Potensi Hutan a. Tekanan Kerusakan Hutan

Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Selama tahun 2002 sampai dengan 2004, kawasan hutan yang sudah direboisasi baru mencapai sekitar 419.399 Ha yang menyebar di berbagai pulau, dan di Pulau Kalimantan hanya 13,5 persen padahal kawasan hutan yang perlu direboisasi lebih dari 34 juta Ha. Lihat Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 : Realisasi Kegiatan Reboisasi 5 Tahun Terakhir, Tahun 2000 – 2004 Ha P r o v i n s i 20001 2001 2002 2003 2004 1 2 3 4 5 6 N. Aceh Darussalam 1.048 400 1710 20 2672 Sumatera Utara 450 55 841 8.478 4.197 Sumatera Barat 1.000 - - 18.664 2.510 R i a u 150 - - 9.355 4.406 J a m b i 200 - - 1.750 443 Sumatera Selatan 100 - 580 150 3.219 Bengkulu - - 1.238 321 520 Lampung 450 - - 23.701 21.297 Bangka Belitung 775 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat - - 150 18.658 30.498 Jawa Tengah - - - 30.176 23.485 DI Yogyakarta 64 - 275 2.705 2.555 Jawa Timur - - - 29.531 26.145 Banten - - - 750 2.725 B a l i 350 100 375 181 3240 Nusa Tenggara Barat 900 - - 1785 9.450 Nusa Tenggara Timur 1.324 - 1.535 1.620 7.905 Kalimantan Barat - 388 831 - 8.220 Kalimantan Tengah 500 - 5.158 - 7.918 Kalimantan Selatan - 3.795 1.870 2.738 6.260 Kalimantan Timur 100 - 10.685 6.949 5.859 Sulawesi Utara 50 1.136 3.000 1.440 1.159 Sulawesi Tengah 200 - - 10.712 300 Sulawesi Selatan 1.700 500 5512 11.191 13.296 Sulawesi Tenggara - 675 100 180 3.326 Gorontalo - - - 3.730 3.275 Maluku 400 - 500 1.185 225 Maluku Utara - - - - - P a p u a - - 1.073 762 1.354 INDONESIA 8.986 7.049 35.433 186.732 197.234 Sumber : Departemen Kehutanan, Statistik Kehutanan Indonesia 2005 Keterangan : 1 Data bulan April sd Desember 2000

2. Potensi Hutan a. Tekanan Kerusakan Hutan

Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Illegal logging dan perambahan hutan telah mengakibatkan kerusakan di beberapa kawasan hutan. Kerusakan sumber daya hutan tersebut, dapat mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya hutan dan lingkungan hidup, terganggunya tata air yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap penyediaan airi bersih, transportasi di sungai, upaya peningkatan produksi bidang pertanian, perikanan dan sumber energi pembangkit tenaga listrik. Selain itu illegal logging dan perambahan hutan menyebabkan menurunnya produktifitas tanah hutan, terjadinya erosi dan banjir, pendangkalan sungai dan waduk, dan munculnya lahan – lahan kritis. Illegal logging dan perambahan hutan merupakan masalah krusial yang memerlukan penanganan mendesak melalui penegakan hukum secara sinergis oleh berbagai pihak pada semua tingkatan serta berefek jera sehingga tidak menimbulkan kecemburuan akibat ketidak adilan. Secara terminologi, Illegal logging dan perambahan hutan diartikan sebagai usaha yang memberikan keuntungan yang besar dan cepat dengan investasi teknologi yang mudah, modal yang relatif kecil, dan jika terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi pelestarian lingkungan. Masalah illegal logging ini jika terus dibiarkan akan memperparah kerusakan sumber daya hutan dan kerusakan ekosistem dalam tatanan Daerah Aliran Sungai DAS, akan mempercepat hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan keragaman produk kehutanan dimasa datang, membuat semakin terganggunya kehidupan sosial budaya masyarakat di sekitar hutan, semakin mengurangi sumber pendapatan nasional, serta akan semakin mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain penyebab kerusakan tersebut diatas, konversi lahan dan kebakaran juga menjadi salah satu penyebab kekritisan lahan yang tersedia.

