahan-permasalahan dalam perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM cabang Purbalingga, keterangan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak karyawan WOM cabang Purbalingga serta debitur lama dan debitur baru.

2) Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel, media massa, bahan dari internet dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Penulis menggunakan sumber data sebagai berikut :

1) Sumber Data Primer Dalam penelitian ini yang memberikan keterangan adalah seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia memberikan informasi yang berupa kata-kata pada peneliti, yaitu Bapak Krida Prabowo staff WOM Finance Purbalingga bagian credit analyst , Bapak Agus Samino sebagai debitur lama dan Ibu Asih Yulianti sebagai debitur baru.

2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

(1) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan; (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (Perusahaan Leasing);

(3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang

Kegiatan Sewa Guna Usaha.

b) Bahan hukum sekunder yaitu, bahan yang berisi penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri atas buku, literatur, jurnal, artikel, karya ilmiah, majalah, makalah, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

c) Bahan hukum tersier yaitu, bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk memperoleh data yang lengkap, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian Lapangan Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). (Rianto Adi: 2010 : 72)

Dalam hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan wawancara terhadap pihak yang berkaitan dan bertanggung Dalam hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan wawancara terhadap pihak yang berkaitan dan bertanggung

b. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur baik diperpustakaan maupun ditempat lain. Literature yang digunakan tidak terbatas pada buku-buku tetapi juga bahan-bahan dokumentasi serta artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data (Lexy J Moleong, 2006 :280). Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah kualitatif, yaitu data yang telah diperoleh disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan data dalam bentuk skripsi.

Adapun model analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif model interaktif yang dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut (Sutopo HB, 2002:35-37) :

Keterangan :

a. Reduksi Data Merupakan bagian dari proses seleksi, pemfokusan dan penyerderhanaan dari data-data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.

b. Penyajian Data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab kesimpulan dan verifikasi.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Dalam pengumpulan data penulis harus sudah memahami arti berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan,

pola-pola,

pertanyaan-pertanyaan, atau konfigurasi-konfigurasi yang mungkin , arahan sebab akibat, dan berbagai proposal kesimpulan yang diverifikasi.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Sajisn Data

Penarikan Kesimpulan

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Pembahasan dan Penutup, yang saling berhubungan serta ditambah dengan Daftar Pustaka dan Lampiran. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I

: Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian hukum.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam yang bab kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis menguraikan Tinjauan Umum Tentang Perjanjian, tentang lembaga pembiayaan, tentang Pembiayaan Konsumen, tentang Operalih konsumen.

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang uraian hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan pembahasan berkaitan dengan rumusan masalah yang ada, yaitu :

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Deskripsi Lokasi WOM Finance Cabang Purbalingga

b. Deskripsi Kasus di Wom Finance Cabang Purbalingga

2. Bentuk dan Isi Perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga

3. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM

Finance

Cabang

Purbalingga Serta Cara

Penyelesaiannya Penyelesaiannya

Finance Cabang Purbalingga

b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih

konsumen

c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi

B. Pembahasan

1. Bentuk dan Isi Perjanjian operalih konsumen di WOM Finance

Cabang Purbalingga.

2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM

Finance

Cabang

Purbalingga Serta Cara

Penyelesaiannya

a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM

Finance Cabang Purbalingga

b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih

konsumen

c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi

.BAB IV : Penutup

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta memberikan saran berkaitan dengan penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Hukum perjanjian diatur di dalam Buku III KUH Perdata. Berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata, "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terliadap satu orang lain atau lebih". Suatu perjanjian diartikan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal (Wirjono Prodjodikiro, 1997: 12).

