Wasiat Hibah Wakaf Zakat Infaq Shadaqah Putusan Nomor 654Pdt.G2004PA.Mdn dan diputus pada tanggal

2. Bidang Kewarisan

Yang dimaksud dengan waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masingmasing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalap tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris Kewarisan adalah hukum yang mengatur perpindahan hak pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing. Bidang ini diatur secara rinci di dalam Kompilasi Hukum Islam, Buku II, dari Pasal 171 sampai dengan Pasal 193.

3. Wasiat

Yang dimaksud dengan wasiat adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembagabadan hukum, yang berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia Bidang Perwakafan. 92

4. Hibah

Yang dimaksud dengan hibah adalah pembegan suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki. 93

5. Wakaf

Yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebagian harts benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai 92 Abdur Rahman, Op.Cit, hal.73 93 Ibid, hal.73 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syariah. 94

6. Zakat

Yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 95

7. Infaq

Yang dimaksud dengan infaq adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan, memberikan rezeki karunia, atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wataala. 96

8. Shadaqah

Yang dimaksud dengan shadagah adalah perbuatar; seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembagabadan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wataala dan pahala semata. 97

9. Ekonomi Syariah

Yang dimaksud dengan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi: 94 Ibid, hal.74 95 Ibid, hal.74 96 Ibid, hal.75 97 Ibid, hal.75 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 a. Bank syariah b. Lembaga keuangan mikro syariah c. Asuransi syariah d. Reasuransi syariah e. Reksa dana syariah f. Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah g. Sekuritas syariah h. Pembiayaan syariah i. Pegadaian syariah j. Dana pensiun lembaga keuangan syariah; dan k. Bisnis syariah. 98

B. Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian

Putusnya perkawinan melalui cerai talak, cerai gugat dan kematian salah satu pihak, maka salah satu akibat dari putusnya perkawinan itu adalah harta bersama suami isteri. Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan harta bersama dijelaskan dalam Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan bahwa “apabila terjadi perselisihan antara suami isteri tentang harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada pengadilan”. Ada 2 dua alternatif penyelesaian harta bersama yang diajukan oleh pihak suami atau isteri. Pertama. Masalah atau sengketa bersama diselesaikan setelah 98 Ibid,hal.77 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 terjadi perceraian antara pasangan suami isteri. Alternatif kedua, tatkala proses penyelesaian perceraian berjalan di Pengadilan Agama sekaligus diselesaikan masalah harta bersama. 99 Alternatif pertama merupakan penyelesaian tersendiri atau terpisah, khusus penyelesaian terhadap harta bersama. Alternatif kedua disebut gabungan atau kumulasi. Penyelesaian harta bersama dapat dilaksanakan bersamaan dengan proses perceraian baik cerai talak atau cerai gugat dan dapat juga dilaksanakan bersamaan gugatan masalah hadhanah, waris dan hal-hal lain. Yang dimaksud kumulasi adalah gabungan beberapa gugatan hak kumulasi objektif atau gabungan beberapa pihak kumulasi subjektif yang mempunyai akibat hukum yang sama, dalam suatu proses perkara. 100 Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Mohd. Hidayat Nasseri disebutkan bahwa pelaksanaan penyelesaian harta bersama dilakukan dengan dua cara tersebut di atas yaitu secara terpisah dan secara kumulasi. Aparat Pengadilan Agama Medan menganjurkan kepada para pihak untuk melakukan gugatan terpisah, karena lebih efisien dari segi waktu proses persidangan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan secara kumulasi berdasarkan kepentingan para pihak. 101 99 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Peerdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, hal.43 100 Ibid, hal.44 101 Wawancara, H. Mohd. Hidayat Masseri, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Sementara hasil wawancara dengan AdvokatPengacara Wildan Areza mengenai cara pelaksanaan penyelesaian harta bersama berpendapat bahwa bila ditinjau dari keefisien waktu persidangan maka lebih tepat dilaksanakan setelah terjadinya perceraian dan apabila ditinjau dari segi dana atau biaya yang dipergunakan maka pada umumnya masyarakat lebih cenderung melakukan bersamaan dengan proses perceraian. Namun demikian cara yang dilakukan harus memperhatikan kepentingan dan kondisi para pihak yakni suami dan isteri. 102 Menurut hukum Acara Perdata, kumulasi objektif diperkenankan asal berkaitan langsung yang erat merupakan satu rangkaian kesatuan biasanya kausaliteit. Mereka yang mengerti beracara selalu akan mempergunakan dimana mungkin kumulasi objektif itu, hal mana menghemat waktu, biaya dan sekaligus tuntas semua. 103 Dari segi yuridis, kedua alternatif tersebut dapat ditempuh sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 66 ayat 5 dan Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 : Pasal 66 ayat 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan bahwa permohonan soal pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta bersama 102 Wawancara, Wildan Areza, Pengacara dan Penasehat Hukum di Medan Pada Tanggal 5 April 2009 103 Raihan A Rassyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal.66 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak ataupuh sesudah ikrar talak diucapkan. Paal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan gugatan soal pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta bersama suami isteri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap. Adapun praktek alternatif pertama adalah jika suami isteri telah bercerai melalui prosedur cerai talak, maupun cerai gugat maka salah satu pihak bekas isteri ataupun bekas suami mengajukan gugatan harta bersama secara terpisah. Pada alternatif kedua dalam prakteknya, ketika proses permohonan cerai talak diajukan oleh suami sekaligus diajukan gugatan rekonvensi gugat balik menuntut pembagian harta bersama. Demikian juga halnya ketika proses gugatan cerai diajukan oleh isteri, sekaligus menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan atau pihak suami selaku tergugat mengajukan gugatan balik gugat rekonvensi menuntut pembagian harta besama. Praktek alternatif kedua tersebut lazim disebut gugat kumulasi gugat gabungan. 104 Dari segi filosofisnya, adalah persengketaan harta besama tatkala kondisi rumah tangga terjadi perselisihan atau percekcokan yang mengarah kepada terjadinya perceraian. Apabila suami berkehendak untuk mencceraikan isterinya melalui prosedur cerai talak, maka cenderung seorang isteri mengajukan gugatan rekonvensi 104 Wawancara, H. Mohd. Hidayat Masseri, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 gugat balik menuntut pembagian harta bersama bahkan hak-hak lainnya sesuai dengan hukum. 105 Begitu juga sebaliknya isteri yang sudah bertekad untuk bercerai dari suaminya, mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama sekaligus mengajukan gugat harta bersama menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama ikatan perkawinan yang telah dikuasai oleh pihak suami atau sebaliknya suami yang mengajukan gugatan rekonvensi gugat balik harta bersama yang dikuasai isteri. Oleh karena itu pada umumnya dalam suatu proses perceraian timbul ketegangan-ketegangan sebagai ekses dari konflik rumah tangga yang melatar belakangi gugat cerai, maka keinginan sekaligus tuntas disamping cerainya juga tentang pembagian harta bersama. Dari aspek psikologis, jika hanya perceraian saja yang diselesaikan, maka akan timbul kesulitan yang berkepanjangan karena pihak yang menguasai harta bersama akan memanfaatkan peluang menurut keinginannya, mengesampingkan sifat adil dan jujur. Melalui proses yang demikian lebih singkat prosedur yang ditempuh dan lebih efektif serta efisien, dari pada diselesaikan dikemudian hari setelah terjadinya perceraian. 106 Adapun munculnya gugatan harta bersama setelah salah satu pihak suami isteri meninggal dunia. Ketika dipersengketakan masalah harta warisan yang berasal 105 Raihan A Rassyid, Op.Cit, hal.77 106 Ibid, hal.78 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 ijbari maka didalamnya dipersoalkan tentang harta peninggalan almarhum almarhumah pewaris. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 berbunyi : Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini. Sehubungan dengan hukum acara yang dipergunakan pada Pengadilan Agama ini, maka tahapan-tahapan perkara dalam pemeriksaan sebagaimana hukum acara perdata yaitu : 1. Tahap sidang pertama yang terdiri dari : pembukaan sidang pertama, yakni hakim membuka sidang, menanya identitas para pihak, pembaca surat gugatan atau permohonan serta anjuran damai. 2. Tahap jawab menjawab yaitu replik dan duplik dari masing-masing pihak 3. Tahap pembuktian, dimana dalam hal pembuktian ini semua alat bukti diperlihatkan atau diajukan serta disampaikan kepada ketua Majelis Hakim. 4. Tahap penyusunan konklusi yaitu kesimpulan-kesimpulan dari sidang- sidang yang telah berlangsung menurut para pihak dan bersifat membantu hakim dalam menentukan keputusannya. 5. Musyawarah majelis hakim, hal ini dilakukan secara rahasia, tertutup untuk umum dan hasil musyawarah ini ditandatangi oleh hakim tanpa panitera sidang dan dilampirkan dalam berita acara sidang. 6. Pengucapan keputusan, pengucapan ini dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum, walaupun sebelumnya mungkin sidang-sidang dilaksanakan tertutup. 107 Dengan adanya tahapan-tahapan di atas, apabila suatu persoalan masuk dan diajukan pada Pengadilan Agama, maka yang pertama dilakukan di persidangan setelah dibacakannya gugatan atau permohonan dari pihak yang bersangkutan adalah 107 Ibid, hal.134-139 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 anjuran untuk melakukan perdamaian. Bila para pihak tetap pada pendirinya untuk melanjutkan perkara ini maka Pengadilan Agama pun meneruskan jalannya persidangan dengan tahap-tahap sebagaimana tersebut di atas. Dalam hal ini Roihan A Rassyid mengatakan “kalau terjadi perdamaian maka buatkanlah akta perdamaian di muka pengadilan dan kekuatannya sama dengan putusan, terhadap perkara yang sudah terjadi perdamaian tidak boleh lagi diajukan perkara kecuali tentang hal-hal baru di luar itu. Akta perdamaian tidak berlaku banding sebab akta perdamaian bukan keputusan Pengadilan. Bila tidak terjadi perdamaian, hal itu harus dicantumkan dalam Berita Acara Sidang, sidang akan dilanjutkan”. 108

