93
BAB III KIBATNYA MENURUT HUKUM
PERKAWINAN ISLAM
. Sta
pe uh elemb
afs yang satu yang sama dan menjadikan isteri
KONSEP NUSYUZ SUAMI DAN A
A tus dan Kedudukan Suami Isteri
1. Status dan kedudukan suami isteri menurut hukum Islam
Menurut ajaran Islam pernikahan merupakan suatu aqad perjanjian yang diberkahi antara seorang perempuan dan laki-laki, yang dengannya dihalalkan bagi
keduanya hal-hal yang sebelumnya diharamkan. Dengan pernikahan tersebut keduanya mulai memasuki suatu kehidupan baru dalam mengarungi perjalanan
panjang kehidupan dengan rasa cinta kasih. Sebagaimana dilukiskan dalam Al Quran bahwa hubungan seorang suami dengan seorang isteri adalah hubungan yang
n k
utan dan di dalamnya tersebar nilai-nilai cinta, keharmonisan, kepercayaan, saling pengertian, dan kasih sayang. Allah berfirman dalam Q.S ar Rum : 21.
“Isteri diartikan sebagai perempuan yang telah menikah atau yang bersuami serta dapat diartikan sebagai perempuan yang dinikahi.”
146
Berbicara mengenai kedudukan isteri juga tidak dapat lepas dari berbicara perempuan dari awal
penciptaannyaasal kejadiannya berdasarkan Q.S an Nisa : 1 yang artinya sebagai berikut : “Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu, yang telah
menciptakan kamu dari diri n
146
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit, hlm.390
94
daripadanya dan dari pada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak…”
147
Dari pandangan terjemahan tersebut di atas bahwa yang dimaksud dengan nafs adalah Adam, dipahami pula bahwa kata zaujaha, yang arti harfiahnya adalah
“pasangan”, dimaksudkan sebagai isteri Adam yaitu Hawa. Sejalan dengan itu dipengaruhi oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, dan At
Tirmizi dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa: “Saling pesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang
bengkok...”
148
tulang
menyebabkan hal tersebut. Pertama, menurut Aisyah; Abu Hurairah memiliki
i akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap “wajar” layaknya seperti kepada
bawaan perempuan, kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, Dari hadits ini dipahami bahwa Hawa diciptakan dari Adam yaitu dari
rusuk yang bengkok. Ahmad Syafiq dalam bukunya ‘Hal-hal Yang Tak Terpikirkan’ telah
mengkritik hadits ini, menurutnya hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori tersebut tidaklah dapat sepenuhnya dipercayai, setidaknya dua hal yang
kecenderungan untuk mendiskreditkan kaum perempuan. Kedua, ketika meriwayatkan hadits ini usia Abu Hurairah tidak lagi muda untuk dapat
mengingat sebuah hadits dengan baik.
149
Beberapa ulama kontemporer yang memahami secara metaforis, memaknai bahwa hadits tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi
perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka tidak sama dengan laki-laki, hal mana bila tidak disadar
sesamanya laki-laki. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat
148
Muslim Abi al Husain ibn al-Hujjaj, Shahih Muslim, Jilid 2, Sya’ban Qurat, Turki, Ankara, lm.58
ikirkan tentang Isu-isu Keperempuanan alam Is
umentasi, Mizan, Bandung, hlm.32
147
Mahmud Junus, Op. Cit, hlm.70 h
149
Ahmad Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terp d
lam Sebuah Dok
95
sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
150
Berasal dari penciptaan yang satu dimunculkanlah permasalahan utama dalam ajaran Islam yaitu persamaan antara manusia, baik antara laki-laki dan perempuan,
maupun antar bangsa, suku, dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan
ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana yang terdapat dalam Q.S al Hujarat : 13. Persamaan ini dipertegas di dalam Q.S an-Nahl : 97 yang artinya
sebagai berikut : “Barang siapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki ma upun
eremp
mpuan dimuliakan oleh karena asalnya
terasala dipisah
dilakukan oleh kedua jenis makhluk tersebut. Tetapi dalam peran-peran tertentu hanya dapat dijalankan oleh satu
p uan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
151
Lebih lanjut Hamka menegaskan bahwa “pere satu min nafsin wahidah kemudian dibelah menjadi dua oleh sebab itu
h bahwasanya yang satu tetap memerlukan yang lain dan dari diri yang kan tersebut kemudian disatukan kembali.”
152
Ajaran Islam tidak secara skematis membedakan faktor-faktor perbedaan laki- laki dan perempuan, tetapi lebih memandang kedua insan tersebut secara utuh.
