Ancaman Terhadap Kenaekaragaman Hayati

Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Sumber : BBKSDASU, 2008 Dari tabel tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan luas daratan Provinsi Sumatera Utara seluas 71.680,68 km 2 dan hanya terdapat beberapa species saja yang tersisa dengan status terancam, langka dan seterusnya, menandakan bahwa keanekaragaman hayati Provinsi Sumatera Utara sedang dalam kondisi yang kritis. Kondisi ini akan semakin memburuk jika aparat pemerintahnya tidak konsern terhadap krisis keanekaragaman hayati yang tengah berlangsung. Artinya, penegakan hukum dan peraturan yang telah ditetapkan harus benar – benar dijalankan.

2. Ancaman Terhadap Kenaekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati mengalami ancaman dan tekanan dari berbagai aspek. Akibat tekanan tersebut mengakibatkan keragaman hayati khususnya flora fauna mengalami penurunan dari 9 Kantong Semar Nephentes spp Madina, Tapanuli Utara, Tanah karo, Simalungun, Besitang, Langkat Langka 10 Damar Agathis sp ø 50 cm 11 Jelutung Dyera sp ø 60 cm 12 Kemenyan Styrax sp Madina, Tapanuli, Tanah Karo, Simalungun, Besitang, Langkat, Deli ø 30 cm 13 Kapur barus Dryobalanops champora ø 60 cm 14 Kruing Dipterocarpus sp ø 50 cm 15 Jambu monyet Anacardium ochidentale ø 30 cm 16 Durian Durio zibethinus ø 60 cm 17 Kemiri Aleuritas molucana ø 60 cm 18 Enau Arenga piñata ø 40 cm 19 Garu Excoevaria agalocna ø 25 cm 20 Saga Myristica argentea ø 30 cm 21 Kayu manis Cinnamomum burmanii ø 25 cm 22 Ecaliptus Eucalyptus sp ø 40 cm 23 Kulim Scorodocarpus sp ø 50 cm Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 sisi jumlah. IUCN melakukan klasifikasi flora fauna berdasarkan keberadaannya guna dasar pertimbangan untuk menentukan treathment pengelolaannya sehingga suatu jenis tidak mengalami kepunahan. Kriteria status flora dan fauna menurut IUCN : Kritis critically endagered : jika taksa mengalami resiko kepunahan yang sangat ekstrim tinggi di alam dalam waktu dekat. Populasinya berkurang paling sedikit 80 selama 10 tahun terakhir dengan luas wilayah diperkirakan kurang dari 100 km2, populasi dewasa kurang dari 250 individu, jumlah populasi diperkirakan kurang dari 50 individu dewasa dan kemungkinan punah di alam paling sedikit 50 dalam 10 tahun; Genting atau terancam endagered : jika taksa tidak termasuk kriteria genting tetapi mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat. Populasinya berkurang paling sedikit 50 selama 10 tahun terakhir dengan luas wilayah diperkirakan kurang dari 5000 km2 atau daerah yang ditempati kurang dari 500 km2, populasi dewasa kurang dari 2500 individu, jumlah populasi diperkirakan kurang dari 250 individu dewasa dan kemungkinan punah di alam paling sedikit 20 dalam 20 tahun; Rentan vulnerable : jika taksa tidak termasuk kriteria genting atau terancam, tetapi mengalami resiko kepunahan yang tinggi di alam dalam waktu dekat. Populasinya berkurang paling sedikit 20 selama 10 tahun terakhir dengan luas wilayah diperkirakan kurang dari 20.000 km2 atau daerah yang ditempati kurang dari 2000 km2, populasi dewasa kurang dari 10.000 individu, jumlah populasi diperkirakan kurang dari 1000 individu dewasa dan kemungkinan punah di alam paling sedikit 10 dalam 100 tahun. Sumatera adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara zoogeografik, pulau ini memiliki 18 region secara ekologis yang membedakan karakteristik konservasi spesiesnya. Hal ini menjadikan adanya spesies-spesies yang khas pada masing-masing wilayah zoogeografik tersebut. Salah satu daerah yang mempunyai karakter ekologi yang khas di pulau Sumatera adalah kawasan hutan Daerah Aliran Sungai Batang Toru, karena diperkirakan merupakan kawasan transisi Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 biogeografis antara kawasan biogeografis Danau Toba Bagian Utara dan Danau Toba bagian Selatan. Kawasan ini memiliki beberapa tipe ekosistem mulai dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan yang menjadi habitat bagi orangutan Sumatera Pongo abelii, yang diperkirakan bahwa Blok Hutan Batang Toru Barat dapat menampung populasi orangutan sebanyak 400 individu dan Blok Hutan Batang ToruSarulla Timur sebanyak 150 individu. Terjadinya kawasan transisi biogeografis ini kemungkinan disebabkan kekuatan tektonik dan letusan Gunung Berapi Toba pada 75.000 tahun yang lalu. Pada kurun waktu itu, Sungai Batang Toru dan Sungai Batang Gadis menjadi satu dan kemudian kedua sungai besar tersebut terpisah, 39 sehingga menjadi faktor penghalang ekologi yang efektif bagi penyebaran satwa dan tumbuhan liar. Bukan hanya sungai saja, di Daerah Aliran Sungai DAS Batang Toru telah terbentuk penghalang karakter ekologis lainnya ecological barrier, seperti pegunungan yang tinggi, perbukitan, habitat yang spesifik rawa dan danau serta tingkat perbedaan intensitas matahari pada wilayah basah dan kering. Namun selain faktor ekologis tersebut, aktifitas manusia dalam bentuk laju pembangunan yang sangat pesat di Kabupaten-kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kodya Sibolga dan Tapanuli Utara juga menjadi faktor dalam menentukan sebaran spesies 40 .

3. Upaya Pengelolaan Keanekaragaman Hayati