2. Bidang Kewarisan
Yang dimaksud dengan waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masingmasing ahli
waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalap tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris Kewarisan adalah hukum yang mengatur perpindahan hak pemilikan harta
peninggalan tirkah pewaris, menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing. Bidang ini diatur secara rinci di dalam
Kompilasi Hukum Islam, Buku II, dari Pasal 171 sampai dengan Pasal 193.
3. Wasiat
Yang dimaksud dengan wasiat adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembagabadan hukum, yang berlaku
setelah yang memberi tersebut meninggal dunia Bidang Perwakafan.
92
4. Hibah
Yang dimaksud dengan hibah adalah pembegan suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan
hukum untuk dimiliki.
93
5. Wakaf
Yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebagian harts benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
92
Abdur Rahman, Op.Cit, hal.73
93
Ibid, hal.73
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syariah.
94
6. Zakat
Yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
95
7. Infaq
Yang dimaksud dengan infaq adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
minuman, mendermakan, memberikan rezeki karunia, atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wataala.
96
8. Shadaqah
Yang dimaksud dengan shadagah adalah perbuatar; seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembagabadan hukum secara spontan dan sukarela
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wataala dan pahala semata.
97
9. Ekonomi Syariah
Yang dimaksud dengan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi:
94
Ibid, hal.74
95
Ibid, hal.74
96
Ibid, hal.75
97
Ibid, hal.75
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
a. Bank syariah
b. Lembaga keuangan mikro syariah
c. Asuransi syariah
d. Reasuransi syariah
e. Reksa dana syariah
f. Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah
g. Sekuritas syariah
h. Pembiayaan syariah
i. Pegadaian syariah
j. Dana pensiun lembaga keuangan syariah; dan
k. Bisnis syariah.
98
B. Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian
Putusnya perkawinan melalui cerai talak, cerai gugat dan kematian salah satu pihak, maka salah satu akibat dari putusnya perkawinan itu adalah harta bersama
suami isteri. Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan harta bersama
dijelaskan dalam Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan bahwa “apabila terjadi perselisihan antara suami isteri tentang harta bersama, maka
penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada pengadilan”. Ada 2 dua alternatif penyelesaian harta bersama yang diajukan oleh pihak
suami atau isteri. Pertama. Masalah atau sengketa bersama diselesaikan setelah
98
Ibid,hal.77
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
terjadi perceraian antara pasangan suami isteri. Alternatif kedua, tatkala proses penyelesaian perceraian berjalan di Pengadilan Agama sekaligus diselesaikan
masalah harta bersama.
99
Alternatif pertama merupakan penyelesaian tersendiri atau terpisah, khusus penyelesaian terhadap harta bersama. Alternatif kedua disebut gabungan atau
kumulasi. Penyelesaian harta bersama dapat dilaksanakan bersamaan dengan proses perceraian baik cerai talak atau cerai gugat dan dapat juga dilaksanakan bersamaan
gugatan masalah hadhanah, waris dan hal-hal lain. Yang dimaksud kumulasi adalah gabungan beberapa gugatan hak kumulasi
objektif atau gabungan beberapa pihak kumulasi subjektif yang mempunyai akibat hukum yang sama, dalam suatu proses perkara.
100
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Mohd. Hidayat Nasseri disebutkan
bahwa pelaksanaan penyelesaian harta bersama dilakukan dengan dua cara tersebut di atas yaitu secara terpisah dan secara kumulasi. Aparat Pengadilan Agama Medan
menganjurkan kepada para pihak untuk melakukan gugatan terpisah, karena lebih efisien dari segi waktu proses persidangan. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan secara kumulasi berdasarkan kepentingan para pihak.