C. Masalah Yang Timbul

Sengketa pembagian harta bersama sebagai akibat dari perceraian suami isteri tidak terjadi di setiap negara Islam. Sengketa seperti ini hanya terjadi dalam masyarakat yang mengenal adanya harta bersama. Adanya apa yang disebut harta bersama dalam suatu rumah tangga, pada awalnya didasarkan atas adat istiadat dalam suatu wilayah yang tidak memisahkan adanya hak milik, yaitu hak milik dari masing- masing pasangan. Dalam masyarakat Islam yang adat istiadatnya memisahkan antara harta suami dan harta isteri tidak mengenal adanya harta bersama. Dalam masyarakat Islam seperti ini harta pencarian suami selama dalam masa perkawinan tetap dianggap sebagai harta suami, bukan dianggap sebagai harta bersama isteri. Isteri 108 Ibid, hal.100 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 berkewajiban menjaga serta memelihara harta suami yang berada dalam rumah. Bila isteri mempunyai penghasilan sendiri maka hasil usahanya tidak dicampur baurkan dengan harta suami. Jika suatu saat suami mendapat kesulitan dalam pembiayaan, maka jika suami menggunakan harta isteri, berarti suami telah berhutang kepada isteri yang wajib dibayar kemudian hari. Bila salah seorang meninggal dunia, maka tidak ada masalah tentang pembagian harta bersama karena harta masing-masing telah terpisah sejak semula. Kelemahannya jika isteri tidak mempunyai penghasilan sendiri maka isteri tidak mempunyai harta, dan jika suami meninggal dunia, isteri hanya mendapat pembagian harta warisan dari harta peninggalan suami. Demikian juga jika terjadi perceraian, masalah yang berhubungan dengan harta yang menjadi masalah adalah apakah isteri berhak menerima nafkah selama dalam masa iddah. Berbeda dengan masyarakat Islam yang adatnya tidak mengenal pemisahan harta suami dengan harta isteri dalam rumah tangga. Dalam masyarakat yang adatnya seperti ini, setelah terjadi perkawinan otomatis harta yang dihasilkan baik dari suami ataupun dari isteri menjadi satu dan biasa dikenal dengan nama harta bersama. Dalam rumah tangga seperti ini, rasa kebersamaan lebih terasa dan menganggap akad nikah mengandung persetujuan kongsi dalam membina kehidupan rumah tangga. 109 Dalam kehidupan rumah tangga seperti ini, tanpa mengecilkan arti suami sebagai seorang kepala rumah tangga, masalah perbelanjaan juga tidak dipermasalahkan siapa yang harus mengeluarkan dana untuk memenuhi kebutuhan. 109 Ibid, hal.128 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Jika salah satu meninggal dunia, maka masalah pertama yang harus diselesaikan dalam harta warisan adalah penyelesaian pembagian harta bersama. Setelah itu baru yang lain seperti wasiat, utang dan ongkos pemakamannya. Demikian pula jika terjadi perceraian, maka muncullah persoalan pembagian harta bersama. Seperti yang terjadi di negara Indonesia dan telah dituangkan dalam Pasal 35 ayat 1 UUP No. 1 Tahun 1974. Dalam masyarakat Islam Indonesia, sengketa pembagian harta bersama biasa terjadi seperti kasus yang sedang dibahas. Penulis akan menganalisa kasus ini dengan kacamata Fiqh dan Perundang-undangan di Indonesia. Kasus Putusan Nomor: 654Pdt. G2004PA.Mdn. bahwa persoalan yang disengketakan antara pihak Penggugat dan pihak Tergugat adalah tentang pembagian harta bersama yang belum dibagi serta adanya harta bawaan yang masih dikuasai oleh Tergugat. Dalam putusan ini, masingmasing Penggugat dan Tergugat telah mengemukakan alasannya di depan Majelis Hakim. Dari pihak Penggugat untuk memperkuat gugatannya tentang harta bersama dan harta bawaan yang masih dikuasai oleh Tergugat telah mengajukan bukti-bukti, diantaranya kesaksian dari saksi-saksi baik Penggugat maupun Tergugat dan telah memberikan kesaksiannya di bawah sumpah. Dalam kasus No: 548Pdt. G2005PA. Mdn, masing-masimg dari Penggugat dan Tergugat telah mengemukakan alasannya di muka Majelis Hakim. Dari pihak Penggugat untuk memperkuat gugatannya tentang harta bersama yang belum dibagi serta harta bawaan dari Penggugat yang masih dihaki oleh Tergugat. Penggugat telah Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 