Perjanjian akan menimbulkan suatu perikatan. Adapun yang dimaksud dengan perikatan menurut Riduan Syahrani (2000: 205) adalah "Suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu". Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak berpiutang atau kreditur, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan disebut pihak yang berhutang atau debitur.

b. Asas-Asas Dalam Perjanjian

Asas-asas dalam perjanjian merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang berlaku bagi para pihak. Asas-asas itu sangat banyak macam-macamnya antara lain :

1) Asas kebebasan berkontrak Asas ini diatur di dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk (Salim HS, 2005 : 9};

a) Membuat atau tidak membuat perjanjian.

b) Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan.

d) Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

2) Asas konsensualisme Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat- syarat perjanjian, yaitu pada syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri. Asas konsensualitas berasal dari kata “consensus” yang berarti sepakat. Asas konsensualitas hanya berarti bahwa untuk setiap perjanjian disyaratkan adanya kesepakatan. Arti asas konsensualitas ialah bahwa pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak tercapainya kata sepakat antara para pihak. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila masing-masing pihak sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.(Hari Saheroji, 1980:86)

3) Asas/pacta sunt servanda (kepastian hukum) Asas ini diatur di dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.

4) Asas itikad baik Asas ini diatur di dalam Pasat 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas ini merupakan asas bahwa para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

c. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya suatu perjanjian ada empat macam seperti yang tercantum di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

1) Sepakat mengikatkan diri Apabila sudah terjadi kesepakatan antara para pihak, maka perjanjian itu sudah sah (Subekti dan Tjiptosudibto, 1985: 22). Di dalamnya terdapat asas konsensualitas, yang artinya dengan kesepakatan yang dimaksud, bahwa di antara pihak - pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak.

2) Cakap untuk Membuat Suatu Perjanjian Pada umumnya setiap orang mempunyai kewenangan hukum, namun ada golongan orang yang dianggap tidak cakap melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya. Mereka dibagi dalam tiga golongan, yaitu mereka yang belum cukup umur/dewasa, mereka yang diletakkan di bawah pengampuan atau pengawasan dan orang-orang yang dilarang Undang-Undang untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu. Hal ini diatur di dalam Pasal 1330 KUH Perdata.

Selama dalam keadaan tidak cakap, mereka diwakili oleh wakil yang ditentukan oleh undang - undang atau hakim, yang selanjutnya akan mengurus kepentmgan yang diwakilimya. Suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap dapat dibatalkan.

3) Suatu Hal Tertentu Yang diperjanjikan haruslah suatu hal atau suatu barang yang jelas atau tertentu. Maksudnya adalah bahwa suatu perjanjian itu harus jelas/tegas yang dapat melahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagt kedua belah pihak, apabila terjadi suatu perselisihan.

4) Suatu Sebab yang Halal Daiam Pasal 1335 KUHPerdata dikatakan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan. Pasal 1337 KUHPerdata menentukan bahwa sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang - undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Syarat a dan syarat b dinamakan syarat-syarat subyektif karena mengenai subyek yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat yang ke- c dan d merupakan syarat-syarat obyektif. Syarat subyektif apabila tidak dipenuhi maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak ynag tidak cakap atau pihak-pihak lain yang merasa dirugikan (Riduan Syahrani, 2000: 222), sedangkan apabila syarat obyektif tidak dipenuhi maka perjanjiannya batal demi hukum atau tidak pernah ada perikatan.

d. Bentuk dan Isi perjanjian

Dilihat dari bentuk perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu (Salim H.S, 2004: 19) :

1) Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat dalam bentuk tulisan

2) Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya dalam wujud lisan (cukup kata sepakat para pihak).

Perjanjian secara tertulis juga dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk akta dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan kontrak yang dibuat tanpa campur tangan notaris, sedangkan akta otentik adalah akta yang dibuat oleh notaris. Secara umum dapat dikatakan bahwa undang- undang tidak mensyaratkan suatu kontrak harus tertulis untuk sahnya suatu kontrak sehingga kontrak lisan dengan kontrak isyarat saja sudah dianggap sah secara yuridis(Munir Fuady, 2001:83). Perjanjian secara tertulis atau secara lisan tidak menentukan sah atau tidaknya perjanjian itu karena pada Perjanjian secara tertulis juga dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk akta dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan kontrak yang dibuat tanpa campur tangan notaris, sedangkan akta otentik adalah akta yang dibuat oleh notaris. Secara umum dapat dikatakan bahwa undang- undang tidak mensyaratkan suatu kontrak harus tertulis untuk sahnya suatu kontrak sehingga kontrak lisan dengan kontrak isyarat saja sudah dianggap sah secara yuridis(Munir Fuady, 2001:83). Perjanjian secara tertulis atau secara lisan tidak menentukan sah atau tidaknya perjanjian itu karena pada