101
99
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Peerdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, hal.43
100
Ibid, hal.44
101
Wawancara, H. Mohd. Hidayat Masseri, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Sementara hasil wawancara dengan AdvokatPengacara Wildan Areza mengenai cara pelaksanaan penyelesaian harta bersama berpendapat bahwa bila
ditinjau dari keefisien waktu persidangan maka lebih tepat dilaksanakan setelah terjadinya perceraian dan apabila ditinjau dari segi dana atau biaya yang
dipergunakan maka pada umumnya masyarakat lebih cenderung melakukan bersamaan dengan proses perceraian. Namun demikian cara yang dilakukan harus
memperhatikan kepentingan dan kondisi para pihak yakni suami dan isteri.
102
Menurut hukum Acara Perdata, kumulasi objektif diperkenankan asal berkaitan langsung yang erat merupakan satu rangkaian kesatuan biasanya
kausaliteit. Mereka yang mengerti beracara selalu akan mempergunakan dimana mungkin kumulasi objektif itu, hal mana menghemat waktu, biaya dan sekaligus
tuntas semua.
103
Dari segi yuridis, kedua alternatif tersebut dapat ditempuh sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 66 ayat 5 dan Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 : Pasal 66 ayat 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan bahwa
permohonan soal pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta bersama
102
Wawancara, Wildan Areza, Pengacara dan Penasehat Hukum di Medan Pada Tanggal 5 April 2009
103
Raihan A Rassyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal.66
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak ataupuh sesudah ikrar talak diucapkan.
Paal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan gugatan soal pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta bersama suami
isteri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.
Adapun praktek alternatif pertama adalah jika suami isteri telah bercerai melalui prosedur cerai talak, maupun cerai gugat maka salah satu pihak bekas isteri
ataupun bekas suami mengajukan gugatan harta bersama secara terpisah. Pada alternatif kedua dalam prakteknya, ketika proses permohonan cerai talak diajukan
oleh suami sekaligus diajukan gugatan rekonvensi gugat balik menuntut pembagian harta bersama. Demikian juga halnya ketika proses gugatan cerai diajukan oleh isteri,
sekaligus menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan atau pihak suami selaku tergugat mengajukan gugatan balik gugat
rekonvensi menuntut pembagian harta besama. Praktek alternatif kedua tersebut lazim disebut gugat kumulasi gugat gabungan.
104
Dari segi filosofisnya, adalah persengketaan harta besama tatkala kondisi rumah tangga terjadi perselisihan atau percekcokan yang mengarah kepada terjadinya
perceraian. Apabila suami berkehendak untuk mencceraikan isterinya melalui prosedur cerai talak, maka cenderung seorang isteri mengajukan gugatan rekonvensi
104
Wawancara, H. Mohd. Hidayat Masseri, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
gugat balik menuntut pembagian harta bersama bahkan hak-hak lainnya sesuai dengan hukum.
105
Begitu juga sebaliknya isteri yang sudah bertekad untuk bercerai dari suaminya, mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama sekaligus mengajukan
gugat harta bersama menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama ikatan perkawinan yang telah dikuasai oleh pihak suami atau sebaliknya suami yang
mengajukan gugatan rekonvensi gugat balik harta bersama yang dikuasai isteri. Oleh karena itu pada umumnya dalam suatu proses perceraian timbul
ketegangan-ketegangan sebagai ekses dari konflik rumah tangga yang melatar belakangi gugat cerai, maka keinginan sekaligus tuntas disamping cerainya juga
tentang pembagian harta bersama. Dari aspek psikologis, jika hanya perceraian saja yang diselesaikan, maka akan timbul kesulitan yang berkepanjangan karena pihak
yang menguasai harta bersama akan memanfaatkan peluang menurut keinginannya, mengesampingkan sifat adil dan jujur.
Melalui proses yang demikian lebih singkat prosedur yang ditempuh dan lebih efektif serta efisien, dari pada diselesaikan dikemudian hari setelah terjadinya
perceraian.
106
Adapun munculnya gugatan harta bersama setelah salah satu pihak suami isteri meninggal dunia. Ketika dipersengketakan masalah harta warisan yang berasal
105
Raihan A Rassyid, Op.Cit, hal.77
106
Ibid, hal.78
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
ijbari maka didalamnya dipersoalkan tentang harta peninggalan almarhum almarhumah pewaris.
