Tujuan Penulisan Metode Penulisan Biografi Politik George W. Bush

dan keamanan internasional favorable world order, tujuan dari kepentingan ini adalah memelihara dan mengembangkan sistem ekonomi dan politik internasional agar warga dunia dapat bekerja dengan penuh kedamaian melampaui batas-batas negaranya. Sedangkan yang keempat adalah kepentingan ideologi promotion values, kepentingan ini menyangkut upaya mensosialisasikan nilai-nilai yang diyakini mampu menciptakan menciptakan kedamaian universal 17 . Maka dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan Geoge W. Bush terhadap Irak pada rentang waktu tahun 2001 sampai dengan 2003. Adapun penulis rumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Pandangan George W. Bush terhadap Irak? 2. Apakah landasan kebijakan Politik Luar negeri Amerika pada masa pemerintahan George W. Bush? 3. Bagaimanakah Kebijakan Politik Luar negeri George W. Bush terhadap Irak pada tahun 2001 sampai dengan 2003?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pandangan George W. Bush terhadap Irak. 2. Mengetahui apakah yang menjadi landasan kebijakan Politik Luar negeri Amerika pada masa pemerintahan George W. Bush. 3. Mengetahui Kebijakan Politik Luar negeri George W. Bush terhadap Irak.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan ini terdiri dari : 1. Jenis Penelitian 17 Donald E. Nuehterlein, The Concept of National Interest : A Time for A New Approach, ORBIS, Vol. XXIII, no. 1, 1976, hal 176 Jenis penelitian yang diterapkan dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Menurut Koentjaraningrat, metode deskriptif adalah penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan gambaran yang cermat tentang kebijakan luar negeri George W. Bush terhadap Irak maka penulis lakukan riset pustaka Library research yaitu mencari berbagai informasi dan data melalui analisis dan konsep-konsep pemikiran ahli yang di muat dalam buku, karya ilmiah, jurnal, artikel baik dari dalam maupun luar negeri. 3. Metode Analisis Data Yang dimaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan 18 . Setelah terkumpul data-data yang diperlukan maka peneliti mencoba untuk menganalisa data dengan menggunakan proses induktif yang kemudian dapat menghantarkan pada sebuah kesimpulan. 4. Teknik penulisan Untuk mempermudah teknik penulisan skripsi ini, maka penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi yang diterbitkan UIN Jakarta Press tahun 2002.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun dan dibagi menjadi lima bab yang masing-masing memiliki sub bab, terdiri dari: 18 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1995. Cet. I, hal. 263 Bab I : Merupakan penjabaran dari pendahuluan, latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : Gambaran Kebijakan Luar Negeri Amerika di bawah pemerintahan Geroge W. Bush, yang terdiri dari Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS, Mekanisme Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS, dan Prioritas Kebijakan Luar Negeri. Bab III : Berisikan Kebijakan luar negeri George W. Bush terhadap Irak, yakni Persepsi George W. Bush Terhadap Irak, Strategi Kebijakan Keamanan Nasional Presiden George W. Bush dan Kebijakan Luar Negeri George W. Bush Terhadap Irak. Bab IV : Invasi Militer AS ke Irak, Alasan-alasan AS Menginvasi Irak, Legalitas Invasi Amerika terhadap Irak, Reaksi Irak atas Invasi Amerika, Respon Dalam Negeri AS terhadap Invasi AS ke Irak dan Respon Internasional terhadap Invasi AS ke Irak Bab V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari penulis. BAB II GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS DI BAWAH PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS Pada umumnya kebijakan luar negeri yang dilaksanakan oleh suatu negara dalam menjalin hubungannya dengan negara lain tidak terlepas dari adanya maksud dan tujuan yang ingin dicapainya. Beberapa negara mencoba untuk menjamin keamanannya sendiri dengan kemampuannya untuk mencegah atau menolak serangan dan ancaman dari negara lain dan melindungi keberadaan dan kelangsungan hidup negaranya. Adanya hal diatas tampak bahwa keamanan menjadi pusat perhatian setiap negara. Dengan keadaan yang demikian untuk menghadapi bahaya atau ancaman baik dari dalam maupun dari luar, beberapa negara telah membentuk aliansi- aliansi atau berusaha membangun militer baik darat, laut, maupun udaranya. Demikian halnya dengan AS. Meskipun untuk saat ini AS dianggap sebagai negara adidaya, AS menganggap perlu bahwa masalah pertahanan akan selalu menjadi prioritas dalam kebijakan luar negerinya. Sehubungan masalah pertahanan menjadi prioritas utama, maka tidak heran kalau anggaran pertahanan AS adalah paling besar di dunia. Selain itu pangkalan-pangkalan militer AS tersebar di beberapa daerah seperti di Asia, Afrika, dan Eropa. Untuk tetap menjadi satu-satunya negara adidaya, AS mengembangkan kemampuan militernya, baik yang konvensional maupun yang non- konvensional. Teknologi militer yang begitu tinggi, mengantarkan AS menjadi sebuah negara yang paling di segani dan di takuti oleh kawan maupun lawan- lawannya. 