Antara satu dengan lainnya secara biologis dan sosiokultural saling memerlukan dan mempunyai peran tersendiri. Prinsip persamaan tidak berarti
tidak ada perbedaan, tapi di dalam perbedaan itulah terdapat persamaan. Boleh jadi dalam satu peran dapat
150
Ibid, hlm. 6
151
Mahmud Junus, Op. Cit, hlm. 251
152
Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta, hlm.6-7
96
jenis, seperti hamil, melahirkan, menyusui anak yang hanya dapat diperankan manusiawi, lebih tepat diperankan oleh kaum laki-laki seperti pekerjaan yang
memerlukan tenaga otot lebih besar. Keberadaan laki-laki dan perempuan didasarkan pada fitrah masing-masing.
Pembagian manusia secara biologis menjadi laki-laki dan perempuan adalah akibat dari rencana sang Pencipta. Lebih lanjut Rasulullah SAW menjelaskan bahw
oleh kaum perempuan. Di lain pihak ada peran-peran tertentu yang secara
153
a laki-
u hman Wahid. “Menurutnya 80 etidak
laki yang dikutuk adalah mereka yang berusaha menyerupai perempuan, dan perempuan yang dikutuk adalah mereka yang berusaha menyerupai laki-laki.
“Konsep kepemimpinan suami terhadap istri, sebagaimana yang diyakini umat Islam umumnya dicoba untuk ditafsirkan kembali oleh beberapa feminis Muslim
seperti Asghar Ali Engineer, Fatima Mernissi dan Amina Wadud, dengan membongkar penafsiran lama yang mereka nilai bias gender.”
154
Begitu juga halnya dengan salah satu tokoh feminis muslim Indonesia yaitu Ketua Yayasan Puan Amal
Hayati Jakarta Ibnu Shinta Nuriyyah Abd ra k
adilan gender terjadi dalam kajian klasik dan banyak hadits-hadits dimunculkan untuk kepentingan perorangan.”
155
Kedudukan perempuan sebagai bagian dari masyarakat, hidup bersama-sama sejajar dengan laki-laki, tanpa diskriminasi, kadar martabatnya dinilai dengan
ketaqwaan yang dimilikinya. Namun tentunya ada hal-hal tertentu dimana Allah
153
Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam, Lembaga Kajian Agama dan Gender, Jakarta, hlm.22-25
154
Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al Qur’an Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, hlm.25
155
Makalah Hasil Tanya Jawab dengan Ibu Shinta Nuriyah pada Seminar Nasional Wajah Baru Relasi Suami Isteri, yang diselenggarakan di Kampus Universitas Dharma Agung Medan, pada
tanggal 18 Mei 2002
97
memberikan perbedaan yang kodrati misalnya kodrat perempuan sebagai penerus keturunan, dengan menciptakan organ tubuhnya berbeda dengan laki-laki, untuk
emen maqasid as syariah untuk menjaga
keturun Ma
terhadap cara pandang masyarakat Arab dengan: 1.
2. mpuan memiliki akses
yang sama dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu ia Rasul membuka sama-sama mencari ilmu.
Sikap tauladan yang paling menonjol adalah pergaulannya yang baik
perlu dicermati bahwa pemuliaan terhadap kaum
n beberapa hal yang merupakan revisi terhadap perlakuan tradisi
-undang Al Quran dan Al m
uhi fungsi tersebut. Maka dalam Islam sangat dijaga keabsahannya melalui lembaga perkawinan. “Bahkan ia termasuk dari
an.”
156
ka Rasulullah membuat suatu perubahan dan perombakan besar-besaran
Mendirikan suatu majilis khusus untuk perempuan Dalam kasus perolehan ilmu rasul memandang pere
pintu lebar-lebar dan mewajibkan bagi laki-laki dan perempuan untuk 3. Rasul memberikan tauladan bagi perlakuan baik terhadap perempuan.
terhadap semua istrinya muasyarah bil maruf
157
Ketiga cara ini menerangkan bahwa pada hakekatnya Islam yang dibawa Rasul bertujuan mengangkat harkat martabat kaum perempuan dan menghapuskan
segala bentuk kekerasan. Namun wanita tersebut tidak berarti menjadikan wanita sama dengan laki-laki.
Adapu sebelum datangnya Islam adalah:
1. Perempuan dalam Islam dilindungi oleh Undang Hadits
156
Amir Mu’allim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, UII Press, Yogyakarta, 1999, hlm.51-63.
157
Ahmad Syafiq, Op. Cit, hlm.32-34
98
2. Diberi hak untuk memilih pasangan hidupnya 3. Memiliki hak talak dalam Q.S Al Ahzab : 28-29
memiliki kekayaan 5
enjadi
diyakini bahwa otak perempuan dan laki-laki berbeda dengan menunjuk pada otak 4. Berhak mewarisi dan
. Memiliki hak penuh untuk memelihara anaknya. 6. Berhak mempergunakan hartanya.
7. Memiliki hak hidup
2. Status dan kedudukan suami isteri menurut hukum positif