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 berbunyi : Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Agama adalah hukum
acara perdata yang berlaku dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini.
Sehubungan dengan hukum acara yang dipergunakan pada Pengadilan Agama ini, maka tahapan-tahapan perkara dalam pemeriksaan sebagaimana hukum acara
perdata yaitu : 1.
Tahap sidang pertama yang terdiri dari : pembukaan sidang pertama, yakni hakim membuka sidang, menanya identitas para pihak, pembaca
surat gugatan atau permohonan serta anjuran damai.
2. Tahap jawab menjawab yaitu replik dan duplik dari masing-masing pihak
3. Tahap pembuktian, dimana dalam hal pembuktian ini semua alat bukti
diperlihatkan atau diajukan serta disampaikan kepada ketua Majelis Hakim.
4. Tahap penyusunan konklusi yaitu kesimpulan-kesimpulan dari sidang-
sidang yang telah berlangsung menurut para pihak dan bersifat membantu hakim dalam menentukan keputusannya.
5. Musyawarah majelis hakim, hal ini dilakukan secara rahasia, tertutup
untuk umum dan hasil musyawarah ini ditandatangi oleh hakim tanpa panitera sidang dan dilampirkan dalam berita acara sidang.
6. Pengucapan keputusan, pengucapan ini dilakukan dalam sidang yang
terbuka untuk umum, walaupun sebelumnya mungkin sidang-sidang dilaksanakan tertutup.
107
Dengan adanya tahapan-tahapan di atas, apabila suatu persoalan masuk dan
diajukan pada Pengadilan Agama, maka yang pertama dilakukan di persidangan setelah dibacakannya gugatan atau permohonan dari pihak yang bersangkutan adalah
107
Ibid, hal.134-139
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
anjuran untuk melakukan perdamaian. Bila para pihak tetap pada pendirinya untuk melanjutkan perkara ini maka Pengadilan Agama pun meneruskan jalannya
persidangan dengan tahap-tahap sebagaimana tersebut di atas. Dalam hal ini Roihan A Rassyid mengatakan “kalau terjadi perdamaian maka
buatkanlah akta perdamaian di muka pengadilan dan kekuatannya sama dengan putusan, terhadap perkara yang sudah terjadi perdamaian tidak boleh lagi diajukan
perkara kecuali tentang hal-hal baru di luar itu. Akta perdamaian tidak berlaku banding sebab akta perdamaian bukan keputusan Pengadilan. Bila tidak terjadi
perdamaian, hal itu harus dicantumkan dalam Berita Acara Sidang, sidang akan dilanjutkan”.
108
C. Masalah Yang Timbul
Sengketa pembagian harta bersama sebagai akibat dari perceraian suami isteri tidak terjadi di setiap negara Islam. Sengketa seperti ini hanya terjadi dalam
masyarakat yang mengenal adanya harta bersama. Adanya apa yang disebut harta bersama dalam suatu rumah tangga, pada awalnya didasarkan atas adat istiadat dalam
suatu wilayah yang tidak memisahkan adanya hak milik, yaitu hak milik dari masing- masing pasangan. Dalam masyarakat Islam yang adat istiadatnya memisahkan antara
harta suami dan harta isteri tidak mengenal adanya harta bersama. Dalam masyarakat Islam seperti ini harta pencarian suami selama dalam masa perkawinan tetap
dianggap sebagai harta suami, bukan dianggap sebagai harta bersama isteri. Isteri
108
Ibid, hal.100
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
berkewajiban menjaga serta memelihara harta suami yang berada dalam rumah. Bila isteri mempunyai penghasilan sendiri maka hasil usahanya tidak dicampur baurkan
dengan harta suami. Jika suatu saat suami mendapat kesulitan dalam pembiayaan, maka jika suami menggunakan harta isteri, berarti suami telah berhutang kepada isteri
yang wajib dibayar kemudian hari. Bila salah seorang meninggal dunia, maka tidak ada masalah tentang
pembagian harta bersama karena harta masing-masing telah terpisah sejak semula. Kelemahannya jika isteri tidak mempunyai penghasilan sendiri maka isteri tidak
mempunyai harta, dan jika suami meninggal dunia, isteri hanya mendapat pembagian harta warisan dari harta peninggalan suami. Demikian juga jika terjadi perceraian,
masalah yang berhubungan dengan harta yang menjadi masalah adalah apakah isteri berhak menerima nafkah selama dalam masa iddah.
