Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti dengan tujuan penelitian yaitu : 1. Akibat hukum dari perceraian terhadap harta perkawinan adalah: Apabila terjadi perceraian antara suami istri maka harta yang diperoleh selama perkawinan dibagi dua, setengah untuk suami dan setengah untuk istri. Hal ini juga terjadi dalam prakteknya di Pengadilan Agama Medan, tanpa melihat dari suku masyarakat adat mana yang akan bercerai. Hal ini dikarenakan sudah adanya kesadaran yang tinggi dari semua pihak tentang adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Bila sewaktu terjadi perkawinan sudah ada perjanjian antara suami istri tentang harta maka harta bersama pembagiannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian antara pihak suami dan pihak istri. 2. Cara penyelesaian perkara pembagian Harta bersama di Pengadilan Agama Medan adalah: Apabila perceraian sudah disetujui hakim,maka antara suami istri dapat mengajukan permohonan pembagian harta bersama sesuai dengan hukum yang berlaku. Dan apabila suami istri yang bercerai tidak mau melaksanakan pembagian harta bersama, maka salah satu pihak dapat mengajukan permohonan eksekusi di Pengadilan Agama untuk memaksa pihak yang tidak mau Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 110 melaksanakan putusan yang sesuai dengan apa yang diputus oleh Pengadilan Agama. 3. Yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Agama dalam membagi harta bersama kepada istri dan suami adalah merujuk kepada Pasal 19 hurus f Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam yang isinya” Harta perkawinan atau Syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri- sendiri atau bersama- sama selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun”, dan juga ketentuan Undang- undang No.1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat 2 ”Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri”.

B. Saran