Selain itu dikenal juga perjanjian standar/baku yaitu perjanjian yang dibuat hanya oleh salah satu pihak saja, bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir (Munir Fuady, 2003:76). . Kontrak baku memiliki kelebihan yaitu lebih efisien, dapat membuat praktek bisnis menjadi lebih simpel serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak. Kontrak baku juga sebenarnya mempunyai kelemahan yaitu kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasikan atau mengubah klausula-klausula dalam kontrak yang bersangkutan, sehingga kontrak baku tersebut sangat berpotensi untuk terjadi klausula yang berat sebelah.

Dalam menentukan isi dari perjanjian yang dibuat para pihak, sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPdt para pihak bebas dalam menentukan isi dari perjanjian yang akan mereka buat, sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yaitu suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk (Salim HS. 2004: 18):

1) Kebebasan membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) Kebebasan memilih dengan siapa akan melakukan suatu perjanjian;

3) Kebebasan menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan;

4) Kebebasan menentukan isi perjanjian. Menurut Hasanuddin Rahman (2003:93) terdapat kerangka umum dari suatu kontrak yaitu :

1) Judul kontrak Judul tidak merupakan syarat sahnya suatu kontrak atau dengan kata lain tidak mempengaruhi keabsahan suatu kontrak namun demikian sebagai identitas suatu kontrak, judul suatu perjanjian harus selaras dengan isi perjanjian dan judul perjanjian akan menentukan ketentuan peraturan hukum mana yang mengatur perjanjian tersebut.

2) Bagian pembukaan

a) Tempat dan waktu kontrak diadakan

Tempat dan waktu kontrak diadakan masih sering dijumpai dalam 2 (dua) bagian dalam kontrak yaitu pada bagian pembukaan atau penutup.

b) Komparisi Komparisi adalah bagian pendahuluan kontrak yang memuat keterangan tentang orang/pihak yang bertindak mengadakan perbuatan hukum. Penuangannya adalah berupa : (1) uraian terperinci tentang identitas, yang meliputi nama, pekerjaan

dan domisili para pihak; (2) dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk bertindak dari

para pihak (khususnya untuk badan usaha); (3) kedudukan para pihak yang sering ditulis dengan sebutan, misalnya

“selanjutnya dalam perjanjian ini disebut BANK”

c) Recitals adalah penjelasan resmi atau merupakan latar belakang sesuatu keadaan dalam suatu perjanjian/kontrak untuk menjelaskan mengapa terjadi perikatan

3) Isi

a) Ketentuan umum Ketentuan umum memuat pembatasan istilah dan pengertian yang digunakan di dalam seluruh kontrak, artinya di dalam ketentuan ini dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan pengertian dari istilah- istilah yang dianggap penting dan sering digunakan dalam kontrak.

b) Ketentuan pokok (1) Klausula transaksional yaitu klausula yang berisi tentang hal yang

disepakati oleh para pihak, tentang objek dan tata cara pemenuhan disepakati oleh para pihak, tentang objek dan tata cara pemenuhan

(2) Klausula spesifik yaitu berisi tentang hal-hal khusus sesuai dengan karakteristik jenis perikatan atau bisnisnya masing-masing. (3) Klausula antisipatif yaitu klausula yang berisi tentang hal-hal yang menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama berlangsungnya konrak.

c) Ketentuan penunjang (1) Klausula tentang condition presedent yaitu klausula yang memuat

tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh salah satu pihak sebelum pihak lainnya memenuhi kewajibannya.

(2) Klausula tentang negative covenants yaitu klausula yang memuat tentang janji-janji para pihak untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian berlangsung.

4) Bagian penutup Setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu diingat pada bagian ini, yaitu :

a) sebagai suatu penekanan bahwa kontrak ini adalah alat bukti; b)sebagai bagian yang menyebutkan tempat pembuatan dan penandatanganan;

c) sebagai ruang untuk menyebutkan saksi-saksi dalam kontrak, dan

d) sebagai ruang untuk menempatkan tanda tangan para pihak yang berkontrak.