Berbeda dengan masyarakat Islam yang adatnya tidak mengenal pemisahan harta suami dengan harta isteri dalam rumah tangga. Dalam masyarakat yang adatnya
seperti ini, setelah terjadi perkawinan otomatis harta yang dihasilkan baik dari suami ataupun dari isteri menjadi satu dan biasa dikenal dengan nama harta bersama. Dalam
rumah tangga seperti ini, rasa kebersamaan lebih terasa dan menganggap akad nikah mengandung persetujuan kongsi dalam membina kehidupan rumah tangga.
109
Dalam kehidupan rumah tangga seperti ini, tanpa mengecilkan arti suami sebagai seorang kepala rumah tangga, masalah perbelanjaan juga tidak
dipermasalahkan siapa yang harus mengeluarkan dana untuk memenuhi kebutuhan.
109
Ibid, hal.128
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Jika salah satu meninggal dunia, maka masalah pertama yang harus diselesaikan dalam harta warisan adalah penyelesaian pembagian harta bersama. Setelah itu baru
yang lain seperti wasiat, utang dan ongkos pemakamannya. Demikian pula jika terjadi perceraian, maka muncullah persoalan pembagian harta bersama. Seperti yang terjadi
di negara Indonesia dan telah dituangkan dalam Pasal 35 ayat 1 UUP No. 1 Tahun 1974.
Dalam masyarakat Islam Indonesia, sengketa pembagian harta bersama biasa terjadi seperti kasus yang sedang dibahas. Penulis akan menganalisa kasus ini dengan
kacamata Fiqh dan Perundang-undangan di Indonesia. Kasus Putusan Nomor: 654Pdt. G2004PA.Mdn. bahwa persoalan yang
disengketakan antara pihak Penggugat dan pihak Tergugat adalah tentang pembagian harta bersama yang belum dibagi serta adanya harta bawaan yang masih dikuasai oleh
Tergugat. Dalam putusan ini, masingmasing Penggugat dan Tergugat telah mengemukakan alasannya di depan Majelis Hakim. Dari pihak Penggugat untuk
memperkuat gugatannya tentang harta bersama dan harta bawaan yang masih dikuasai oleh Tergugat telah mengajukan bukti-bukti, diantaranya kesaksian dari
saksi-saksi baik Penggugat maupun Tergugat dan telah memberikan kesaksiannya di bawah sumpah.
Dalam kasus No: 548Pdt. G2005PA. Mdn, masing-masimg dari Penggugat dan Tergugat telah mengemukakan alasannya di muka Majelis Hakim. Dari pihak
Penggugat untuk memperkuat gugatannya tentang harta bersama yang belum dibagi serta harta bawaan dari Penggugat yang masih dihaki oleh Tergugat. Penggugat telah
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
mengajukan bukti-bukti, diantaranya kesaksian satu orang saksi yang tidak bersumpah yaitu ayah dari Penggugat, serta tiga orang saksi yang memberikan
kesaksian di bawah sumpah yaitu saksi 2, 3 dan 4. Dari keterangan saksi 1 dan 2 menerangkan adanya barang-barang bawaan dari Penggugat. Hal ini meneguhkan
dalil-dalil dari Penggugat. Tampilnya orang tua Penggugat sebagai saksi meskipun tanpa bersumpah
yang menguntungkan Penggugat menunjukkan adanya pengakuan Majelis Hakim terhadap kesaksian saksi tersebut. Hal seperti ini mendapat perhatian serius dalam
kajian hukum acara peradilan Agama, karena objektivitas keputusan hakim dalam sebuah perkara banyak bergantung kepada keakuratan keterangan saksi.