mengajukan bukti-bukti, diantaranya kesaksian satu orang saksi yang tidak bersumpah yaitu ayah dari Penggugat, serta tiga orang saksi yang memberikan kesaksian di bawah sumpah yaitu saksi 2, 3 dan 4. Dari keterangan saksi 1 dan 2 menerangkan adanya barang-barang bawaan dari Penggugat. Hal ini meneguhkan dalil-dalil dari Penggugat. Tampilnya orang tua Penggugat sebagai saksi meskipun tanpa bersumpah yang menguntungkan Penggugat menunjukkan adanya pengakuan Majelis Hakim terhadap kesaksian saksi tersebut. Hal seperti ini mendapat perhatian serius dalam kajian hukum acara peradilan Agama, karena objektivitas keputusan hakim dalam sebuah perkara banyak bergantung kepada keakuratan keterangan saksi. Dari dua kasus di Pengadilan Agama Medan tersebut, sesuai dengan kewenangannya, perkara perceraian yang diikuti dengan sengketa pembagian harta bersama, sebagian besar diterima dan dikabulkan oleh Majlis Hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Seperti dalam putusan No: 654Pdt. G2004PA.Mdn, bahwa yang menjadi sengketa dalam perkara ini adalah pembagian harta bersama suami isteri sebagaimana ditentukan dalam Pasal 88 KHI, maka Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa eksepsi Tergugat termasuk dalam wilayah pembuktian dan masih menjadi wewenang PA. Medan, sehingga eksepsi Tergugat tidak beralasan dan harus dinyatakan ditolak. Dalil bantahan seperti itu, termasuk dalam ruang lingkup “upaya pembuktian”. Penyelesaiannya sepenuhnya tetap menjadi kewenangan Pengadilan Agama, dan penyelesaian pemeriksaannya terbuka pada saat pemeriksaan tahap Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 pembuktian. Apabila Penggugat dapat membuktikan bahwa benar harta yang digugat adalah harta bersama, gugatan dapat dikabulkan. Sebaliknya, apabila Tergugat dapat membuktikan bahwa harta yang digugat seluruhnya atau sebagian adalah benar-benar milik pihak ketiga atau milik pribadi Tergugat sendiri, terhadap barang tersebut gugatan dinyatakan ditolak. Dalam kasus di atas harta atau barang-barang bawaan dari Penggugat yang masih dikuasai oleh Tergugat sebagian telah dijual oleh Tergugat. Untuk membuktikan kebenarannya Hakim melakukan pemeriksaan di tempat descente yaitu pemeriksaan mengenai perkara, oleh Hakim karena jabatannya, yang di lakukan di luar gedung atau tempat kedudukan Pengadilan, agar Hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa yang menjadi sengketa. Dalam kaitannya dengan harta bersama yang disengketakan dalam kasus- kasus di depan, kecermatan dalam memahami dan membedakan antara harta bersama dan harta bawaan sangat diperlukan. Maka sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Undang- Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Dari bunyi pasal tersebut, menurut pendapat Penulis dalam menetapkan suatu keputusan terutama mengenai sengketa harta bersama akibat terjadinya perceraian, sudah sepantasnya hakim memberikan pertimbangan hukum, baik hukum agama, hukum adat, ataupun hukum lainnya yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang sedang menghadapi masalah. Dalam hal ini sesuai dengan awal dikenalnya harta Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 bersama itu disebabkan adanya adat atau kebiasaan atau dalam istilah Ushul Fiqh biasa di kenal dengan urf. Dari analisis tersebut putusan Pengadilan Agama tentang penyelesaian harta bersama, perlunya pemahaman dari para pencari keadilan apa-apa yang harus diajukan dan dicantumkan dalam suatu surat gugat yang berkaitan dengan penyelesaian harta bersama, supaya gugatannya tidak menjadi hampa ilusior karena haknya yang telah ditetapkan dalam putusan tidak bisa diperolehnya. Pejabat kepaniteraan Pengadilan dapat memberikan petunjuk tentang hal tersebut sehingga penyelesaian perkara tidak terhalang sesuai dengan ketentuan Pasal 119 HIR dan Pasal 143 RBg. Begitu juga hakim perlu memberikan pertimbangan dan amar putusan yang lengkap sehingga putusan itu betul-betul untuk menyelesaikan suatu perkarasengketa. Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008

BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN

TERHADAP PENYELESAIAN HARTA BERSAMA A. Pertimbangan Putusan Hakim Dalam Menyelesaikan Sengketa Harta Bersama Setiap putusan hakim memiliki kekuatan hukum yang harus ditaati oleh semua pihak karena selain putusan itu memenuhi aspek formal yang disebut prosedural justice juga didasarkan pada prinsip utama yaitu aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan benar-benar mengikuti prinsip hukum yang dikenal sebagai lewgal justiceputusan hgakim harus merupakan putusan yang memenuhi ketentuan formalitas dan mempunyai persyaratan legitimasi. 110 Pedoman bagi seorang hakim dalam mengambil sebuah keputusan pada sebuah perkara pidana maupun perdata ternyata berdasarkan pada legal justice dengan menempatkan hukum sebagai hukum law is law. Prinsip filosofis ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 ayat 1 yang menggariskan , “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”. Masyarakat dibingungkan dengan adanya putusan hakim yang saling berbeda dengan putusan hakim di tingkat pertama dengan putusan hakim di tingkat banding dan kasasi untuk suatu perkara yang sama dan yang sama-sama didasarkan pada legal justice dengan prosedural justice yang 110 Gayus Lumbun, Menerobos Goa Hantu Peradilan Indonesia Jakarta : Business Informatin Service, 2004, hal.132 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 95 mempunyai aspek legitimasi. Melihat kepada putusan-putusan yang sangat berbeda padahal didasarkan pada pertimbangan hukum atas peristiwa yang sama melalui prosedural justice yang sama pula menimbulkan penilaian bahwa aspek moralitas yang menggambarkan nilai-nilai keadilan dengan didasarkan pada kebijaksanaan dan kearifan hakim dalam mengambil putusan sebagai aparat negara dalam melaksanakan tugasnya masih tidak sama. Dalam konteks penegakan hukum dan keadilan, peran hakim perlu mendapat perhatian yang lebih luas untuk mendapatkan kualitas putusan yang menggambarkan nilai-nilai moral yang tinggi di samping putusan-putusannya berdasarkan ketentuan norma dan prinsip hukum yang dapat menimbulkan rasa keadilan masyarakat dengan mengingat hukum adalah nilai-nilai keadilan yang hidup di masyarakat. 111 Dengan demikian maka moralitas dalam sebuah putusan hakim merupakan dasar yang penting untuk menempatkan putusan itu sebagai sebuah kowibawaan hukum di tengah-tengah masyarakat, sehingga peran dan kedudukan hakim dapat berada di tempat yang layak, karena hukum adalah apa yang dilakukan hakim di pengadilan yang dapat dilihat dari putusan hakim tersebut. Hukum berfunsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar kepentingan manusia itu terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakan. Melalui penegakan hukum inilah hukum ini menjadi kenyataan. 111 Ibid, hal.133. Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Dalam menegakan hukum harus ada tiga unsur yang selalu diperhatikan, yaitu kepastian hukum rechtsicherheit, kemanfaatan zweckmassigkeit dan keadilan gerechttigkeit. Hukum harus dilaksanakan dan ditegakan setiap orang mengharapkan dapat ditetapkan dalam hal terjadinya peristiwa konkrit dengan harapan untuk mendapatkan kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. 112 Dapat dikatakan pertimbangan hukum merupakan jiwa intisari putusan. Pertimbangan berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari hakim yang memeriksa perkara. Dalam pertimbangan dikemukakan analisis yang jelas berdasarkan Undang-Undang pembuktian : 1. Apakah alat bukti yang diajukan penggugat dan tergugat memenuhi syarat formil dan materil. 2. Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian 3. Dalil gugatan apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti 4. Sejauhmana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak. 113 Selanjutnya diikuti analisis, hukum apa yang diterapkan menyelesaikan perkara tersebut. Bertitik tolak dari analisis itu pertimbangan melakukan argumentasi yang objektif dan rasional, pihak mana yang mampu membuktikan dalil gugat atau dalil bantahan sesuai dengan ketentuan hukum yang diterapkan. 112 Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1993, hal.2. 113 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2005, hal.809. Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Dari hasil argumentasi itulah hakim menjelaskan pendapatnya apa saja yang terbukti dan yang tidak terbukti, dirumuskan menjadi kesimpulan hukum sebagai dasar landasan penyelesaian perkara yang akan dituangkan dalam diktum putusan.

