Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Kehutanan

Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009

A. Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Kehutanan

Hutan memiliki peran yang unik dalam isu perubahan iklim. Peran utama hutan adalah untuk menyerap GRK — terutama karbon — yang ada di atmosfer. Karenanya kegiatan kehutanan dalam isu perubahan iklim ini termasuk dalam carbon sequestration activities, yaitu kegiatan-kegiatan yang menyerap karbon yang ada di atmosfer. Oleh sebab itu hutan juga dikenal sebagai carbon sinks rosot karbon. Dengan perannya ini, hutan dapat membantu mencapai tujuan Konvensi Perubahan Iklim dalam menjaga stabilitas konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat aman yang tidak membahayakan sistem iklim global. Mengingat peran hutan tersebut, maka diusulkan agar sektor kehutanan dapat pula digunakan dalam upaya penurunan emisi GRK secara global. Isu kehutanan, yang dalam Konvensi Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto dimasukkan dalam isu Land-Use, Land-Use Change and Forestry LULUCF, yaitu mengenai pemanfaatan lahan, perubahannya serta sektor kehutanan, sempat menjadi isu kunci dalam beberapa COP, terutama dalam COP VI di Den Haag tahun 2000 dan COP VI-bis bagian kedua dari COP VI di Bonn tahun 2001. Dokumen yang dihasilkan pada COP VI-bis, yang dikenal sebagai Bonn Agreement, akhirnya memuat kesepakatan mengenai pemanfaatan sektor kehutanan dalam CDM yang terbatas pada kegiatan reforestasi reforestation dan aforestasi aforestation. Pada COP VII di Marrakesh, Maroko akhir tahun 2001, dicapai satu kesepakatan yang dikenal sebagai Marrakech Accord. Dalam Marrakech Accord ini disepakati beberapa definisi yang digunakan dalam kegiatan LULUCF, dalam hal ini yang berkaitan dengan domestic action. Hingga COP VIII di New Delhi, definisi dalam Marrakech Accord ini belum disepakati untuk digunakan dalam CDM Kehutanan. Definisi yang dicantumkan dalam Marrakech Accord 46 adalah sebagai berikut: 46 UN-FCCC. Decision 11CP7. 2001 Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 1. Hutan didefinisikan sebagai area dengan luas minimun 0,5-1,0 hektar, dengan lebih dari 10 – 30 persennya ditumbuhi tumbuhan dewasa, yang tinggi minimumnya mencapai 2 - 5 meter. Wilayah hutan dapat merupakan hutan tertutup atau terbuka dengan berbagai jenis tumbuhan. 2. Aforestasi adalah aktivitas langsung yang dilakukan oleh manusia dalam mengubah area yang minimal selama 50 tahun bukan merupakan wilayah hutan menjadi hutan dengan tindakan-tindakan seperti penanaman, pembibitan, danatau aktivitas lainnya yang mempromosikan sumber-sumber pembibitan alam. 3. Reforestasi adalah aktivitas langsung yang dilakukan oleh manusia dalam mengubah area bukan hutan menjadi area hutan melalui penanaman, pembibitan, danatau aktivitas lainnya yang mempromosikan sumber-sumber pembibitan alam, di area yang pada awalnya merupakan wilayah hutan namun mengalami perubahan menjadi wilayah bukan hutan. Dalam periode komitmen pertama, aktivitas reforestasi dibatasi pada area tidak berhutan pada 31 Desember 1989. Adapun mekanisme dan prinsip pengajuan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih sektor kehutanan melalui tahapan dan mekanisme yang telah diatur dalam Protokol Kyoto yaitu: Langkah 1: Proyek Alternative 1. Menjelaskan semua alternatif kegiatan yang realistik dan kredible yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan sudah menjadi kewajiban dan apabila ternyata proyek yang diusulkan merupakan satu-satunya alternatif kegiatan maka proyek tersebut Not Additional 2. Keputusan baru dari Badan Eksekutif bahwa ‘… a localregionalnational policy or standard cannot be considered as a clean development mechanism project activity, but that project activities under a programme of activities can be Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 registered as a single