Dari dua kasus di Pengadilan Agama Medan tersebut, sesuai dengan kewenangannya, perkara perceraian yang diikuti dengan sengketa pembagian harta
bersama, sebagian besar diterima dan dikabulkan oleh Majlis Hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara tersebut.
Seperti dalam putusan No: 654Pdt. G2004PA.Mdn, bahwa yang menjadi sengketa dalam perkara ini adalah pembagian harta bersama suami isteri sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 88 KHI, maka Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa eksepsi Tergugat termasuk dalam wilayah pembuktian dan masih menjadi wewenang
PA. Medan, sehingga eksepsi Tergugat tidak beralasan dan harus dinyatakan ditolak. Dalil bantahan seperti itu, termasuk dalam ruang lingkup “upaya
pembuktian”. Penyelesaiannya sepenuhnya tetap menjadi kewenangan Pengadilan Agama, dan penyelesaian pemeriksaannya terbuka pada saat pemeriksaan tahap
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
pembuktian. Apabila Penggugat dapat membuktikan bahwa benar harta yang digugat adalah harta bersama, gugatan dapat dikabulkan. Sebaliknya, apabila Tergugat dapat
membuktikan bahwa harta yang digugat seluruhnya atau sebagian adalah benar-benar milik pihak ketiga atau milik pribadi Tergugat sendiri, terhadap barang tersebut
gugatan dinyatakan ditolak. Dalam kasus di atas harta atau barang-barang bawaan dari Penggugat yang
masih dikuasai oleh Tergugat sebagian telah dijual oleh Tergugat. Untuk membuktikan kebenarannya Hakim melakukan pemeriksaan di tempat descente
yaitu pemeriksaan mengenai perkara, oleh Hakim karena jabatannya, yang di lakukan di luar gedung atau tempat kedudukan Pengadilan, agar Hakim dengan melihat
sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa yang menjadi sengketa.
Dalam kaitannya dengan harta bersama yang disengketakan dalam kasus- kasus di depan, kecermatan dalam memahami dan membedakan antara harta bersama
dan harta bawaan sangat diperlukan. Maka sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Undang- Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa bila perkawinan putus
karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Dari bunyi pasal tersebut, menurut pendapat Penulis dalam menetapkan suatu
keputusan terutama mengenai sengketa harta bersama akibat terjadinya perceraian, sudah sepantasnya hakim memberikan pertimbangan hukum, baik hukum agama,
hukum adat, ataupun hukum lainnya yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang sedang menghadapi masalah. Dalam hal ini sesuai dengan awal dikenalnya harta
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
bersama itu disebabkan adanya adat atau kebiasaan atau dalam istilah Ushul Fiqh biasa di kenal dengan urf.
Dari analisis tersebut putusan Pengadilan Agama tentang penyelesaian harta bersama, perlunya pemahaman dari para pencari keadilan apa-apa yang harus
diajukan dan dicantumkan dalam suatu surat gugat yang berkaitan dengan penyelesaian harta bersama, supaya gugatannya tidak menjadi hampa ilusior karena
haknya yang telah ditetapkan dalam putusan tidak bisa diperolehnya. Pejabat kepaniteraan Pengadilan dapat memberikan petunjuk tentang hal tersebut sehingga
penyelesaian perkara tidak terhalang sesuai dengan ketentuan Pasal 119 HIR dan Pasal 143 RBg. Begitu juga hakim perlu memberikan pertimbangan dan amar putusan
yang lengkap sehingga putusan itu betul-betul untuk menyelesaikan suatu perkarasengketa.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN
TERHADAP PENYELESAIAN HARTA BERSAMA A.