B. Putusan Hakim Terhadap Perkara Harta Bersama Di Pengadilan Agama

Klas I A Medan Sebagaimana diuraikan sebelumnya penerapan hukum terhadap harta bersama berdasarkan nash-nash Al-Qur’an, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI serta Kompilasi Hukum Islam. Dengan pelaksanaan pasal-pasal khusus mengatur harta bersama di atas penyelesaian kasus harta bersama dapat diselesaikan. Untuk melihat penyelesaian perkara harta bersama yang ada jika terjadi pemutusan hubungan perkawinan karena perceraian, penelitian dilakukan terhadap beberapa putusan Pengadilan Agama Klas I A Medan yang dijadikan sampel penelitian. Di samping itu dilakukan pula wawancara dengan sejumlah informan di Pengadilan Agama Klas I A Medan yaitu hakim. Bedasarkan wawancara penulis dengan salah seorang hakim M. Kholil Pulungan mengatakan bahwa dalam menyelesaikan kasus harta bersama para hakim di Pengadilan Agama ini merujuk pada nash-nash Al-Qur’an, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI serta Kompilasi Hukum Islam sebagai hukum terapan dan hukum positif di Pengadilan Agama. 114 114 Wawancara, M. Kholil Pulungan, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009 Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Untuk melihat lebih lanjut tentang penyelesaian perkara harta bersama, maka berikut ini ada contoh putusan Pengadilan Agama Klas I A Medan sebagai berikut :