5) Lampiran-lampiran (bila ada) Yang perlu diketahui mengenai lampiran ini, antara lain adalah:

a) tidak semua atau tidak selalu kontrak memiliki lampiran;

b) diperlukannya lampiran dalam kontrak adalah karena terdapat bagian- bagian yang memerlukan penjelasan yang apabila dimasukan dalam kontrak akan sangat panjang; b) diperlukannya lampiran dalam kontrak adalah karena terdapat bagian- bagian yang memerlukan penjelasan yang apabila dimasukan dalam kontrak akan sangat panjang;

Syarat –syarat yang lazim diperjanjikan dalam kontrak/perjanjian pembiayaan kosumen pada prakteknya tidak jauh berbeda dengan kontrak perjanjian kredit atau perjanjian leasing, syarat-syarat tersebut antara lain (Hasanuddin Rahman, 2003:60) :

a) suku bunga kredit;

b) jangka waktu pembiayaan;

c) cara-cara pembayaran;

d) besaran pembayaran tiap-tiap bulan/tiap-tiap periode;

e) biaya provisi dan administrasi yang harus dibayar.

Perjanjian berisi tentang apa yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak atau berisi hak dan kewajiban para pihak yang mengadakan perjanjian, tetapi kebebasan para pihak dalam menentukan isi perjanjian dibatasi oleh syarat sahnya perjanjian yaitu syarat suatu sebab yang halal. “sebab” dalam arti isi perjanjian yang menggambarkan tujuan yang hendak dicapai para pihak dalam perjanjian dikatakan halal apabila tidak dilarang oleh Undang- Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi para pihak bebas menentukan isi dari perjanjian yang tidak bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt). Hal ini menimbulkan konsekuensi yuridis yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

e. Berlakunya Perjanjian

Berlakunya perjanjian berarti perjanjian yang dibuat oleh para pihak telah sah dan berlaku melahirkan hak dan kewajiban yang mengikat para pihaknya. Ketentuan mengenai berlakunya perjanjian dapat dilihat dari jenis perjanjiannya karena setiap perjanjian mempunyai ketentuan yang berbeda- beda. Jenis-jenis perjanjian tersebut antara lain :

a) Perjanjian Konsensual Yaitu perjanjian yang dianggap sah apabila ada kata sepakat antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut (Salim H.S, 2004:19), jadi dengan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak perjanjian telah berlaku dan mengikat para pihak yang membuat perjanjian.

b) Perjanjian Formil Yaitu perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu bentuk tertentu yaitu dengan cara tertulis. Berdasarkan Pasal 1851 KUHPdt perjanjian harus diadakan secara tertulis kalau tidak secara tertulis perjanjian ini dianggap tidak sah, jadi perjanjian formil ini baru dikatakan berlaku apabila perjanjian tersebut telah dibuat secara tertulis sehingga tidak cukup hanya dengan kata sepakat dari para pihaknya saja.

c) Perjanjian Riil Yaitu suatu perjanjian yang tidak cukup dengan hanya adanya kata sepakat saja tetapi disamping itu diperlukan suatu perbuatan yang nyata (Salim H.S, 2004:19). Sebagai contoh perbuatan nyata disini adalah misalkan pada perjanjian jual beli, penjual harus menyerahkan barang dan pembeli harus menyerahkan uang untuk pembayaran.

f. Prestasi dan Wanprestasi

Barang sesuatu yang dapat dituntut oleh seorang kreditur terhadap debiturnya disebut sebagai prestasi. Menurut Pasal 1234 KUH Perdata, prestasi dapat berupa

1) Memberikan sesuatu;

2) Berbuat sesuatu;

3) Tidak berbuat sesuatu. Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan bahwa seseorang dikatakan wanprestasi, yaitu : "Si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan ".

Bentuk dari wanprestasi, antara lain (Riduan Syahrani, 2000: 228):

a) Sama sekali tidak memenuhi prestasi

b) Tidak tunai memenuhi prestasi

c) Terlambat memenuhi prestasi