Pertimbangan Putusan Hakim Dalam Menyelesaikan Sengketa Harta Bersama
Setiap putusan hakim memiliki kekuatan hukum yang harus ditaati oleh semua pihak karena selain putusan itu memenuhi aspek formal yang disebut
prosedural justice juga didasarkan pada prinsip utama yaitu aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan benar-benar mengikuti prinsip hukum yang dikenal
sebagai lewgal justiceputusan hgakim harus merupakan putusan yang memenuhi ketentuan formalitas dan mempunyai persyaratan legitimasi.
110
Pedoman bagi seorang hakim dalam mengambil sebuah keputusan pada sebuah perkara pidana maupun perdata ternyata berdasarkan pada legal justice
dengan menempatkan hukum sebagai hukum law is law. Prinsip filosofis ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman Pasal 5 ayat 1 yang menggariskan , “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”. Masyarakat dibingungkan dengan
adanya putusan hakim yang saling berbeda dengan putusan hakim di tingkat pertama dengan putusan hakim di tingkat banding dan kasasi untuk suatu perkara yang sama
dan yang sama-sama didasarkan pada legal justice dengan prosedural justice yang
110
Gayus Lumbun, Menerobos Goa Hantu Peradilan Indonesia Jakarta : Business Informatin Service, 2004, hal.132
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
95
mempunyai aspek legitimasi. Melihat kepada putusan-putusan yang sangat berbeda padahal didasarkan pada pertimbangan hukum atas peristiwa yang sama melalui
prosedural justice yang sama pula menimbulkan penilaian bahwa aspek moralitas yang menggambarkan nilai-nilai keadilan dengan didasarkan pada kebijaksanaan dan
kearifan hakim dalam mengambil putusan sebagai aparat negara dalam melaksanakan tugasnya masih tidak sama.
Dalam konteks penegakan hukum dan keadilan, peran hakim perlu mendapat perhatian yang lebih luas untuk mendapatkan kualitas putusan yang menggambarkan
nilai-nilai moral yang tinggi di samping putusan-putusannya berdasarkan ketentuan norma dan prinsip hukum yang dapat menimbulkan rasa keadilan masyarakat dengan
mengingat hukum adalah nilai-nilai keadilan yang hidup di masyarakat.
111
Dengan demikian maka moralitas dalam sebuah putusan hakim merupakan dasar yang penting untuk menempatkan putusan itu sebagai sebuah kowibawaan
hukum di tengah-tengah masyarakat, sehingga peran dan kedudukan hakim dapat berada di tempat yang layak, karena hukum adalah apa yang dilakukan hakim di
pengadilan yang dapat dilihat dari putusan hakim tersebut. Hukum berfunsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar kepentingan
manusia itu terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakan. Melalui penegakan hukum inilah hukum ini menjadi kenyataan.
111
Ibid, hal.133.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Dalam menegakan hukum harus ada tiga unsur yang selalu diperhatikan, yaitu kepastian hukum rechtsicherheit, kemanfaatan zweckmassigkeit dan
keadilan gerechttigkeit. Hukum harus dilaksanakan dan ditegakan setiap orang mengharapkan dapat ditetapkan dalam hal terjadinya peristiwa konkrit
dengan harapan untuk mendapatkan kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang,
yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
112
Dapat dikatakan pertimbangan hukum merupakan jiwa intisari putusan. Pertimbangan berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari
hakim yang memeriksa perkara. Dalam pertimbangan dikemukakan analisis yang jelas berdasarkan Undang-Undang pembuktian :
1. Apakah alat bukti yang diajukan penggugat dan tergugat memenuhi syarat formil
dan materil. 2.
Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian 3.
Dalil gugatan apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti 4.
Sejauhmana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak.
113
Selanjutnya diikuti analisis, hukum apa yang diterapkan menyelesaikan perkara tersebut. Bertitik tolak dari analisis itu pertimbangan melakukan argumentasi
yang objektif dan rasional, pihak mana yang mampu membuktikan dalil gugat atau dalil bantahan sesuai dengan ketentuan hukum yang diterapkan.
