48
terpisah, bukan “tindakan kedua-duanya secara bersama-sama merasa benci atau tidak senang terhadap pasangannya dengan saling membangkang atau berselisih
secara terus-menerus karena hal tersebut bukanlah nusyuz melainkan syiqaq.”
67
B. Dasar Hukum Konsep Nusyuz
1. Menurut Al Qur’an
Nusyuz mempunyai beberapa hal ihwal keadaan yang tidak diterangkan Allah SWT dalam Al Qur’an yaitu :
Di dalam Q.S an Nisa : 34 yang artinya sebagai berikut : “…Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk memisahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
68
Di dalam Q.S an Nisa : 128 yang artinya sebagai berikut : Jika seorang perempuan melihat kesalahan atau nusyuz suaminya atau telah
berpaling hatinya, maka tiada berdosa keduanya, jika keduanya mengadakan perdamaian antara keduanya. Berdamailah itu lebih baik daripada bercerai.
Memang manusia itu berperangai amat kikir. Jika kamu berbuat baik kepada isterimu dan bertaqwa, sungguh Allah Mahamengetahui apa-apa yang kamu
kerjakan.
69
67
Syiqaq adalah cenderung kepada sikap adanya perselisihan, pertengkaran, dan pertentangan antara suami isteri yang berlangsung terus menerus dan tidak akan ada harapan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga. H.S.A Alhamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Amani, Jakarta, 1989, hlm. 224
68
Ibid, hlm.70
69
Mahmud Junus, Op.Cit, hlm.90
49
Kedua ayat tersebut di atas lazim disebut sebagai ayat-ayat nusyuz dalam beberapa kitab fikih. Ayat-ayat nusyuz tersebut turun menurut sebagian pendapat para
ahli fikih fuqaha adalah dalam konteks masyarakat Arab ketika itu yang terbiasa melakukan kekerasan terhadap perempuan isteri. Pemukulan adalah bentuk
kekerasan yang paling sering muncul pada masa itu. Dengan demikian ayat-ayat tersebut turun dalam konteks melarang pemukulan terhadap isteri dan segala bentuk
dalam kekerasan rumah tangga. Tatanan kehidupan umat manusia yang didominasi oleh kaum laki-laki atas
kaum perempuan sudah menjadi akar sejarah yang panjang. Dalam tatanan itu, perempuan sering ditempatkan sebagai the second human being manusia kelas
kedua, yang berada di bawah superioritas laki-laki, yang membawa implikasi luas dalam kehidupan sosial di masyarakat. Perempuan bahkan terkadang dianggap bukan
makhluk penting, melainkan sekadar pelengkap yang diciptakan dari dan untuk kepentingan laki-laki. Sebagian pihak menganggap persepsi tersebut benar, sehingga
timbullah berbagai bentuk tindakan penyimpangan terhadap hak dan kewajiban, tindakan kekerasan, penindasan, pelecehan seksual dan sebagainya terhadap kaum
hawa terutama dalam rumah tangga. Hal ini terjadi, karena salah satu faktornya adalah pemahaman umat terhadap teks-teks agama yang ditafsirkan secara tekstual.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman ajaran agama secara utuh kaffah. Terutama terhadap konsep nusyuz yang terdapat dalam ajaran Islam
50
2. Menurut Hadits