Bamiyan adalah salah satunya. Bamiyan sebenarnya telah diajukan ke daftar sejak tahun 1982 bersama sembilan warisan budaya Afghanistan lain. Namun sampai
peristiwa penghancuran tersebut belum dimasukkan juga ke dalam daftar. Kelemahan lain yang bersangkutan dengan pengajuan kedalam daftar adalah
peraturan bahwa yang bisa mengajukan hanyalah negara. Organisasi – organisasi baik internasional maupun lokal hanya mempunyai peran untuk memberi
pendapat, atau menajukan pendapatnya pada negara yang berwenang. Negara diberikan hak tersebut karena prosedur perlindungan benda budaya tersebut
memang diperlukan suatu kewenangan dan kekuasaan suatu negara untuk menjamin perlindungan benda budaya tersebut kemudian.
Lemahnya peraturan ini, adalah apabila negara tidak mengajukan suatu warisan budaya yang ada di negaranya, sedangkan warisan budaya tersebut mempunyai
nilai yang sangat luar biasa. Sehingga banyak warisan budaya yang luput dari perlindungan hukum internasional. Contohnya adalah Prasasti Batu Tulis di Bogor
yang dirusak oleh pihak yang diketahui mendapat instruksi dari pengurus negara secara diam – diam. Dunia internasional tidak mengetahui adanya properti budaya
ini, dan memang tak bisa mendapat perlindungan dari masyarakat internasional karena tidak didaftarkan kedalam daftar Warisan Budaya.
5. Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Tidak Berwujud 2003
Warisan budaya tidak berwujud atau warisan hidup merupakan hal utama dalam keragaman budaya dan pelestariannya merupakan sebuah jaminan untuk
Universitas Sumatera Utara
kelanjutan kreativitas. Hal ini merupakan faktor utama dalam mempertahankan sebuah ekonomi kreatif.
Konvensi tahun 2003 ini mendefinisikan warisan budaya tidak berwujud seabagai praktek – praktek, ekspresi – ekspresi serta pengetahuan dan keahlian
yang diakui oleh komunitasmasyarakat, kelompok dan dalam beberapa kasus diakui secara indivivu sebagai bagiam dari warisan budaya. Konvensi ini mulai
berlaku pada bulan Oktober 2003 dan 114 negara anggota telah meratfikasi konvensi ini, termasuk Indonesia yang meratifikasi konvensi ini pada Oktober
2007. Penyelamatan adalah upaya – upaya yang ditujukan untuk menjamin
kelangsungan hidup warisan budaya tidak berwujud, termasuk identifikasi, promosi, penambahan, penyebaran, khususnya melalui pendidikan formal dan non
– formal, juga revitalisasi berbagai aspek warisan budaya ini. Dalam kerangka kerja kegiatan penyelamatan warisan budaya tidak berwujud ini,
masing – masing Negara anggota harus berusaha untuk menjamin kemungkinan terukanya keterlibatan kelompok masyarakat dan individu yang menciptakan,
menjaga dan menyebarkan warisan budaya ini, dan untuk terlibat aktif dalam pengelolaannya.
Upaya utama untuk penyelamatan yang diusulkan dalam konvensi ini adalah membuat daftar warisan budaya. Negara – Negara anggota didukung untuk
menggunakan upaya hukum, teknis, administratif dan financial yang sesuai dengan tujuan :
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeliharaan ciptaan atau penguatan lembaga untuk pelatihan dalam
pengelolaan earisan budaya tidak berwujud dan penyebaran warisan budaya ini melalui forum – forum dan ruang – ruang yang ditujukan untuk
pertunjukan atau ekspresinya. b.
Perlindungan akses terhadap warisan budaya tidak berwujud dalam rangka menghargai praktek – praktek yang lazim untuk mengakses aspek – aspek
khusus warisan budaya ini. c.
Pembuatan lembaga – lembaga dokumentasi untuk warisan budaya tidak berwujud dan kemudahan akses terhadap kembaga ini.
Warisan budaya tidak berwujud yang dimiliki oleh Indonesia : Kerajinan tangan tradisional dilihat dari berbagai sisi adalah domain yang paling
nyata yang di dalamnya warisan yang tidak berwujud tersebut diekspresikan, tetapi penekanan dari konvensi ini tidak pada produk kerajinan itu sendiri, tetapi
pada keahlian dan pengetahuan yang sangat diperlukan untuk kelanjutan produksi produk tersebut. Keris Indonesia 2003 dan Pertunjukan Wayang Kulit 2005
diakui oleh UNESCO sebagai Maha Karya Warisan Lisan dan Tidak Berwujud. Konvensi menetapkan hubungan antara Konvensi dan Proklamasi dalam
sebuah klausa peralihan : Pasal 31.1 yang menyatakan bahwa Intergovernmental Committee harus membentuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya yang dinyatakan
sebagai Maha Karya Warisan Lisan dan Tidak Berwujud sebelum berlakunya konvensi ini.
Universitas Sumatera Utara
Dua buah daftar yang terdapat dalam konvensi ini adalah : a.
Daftar perwakilan dari warisan budaya tidak berwujud “Prasasti dari sebuah bagianelemen akan memberikan kontribusi untuk menjamin bahwa hal
tersebut masih akan bertahan, kesadaran akan pentingnya warisan budaya yang bersifat tidak berwujud dan dialog”.
b. Daftar warisan budaya tidak berwujud yang perlu diselamatkan
“Kelangsungan hidup berada dalam kondisi beresiko walaupun terdapat upaya – upaya kelompok masyarakat atau individu dan Negara anggota memiliki
keprihatinan mengenai masalah ini”.
6. Konvensi Mengenai Perlindungan dan Promosi Keragaman dan Ekspresi Budaya 2005.