112
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1993, hal.2.
113
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2005, hal.809.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Dari hasil argumentasi itulah hakim menjelaskan pendapatnya apa saja yang terbukti dan yang tidak terbukti, dirumuskan menjadi kesimpulan hukum sebagai
dasar landasan penyelesaian perkara yang akan dituangkan dalam diktum putusan.
B. Putusan Hakim Terhadap Perkara Harta Bersama Di Pengadilan Agama
Klas I A Medan
Sebagaimana diuraikan sebelumnya penerapan hukum terhadap harta bersama berdasarkan nash-nash Al-Qur’an, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI serta Kompilasi Hukum Islam. Dengan pelaksanaan pasal-pasal khusus mengatur harta bersama di atas penyelesaian kasus harta bersama dapat
diselesaikan. Untuk melihat penyelesaian perkara harta bersama yang ada jika terjadi
pemutusan hubungan perkawinan karena perceraian, penelitian dilakukan terhadap beberapa putusan Pengadilan Agama Klas I A Medan yang dijadikan sampel
penelitian. Di samping itu dilakukan pula wawancara dengan sejumlah informan di Pengadilan Agama Klas I A Medan yaitu hakim.
Bedasarkan wawancara penulis dengan salah seorang hakim M. Kholil Pulungan mengatakan bahwa dalam menyelesaikan kasus harta bersama para hakim
di Pengadilan Agama ini merujuk pada nash-nash Al-Qur’an, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI serta Kompilasi Hukum Islam
sebagai hukum terapan dan hukum positif di Pengadilan Agama.
114
114
Wawancara, M. Kholil Pulungan, Hakim Pengadilan Agama Klas I A Medan Pada Tanggal 2 April 2009
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Untuk melihat lebih lanjut tentang penyelesaian perkara harta bersama, maka berikut ini ada contoh putusan Pengadilan Agama Klas I A Medan sebagai berikut :
1. Putusan Nomor 654Pdt.G2004PA.Mdn dan diputus pada tanggal
29 Agustus 2000 antara H. Lahuddin Siregar Bin Parmuhunan Siregar melawan Nurmaliati Hutasuhut Binti Bgd. Oloan Hutasuhut
Duduk perkaranya adalah bahwa antara pemohon H. Lahuddin Siregar Bin Parmuhunan Siregar tinggal di Jalan Gurila No. 12 Kelurahan Sei Kera Hilir I
Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan mengajukan gugatan cerai serta gugatan harta bersama ke Pengadilan Agama Klas I A Medan terhadap kepada Termohoin
Nurmaliati Hutasuhut Binti Bgd. Oloan Hutasuhut. Dalam posita gugatannya, antara pemohon dengan termohon adalah suamio
isteri yang sah sesuai dengan kutipan akta tanggal 28 Juni 2004 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Selama masa perkawinan antara Pemohon dan Termohon telah dikaruniai anak tiga orang. Setelah menikah Pemohon dan Termohon hidup rukun damai dalam
rumah, akan tetapi sejak tahun 1999 antara Pemohon dan Termohon mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Puncak pertengkaran terjadi sekitar biulan Februari
2004 dimana saat itu terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon sehingga saat itu Pemohon menjatuhkantalak terhadap Termohon dengan disaksikan oleh pihak
keluarga Termohon dan sejak saat itu antara Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang dan tidak pernah bersatu lagi.
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
Pemohon berpendapat kerukunan di dalam rumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik, apalagi untuk mencapai rumah
tangga yang bahagia, sakinah, mawaddah dan rahmah sudah tidak dapat diwujudkan lagi, oleh karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9
Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, Pemohon mengajukan permohonan agar kepada Pemohon dapat diberi izin untuk mengucapkan talak satu
raj’i atas diri Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Medan. Selama perkawinan antara Pemohon dan Termohon telahdiperoleh harta yang
berupa : 1.
