b. Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku hasil
penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya.
42
Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh :
1 Bahan hukum primer berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan
akibat hukum perceraian terhadap harta bersama di Pengadilan Agama Klas I A Medan.
2 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa bahan-bahan yang erat
kaitannya dengan bahan hukum primer berupa putusan-putusan Pengadilan Agama, buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
3 Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum penunjang yang membuat petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, majalah dan
internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Pengadilan Agama Klas I A Medan dengan alasan bahwa penduduknya mayoritas beragama Islam dan mudah dijangkau dalam
melaksanakan penelitian
42
Soerjono Seokanto, Ibid, hal.3
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 dua cara yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan Library Rersearch dilakukan untuk menghimpun data
sekunder dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur, hasil-hasil penelitian, peraturan perundang-undangan yang berlaku, teori-teori dan asas-asas
hukum yang berkaitan dengan materi penelitian. b.
Penelitian Lapangan Field Research, dilakukan untuk menghimpun data sekunder dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa :
1 Studi dokumen yaitu dengan mempelajari berbagai peraturan hukum, literatur,
hasil penelitian dan putusan pengadilan yang terkait dengan masalah pembagian harta bersama.
2 Daftar pertanyaan kuisioner yaitu mengajukan sejumlah pertanyaan kepada
responden sesuai dengan masalah yang diteliti dalam bentuk pertanyaan bersifat terbuka dan tertutup
3 Pedoman wawancara yaitu mengadakan serangkaian tanya jawab secara lisan,
bebas dan terstruktur dengan bentuk pertanyaan yang telah dipersiapkan mengenai permasalahan yang akan diteliti.
5. Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui pendekatan yang disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan untuk bahan primer diperoleh melalui teknik wawancara secara
langsung sedangkan data sekunder diperoleh melalui literaturdokumen.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Data yang diperoleh melalui studi lapangan maupun studi kepustakaan dikumpul dan diatur urutannya dan langkah selanjutnya melakukan pengolahan dan
menganalisis data.
44
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu data yang diperoleh dikumpulkan, dikualifikasi sesuai dengan kelompok pembahasan dan untuk
selanjutnya dilakukan pembahasan secara yuridis. Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh
setelah diolah, data yang diperoleh kemudian ditafsirkan secara logis dan sistematis dengan menggunakan pendekatan deduktif dan induktif, sehingga secara lengkap
akan menjadi analisis kualitatif dengan menggunakan data secara induktif yang telah dianalisis.
45
Dari kegiatan analisis ini diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diteliti sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.
44
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003, hal.103.
45
Ibid, hal.5
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
BAB II AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP KEDUDUKAN HARTA
BENDA PERKAWINAN
A. Perceraian
1. Menurut UU No. 1 Tahun 1974
Perceraian merupakan bagian dari perkawinan, sebab tidak ada perceraian tanpa adanya perkawinan lebih dahulu. Perkawinan merupakan awal dari hidup
bersama antara seorang pria dengan seorang wanita yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam suatu negara, sedangkan perceraian merupakan akhir dari
kehidupan bersama suami isteri tersebut. Setiap orang menghendaki agar perkawinan yang dilaksanakannya tetap utuh
sepanjang masa kehidupannya, tetapi banyak terjadi perkawinan yang dibina berakhir dengan suatu perceraian.
Salah satu prinsip dalam hukum perkawinan nasional yang sejalan dengan ajaran agama adalah mempersulit terjadinya perceraian cerai hidup, karena
perceraian berarti gagalnya tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sejahtera akibat perbuatan manusia. Lain halnya jika terjadinya
putus perkawinan karena kematian yang merupakan takdir dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dihindarkan oleh manusia.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
30
Abdul Manan menyebutkan bahwa perceraian adalah “putusnya perkawinan antara suami isteri karena tidak terdapat kerukunan dalam rumah tangga atau sebab
lain seperti mandulnya isteri atau suami”.
46
Menurut Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Tentang hak mengajukan soal cerai ke Pengadilan adalah masing-masing
suami isteri mempunyai kedudukan yang sama sebagaimana hal tersebut diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Dengan adanya perceraian, maka
yang paling menderita pada umumnya adalah keturunan mereka. Di sini perlu digaris bawahi tentang perkataan pada umumnya. Sebab dalam keadaan-keadaan tertentu
perceraian dilakukan demi kepentingan pertumbuhan kejiwaan anak-anak lebih bagus cepat dilaksanakan perceraian.
Sesuai dengan asas tujuan perkawinan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera sprituil dan
materil jika tidak mungkin lagi terwujud adalah lebih baik memberi kebebasan pada masing-masing pihak untuk mencoba lagi dengan pasangan yang baru yang mungkin
menjumpai kedamaian dan kebahagiaan. Kebebasan ikatan adalah lebih menyelamatkan mental dan fisik mereka dari
keruntuhan, sebab itu Pengadilan sebagai instansi yang akan memberi legalisasi
46
Abdul Manan., Op.Cit, hal.125.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
hukum dalam perceraian sudah sepantasnya memikirkan keharusan perceraian itu dari segala segi menyangkut kemanusiaan itu sendiri.
Perkawinan pada dasarnya bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-
masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan spritual dan material. Karena itu Undang-Undang Perkawinan menganut asas atau prinsip
mempersukar terjadinya perceraian.
2. Menurut Hukum Adat