1. Putusan Nomor 654Pdt.G2004PA.Mdn dan diputus pada tanggal

29 Agustus 2000 antara H. Lahuddin Siregar Bin Parmuhunan Siregar melawan Nurmaliati Hutasuhut Binti Bgd. Oloan Hutasuhut Duduk perkaranya adalah bahwa antara pemohon H. Lahuddin Siregar Bin Parmuhunan Siregar tinggal di Jalan Gurila No. 12 Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan mengajukan gugatan cerai serta gugatan harta bersama ke Pengadilan Agama Klas I A Medan terhadap kepada Termohoin Nurmaliati Hutasuhut Binti Bgd. Oloan Hutasuhut. Dalam posita gugatannya, antara pemohon dengan termohon adalah suamio isteri yang sah sesuai dengan kutipan akta tanggal 28 Juni 2004 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Selama masa perkawinan antara Pemohon dan Termohon telah dikaruniai anak tiga orang. Setelah menikah Pemohon dan Termohon hidup rukun damai dalam rumah, akan tetapi sejak tahun 1999 antara Pemohon dan Termohon mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Puncak pertengkaran terjadi sekitar biulan Februari 2004 dimana saat itu terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon sehingga saat itu Pemohon menjatuhkantalak terhadap Termohon dengan disaksikan oleh pihak keluarga Termohon dan sejak saat itu antara Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang dan tidak pernah bersatu lagi. Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 Pemohon berpendapat kerukunan di dalam rumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik, apalagi untuk mencapai rumah tangga yang bahagia, sakinah, mawaddah dan rahmah sudah tidak dapat diwujudkan lagi, oleh karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, Pemohon mengajukan permohonan agar kepada Pemohon dapat diberi izin untuk mengucapkan talak satu raj’i atas diri Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Medan. Selama perkawinan antara Pemohon dan Termohon telahdiperoleh harta yang berupa : 1. Sebidang tanah berukuran 13,5 x 28 me dan berikut bangunan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila No. 12 Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 2. Sebidang tanah berukuran 9 x 17,5 m dan berikut bangungan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila Gg. Sipirok No. 3 Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 3. Sebidang tanah berukuran 8 x 11 m dan berikut bangungan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila Gg. Karto No. 2A Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 4. 1 unit mobil mini bus merek Toyota Kijang tahun 1992 warna biru dengan Nomor Polisi BK 517 EN 5. 1 buah sepeda motor merek Suzuki Shogun tahun 1998 warna hitam dengan Nomor Polisi BK 3267 FC Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 2. Perhiasan emas london yang terdiri dari berbagai bentuk seberat 700 gram 3. 1 set kursi tamu terbuat dari kayu dengan ukiran Jepara berwarna merah muda 4. 1 set kursi tamu terbuat dari kayu dengan ukiran Jepara berwarna merah tua 5. 1 set sofa terbuat dari kain berwarna hijau 6. 1 buah TV warna ukuran 21 merek Toshiba 7. 1 buah stelling untuk jualan emas lengkap dengan timbangan emas dan perkakas emas. 8. 1 unit kulkas 1 pintu. Seluruh harta tersebut di dapat selama masa perkawinan antara Pemohon dan Termohon dan terhadap harta yang ada Pemohon pernah meminta untuk dibagi 2 dua karena Pemohon menganggap rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak mungkinlagi dipertahankan akan tetapi Termohon tidak bersedia. Seluruh harta yang Pemohon sebutkan di atas saat ini seluruhnya ada dalam penguasaan Termohon. Untuk menghindari adanya upaya pemindahan hak dan pengalihan terhadap harta-harta bersama antarra Pemohon dan Termohon dan untuk menghindari terjadinya gugatan hampa maka Pemohon memohon agar diletakan sita jaminan terhadap harta dimaksud. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Medan cq Majelis Hakim bekenan menentukan hari persidangan perkara ini seterusnya memanggil Pemohon dan Termohon untuk diperiksa dan diadili kemudian menjatuhkan putusan dan menetapkan harta menjadi objek sengketa ditetapkan sebagai harta bersama antara Pemohon dan Termohon dan Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009 USU Repository © 2008 menentukan pembagiannya seperdua untuk bagian Pemohon dan seperdua lagi untuk Termohon. Pengadilan Agama Medan setelah melakukan pemeriksaan dan persidangan melalui tahap-tahap pemeriksaan sesuai dengan ketentuan hukum acara, maka pada tahap akihir menjatuhkan putusan yaitu mengabulkan permohonan Pemohon dan memberi izin kepada pemohon H. Lahuddin Siregar Bin Permuhunan Siregar untuk mengucapkan talak satu raj’i atas diri Termohon Nurmaliati Hutasuhut Binti BGD. Oloan Hutasuhut serta menghukum Pemohon untuk membayar semua biaya pekara yang hingga saat ini dihitung sebesar Rp. 192.000. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Medan adalah permohonan pemohon dipandang telah cukup beralasan dan telah memenuhi ketentuan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu menunjuk kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat 2, permohonan Pemohon sudah sepatutnya dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon untuk mengucapkan talak satu raj’i atas diri Termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama Medan. Oleh karena gugatan tentang harta bersama dan permohonan sita jaminan telah dicabut oleh Pemohon, maka gugatan a quo tidak perlu dipertimbangkan lagi.

2. Putusan Pengadilan Agama Medan dengan Register