Sebidang tanah berukuran 13,5 x 28 me dan berikut bangunan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila No. 12 Kelurahan Sei
Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 2.
Sebidang tanah berukuran 9 x 17,5 m dan berikut bangungan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila Gg. Sipirok No. 3
Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 3.
Sebidang tanah berukuran 8 x 11 m dan berikut bangungan di atasnya yaitu sebuah rumah yang setempat dikenal dengan di Jalan Gurila Gg. Karto No. 2A
Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 4.
1 unit mobil mini bus merek Toyota Kijang tahun 1992 warna biru dengan Nomor Polisi BK 517 EN
5. 1 buah sepeda motor merek Suzuki Shogun tahun 1998 warna hitam dengan
Nomor Polisi BK 3267 FC
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
2. Perhiasan emas london yang terdiri dari berbagai bentuk seberat 700 gram
3. 1 set kursi tamu terbuat dari kayu dengan ukiran Jepara berwarna merah muda
4. 1 set kursi tamu terbuat dari kayu dengan ukiran Jepara berwarna merah tua
5. 1 set sofa terbuat dari kain berwarna hijau
6. 1 buah TV warna ukuran 21 merek Toshiba
7. 1 buah stelling untuk jualan emas lengkap dengan timbangan emas dan perkakas
emas. 8.
1 unit kulkas 1 pintu. Seluruh harta tersebut di dapat selama masa perkawinan antara Pemohon dan
Termohon dan terhadap harta yang ada Pemohon pernah meminta untuk dibagi 2 dua karena Pemohon menganggap rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak
mungkinlagi dipertahankan akan tetapi Termohon tidak bersedia. Seluruh harta yang Pemohon sebutkan di atas saat ini seluruhnya ada dalam penguasaan Termohon.
Untuk menghindari adanya upaya pemindahan hak dan pengalihan terhadap harta-harta bersama antarra Pemohon dan Termohon dan untuk menghindari
terjadinya gugatan hampa maka Pemohon memohon agar diletakan sita jaminan terhadap harta dimaksud.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Medan cq Majelis Hakim bekenan menentukan hari persidangan
perkara ini seterusnya memanggil Pemohon dan Termohon untuk diperiksa dan diadili kemudian menjatuhkan putusan dan menetapkan harta menjadi objek
sengketa ditetapkan sebagai harta bersama antara Pemohon dan Termohon dan
Sugih Ayu Pratitis : Resolution Of The Jointly Owned Property In The Case Of Divorce At The State Religious Court Class IA Medan, 2009
USU Repository © 2008
menentukan pembagiannya seperdua untuk bagian Pemohon dan seperdua lagi untuk Termohon.
Pengadilan Agama Medan setelah melakukan pemeriksaan dan persidangan melalui tahap-tahap pemeriksaan sesuai dengan ketentuan hukum acara, maka pada
tahap akihir menjatuhkan putusan yaitu mengabulkan permohonan Pemohon dan memberi izin kepada pemohon H. Lahuddin Siregar Bin Permuhunan Siregar untuk
mengucapkan talak satu raj’i atas diri Termohon Nurmaliati Hutasuhut Binti BGD. Oloan Hutasuhut serta menghukum Pemohon untuk membayar semua biaya pekara
yang hingga saat ini dihitung sebesar Rp. 192.000. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Medan adalah permohonan
pemohon dipandang telah cukup beralasan dan telah memenuhi ketentuan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi
Hukum Islam, oleh karena itu menunjuk kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat 2, permohonan Pemohon sudah sepatutnya dikabulkan
dengan memberi izin kepada Pemohon untuk mengucapkan talak satu raj’i atas diri Termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama Medan. Oleh karena gugatan tentang
harta bersama dan permohonan sita jaminan telah dicabut oleh Pemohon, maka gugatan a quo tidak perlu dipertimbangkan lagi.
2. Putusan Pengadilan Agama Medan dengan Register