Farmakokinetik Indikasi Efek samping

51 Gambar 2.10 A. Penghambat enzim H + , K + , ATPase pompa proton; B. Perubahan omeprazol menjadi sulfenamida dalam kanakuli sekretoar sel parietal. Keterangan: Sulfenamida berikatan secara kovalen dengan gugus sulfuhidril pada pompa proton, dengan demikian dapat menghambat aktivitasnya secara irreversibel. Tiga penghambat pompa proton lainnya mengalami perubahan yang sama Brunton, dkk., 2008. Penghambatan berlangsung lama antara 24-48 jam dan dapat menurunkan sekresi asam lambung basal atau akibat stimulasi, lepas dari jenis perangsangan histamin, asetilkolin atau gastrin. Hambatan ini sifatnya ireversibel, produksi asam baru dapat kembali setelah 3-4 hari pengobatan dihentikan Tanu, 2007.

2.6.3 Farmakokinetik

Penghambat pompa proton sebaiknya diberikan dalam sediaan salut enterik untuk mencegah degradasi zat aktif tersebut dalam suasana asam. Sediaan ini tidak mengalami aktivasi di lambung sehingga bioavailabilitasnya lebih baik. Tablet yang pecah di lambung mengalami aktivasi lalu terikat pada berbagai gugus sulfuhidril mukus dan makanan. Bioavailabilitasnya akan menurun sampai dengan 50 karena pengaruh makanan. Oleh sebab itu sebaiknya diberikan 30 52 menit sebelum makan. Obat ini mempunyai masalah bioavailabilitas, formulasi berbeda memperlihatkan presentasi jumlah absorpsi yang bervariasi luas. Bioavailabilitas tablet yang bukan salut enterik meningkat dalam 5-7 hari, ini dapat dijelaskan dengan berkurangnya produksi asam lambung setalah obat bekerja. Obat ini dimetabolisme di hati oleh sitokrom P 450 CYP terutama CYP2C19 dan CYP3A4 Tanu, 2007.

2.6.4 Indikasi

Indikasi penghambat pompa proton sama dengan AH2 yaitu pada penyakit peptik. Terhadap sindrom Zolinger-Ellison, obat ini dapat menekan produksi asam lambung lebih baik dari AH2 pada dosis yang efek sampingnya tidak terlalu mengganggu Tanu, 2007.

2.6.5 Efek samping

Efek samping yang umum terjadi adalah mual, nyeri perut, konstipasi, flatulence, dan diare. Dilaporkan pula terjadi myopati subakut, artralgia, sakit kepala dan ruam kulit. Keadaan hipergastrinemia lebih sering terjadi dan lebih berat pada penggunaan PPI dibandingkan dengan H2 antagonis. Sebesar 5-10 pasien yang menggunakan PPI secara kronik level gastrinnya meningkat sampai 500 ngL. Keadaan hipergastrinemia ini dapat menyebabkan rebound hipersekresi asam lambung pada penghentian terapi PPI yang akibatnya dapat menginduksi tumor gastrointestinal Tanu, 2007.

2.6.6 Interaksi obat