clean development mechanism project activity provided …’ Adanya keputusan ini kegiatan yang sudah menjadi kebijakan dan ketentuan untuk dilaksanakan dapat dijadikan proyek CDM asalkan ia termasuk ke dalam program kegiatan yang direncanakan akan didukung oleh CDM dapat didaftarkan sebagai proyek CDM Langkah 2: Analisis Investasi 1. Analisis untuk menunjukkan bahwa proyek secara ekonomi dan finansial tidak menarik dari alternatif kegiatan yang ada a. Analisis biaya sederhana yaitu cukup dengan analisis yang menunjukkan bahwa proyek hanya akan menguntungkan kalau ada penjualan kredit carbon CER b. Analisis Perbandingan Investasi yaitu analisis yang menggunakan indikator finansial seperti IRR, NPV, termasuk semua biaya produksi, keuntungan, insentifsubsidi dan bandingkan dengan kegiatan alternative lainnya. Misal kegiatan yang diusulkan memberikan IRR yang rendah sehingga tidak menarik investor dibanding alternatif kegiatan yang ada dan baru akan memberikan IRR yang menarik kalai hanya ada penjualan CER c. Analisis Benchmark: analisis investasi yang menggunakan indikator finansial dan membandingkannya dengan nilai indikator finansial baku yang sudah umum digunakan. Misalkan untuk proyek penurunan pembakaran gas buang Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 Gas Flaring Reduction, IRR hanya 10 sementara secara umum nilai IRR yang menarik bagi investor apabila IRR lebih dari 15. Langkah 3: Analisis Kendala 1. Kalau proyek secara finansil menarik maka proyek masih bisa dikatakan additional apabila ada kendala yang menyebabkan proyek tidak dapat dilaksanakan a. Kendala Investasi: tidak tersedia fasilitas pinjaman bank untuk jenis kegiatan yang diusulkan atau tidak ada akses terhadap pendanaan internasional karena adanya risiko berkaitan dengan iklim investasi negara yang bersangkutan b. Kendala Teknologi: tidak tersedia tenaga yang ahli untuk menangani teknologi tersebut atau sarana infrastuktur tidak mendukung untuk pelaksanaan kegiatan c. Kendala karena kegiatan yang diusulkan merupakan kegiatan pertama yang pernah dilakukan merupakan teknologi baru 2. Setiap kendala yang disebutkan harus didukung dengan bukti yang cukup misalnya a. Memberikan informasi tentang regulasi atau kaidah-kaidah yang berlaku tidak mendukung; b. Hasil kajian atau survey c. Data statistik nasional d. Dokumen-dokumen pendukung misalnya data pasar yang relevan, dokumen dalam bentuk hasil pertemuan rapat yang mengungkapkan adanya kendala Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009 atau hasil penilaian tenaga ahli yang independen yang mengungkapkan bahwa memang proyek yang diusulkan tidak akan bisa dilaksanakan apabila tidak melalui CDM 3. Apabila pengusul proyek tidak dapat menunjukkan bukti bahwa memang ada kendala maka proyek dikatakan Not Additonal Langkah 4: Common Practice Analysis 1. Merupakan analisis untuk menilai apakah proyek sejenis sudah dikenal secara umum dan sudah menyebar, kalau ternyata sudah menyebar dan umum ditemukan maka pengusul proyek harus bisa menjelaskan persamaan dan perbedaan antara proyek yang diusulkan dengan kegiatan yang sudah menyebar secara luas tersebut 2. Apabila proyek pengembang ternyata tidak bisa menunjukkan dan menjelaskan perbedaan tersebut maka proyek dikatakan Not Additional Langkah 5: Dampak Registrasi 1. Analisis untuk menunjukkan bahwa dengan diregistrasinya proyek sebagai proyek CDM akan mengatasi hambatan finansial atau kendala yang ada sehingga proyek dapat dilaksanakan. Hal yang perlu ditunjukkan ialah a. Keuntungan dan insentif yang diperoleh b. Besar penurunan emisi GRK c. Keuntungan finansial dari penjualan CER d. Pengembang baru tidak akan menghadapi kendala yang sama dan memiliki kemampauan untuk melaksanakan kegiatan proyek CDM Fl. Fernando Simanjuntak : Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Develoment Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, 2009