b. Upaya Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Hutan

Dalam upaya penanganan permasalahan yang dihadapi dan permasalahan yang berkembang di bidang kehutanan serta dalam rangka pengelolaan sumberdaya Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 hutan untuk mewujudkan program pembangunan nasional, telah ditempuh beberapa kebijakan antara lain : 1. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 7501Kpts-II2002 tanggal 7 Agustus 2002 tentang 5 lima Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan, telah memberikan arahan untuk melaksanakan prioritas pembangunan pada kegiatan : a. Pemberantasan penebangan liar b. Penanggulangan kebakaran hutan c. Restrukturisasi sektor Kehutanan d. Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Hutan e. Desentralisasi sektor Kehutanan 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 2000 tanggal 6 Mei 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, dikemukakan bahwa : a. Kewenangan Provinsi dalam perlindungan dan pengamanan hutan adalah melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan antara lain pemberantasan illegal logging pada kawasan lintas KabupatenKota. b. Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan yang terdapat pada suatu wilayah KabupatenKota menjadi kewenagan Pemerintah KabupatenKota bukan menjadi kewenangan Provinsi, Dinas Kehutanan Provinsi akan memberikan bantuan atau memberikan dukungan apabila diminta oleh Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Pemerintah Cq. Dinas yang menangani urusan Kehutanan di KabupatenKota. Pelaksanaan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota, ditetapkan sebagai berikut : 1. KabupatenKota yang tidak atau belum mampu melaksanakan salah satu atau beberapa kewenangan dapat melaksanakan kewenangan tersebut melalui kerjasama antara KabupatenKota, kerjasama antara KabupatenKota dengan Provinsi, atau menyerahkan kewenangan tersebut kepada Provinsi. 2. Pelaksanaan kewenangan melalui kerjasama atau penyerahan suatu kewenangan kepada Provinsi harus didasarkan pada Keputusan kepala Daerah KabupatenKota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota Oleh karenanya pada prinsipnya kegiatan pengamanan terhadap gangguan kerusakan hutan yang terjadi pada suatu daerah KabupatenKota adalah menjadi kewenangan Dinas yang menangani urusan Kehutanan di KabupatenKota tersebut. Dinas Kehutanan Provinsi akan melakukan kegiatan pengamanan untuk ruang lingkup yang bersifat lintas KabupatenKota atau apabila diminta bantuan oleh Dinas yang menangani urusan kehutanan di Pemerintah KabupatenKota. Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan sebagai institusi yang berkompeten dalam penangan masalah yang berkaitan dengan kehuatan menyatakan bahwa Penanganan illegal logging dan perambahan hutan akan berhasil dengan melakukan : a. Sosialisasi peraturan perundangan, pemberdayaan, peran serta dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. b. Sosialisasi kepada pengusaha dan LSM melalui peningkatan koordinasi dan kerjasama. c. Sosialisasi kepada aparat pemerintah dan melaksanakan penegakan hukum secara tegas dan tidak diskriminatif. d. Melaksanakan pengamanan hutan melalui pemberdayaan dan penggunaan tenaga Polisi Kehutanan Polhut, PPNS dan P3KB. Selain hal tersebut diatas, pemerintah juga telah membuat terobosan dalam menyelesaikan kasus illegal loggingillegal trade melalui pelaksaan penyidangan dilapangan terhadap hasil-hasil operasi dengan melibatkan aparat penegak hukum, instansi teknis terkait dan masyarakat. Pelaksanaan pengamanan hutanpenanganan pemberantasan illegal logging yang dilakukan selama ini, diakui belum dapat menyelesaikan atau menghentikan kegiatan secara tuntas.

B. Keanekaragaman Hayati

1. Kondisi Keanekaragaman Hayati