1. Kebijakan Luar Negeri AS Kebijakan luar negeri AS sering dibicarakan dalam lingkup ketegangan dialektik antara dua pola yang berlawanan : pragmatisme- realisme dan legalisme-moralisme. Atau dengan kata lain, kebijakan luar negeri AS mondar-mandir antara politik riil dan moralisme 19 . Bagi para pendukung dan praktisnya, realisme adalah sebuah pemahaman yangtertib, jernih, dan tegas, tentang perumusan kebijakan yang didasari pada kepentingan negara yang didefenisikan dengan baik. Esensi realisme ini adalah kepentingan nasional yang terkait erat dengan keamanan nasional 20 . Sebaliknya, legalisme – moralisme menunjukan sebuah etos budaya yang lebih dalam beserta nilai-nilainya. Nilai-nilai ini tertanam dalam gagasan inti dari kebesaran bangsa, berdampingan dengan perjuangan kebebasan individu dan kapitalisme demokratis di dalam dan di luar negeri. Sebagian besar orang Amerika menganggap dirinya masyarakat yang superior dalam moral dan politik. Bagai sebuah kota gemerlap di atas bukit, membawa misi universal dengan didorong anggapan diri yang merasa istimewa. Mereka yang tidak sepaham mengatakan, suatu kebijakan luar negeri aktif yang ditujukan untuk kebesaran bangsa-bangsa akan membahayakan kebebasan yang merupakan warisan kaum republik 21 . Tapi seringkali pandangan dominan diantara para penentu kebijakan yang berpengaruh bergerak sepanjang ruang lebar diantara dua titik ekstrim, tujuan politik riil dan moral. Perdebatan yang terjadi antara para realis dan moralis ini berakar dari gaya bangsa Amerika yang didasari letak geografis, perjalanan sejarah, sistem ekonomi, dan nilai-nilai serta budaya 19 Lihat Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan ? , penerjemah : Kili Pringgodigdo, Hamid Basyaib. Jakarta:Alvabet, 2002. Cet. I 20 Glenn H. Hastedt, America Foreign Policy: Past, Present, Future, Englewood Cliffs,NJ: Prentice Hall, 1997. hal. 28-34 21 Dexter Perkins, The American Approach to Foreign Policy, Cambridge, MA: Harvard University, 1962. politiknya. Gaya Amerika ini menjadikan AS bergerak bagai pendulum dari kondisi isolasionalisme di masa damai ke aktifitas moral di masa perang 22 . Bagaimanapun, sepanjang abad yang lalu satu hal yang selalu ada dalam kebijakan luar negeri AS adalah semangat untuk “menerapkan demokrasi di luar ngeri sebagai cara untuk menjaga keamanan nasional” 23 . Walaupun bangsa Amerika mengkaitkan demokrasi dengan perdamaiandan otoritarianisme dengan agresi, dikotomi sederhana ini tidak dijadikan dasar bagi kebijakan luar negeri Washington. Sejahrawan John Gaddis mengamati, secara tradisional AS mengkaitkan keamanan negaranya dengan keseimbangan pembagian kekuasaan di dunia. Sesekali, elit pembuat kebijakan luar negeri mereka membungkus perimbangan kekuasaan ini dibalik topeng idealis dan menggunakan pandangan demokratis hanya sebagai pemanis. Idealisme demokrasi dikorbankan di altar perhitungan politik riil untuk kepentingan diri sendiri. Kebijakan para intervensionis juga dibenarkan dengan alasan membuat dunia ini “aman untuk demokrasi” 24 . Jadi, kebijakan luar negeri AS adalah produk sebuah spektrum menyeluruh dari realitas-realitas politik dalam negeri. 25 2. Tujuan Kebijakan Luar Negeri AS Kebijakan luar negeri suatu negara memiliki maksud dan tujuan utama. Seperti halnya AS dalam kebijakan luar negerinya memiliki tujuan- tujuan. Tujuan-tujuan dari kebijakan luar negeri AS adalah 26 : 1. Untuk menjamin kemerdekaan negaranya dengan adanya batas-batas yang memadai dalam menjaga keamanan nasional. 22 Seyom Brown, The Faces of Power: United States Foreign Policy from Truman to Clinton, New York: Columbia University Press, 1994, hal. 7 23 Seperti dikutip oleh Tony Smith, America’s Mission: The United States and the Worldwide struggle for democracy in the 20 th Century , Princeton, NJ: Princeton University Press, 1994, hal. 348 24 John Lewis Gaddis, The United States and the End of the Cold War Implications, Reconsiderations, Provocations. New York: Oxford University Press, 1992, hal. 9-11 25 William B. Quandt,amp David: Peace Making and Politics, Washington DC: The Brookings Institution, 1986, hal. 15-16 26 Julius W. Pratt, A History of United States Foreign Policy, Englewood Cliffs: Prentice Hall, New York, 1965, hal. 3-4 2. Memperluas batas-batas demi kepentingan keamanan pelayaran, perdagangan, bagi pertumbuhan populasi dan penyebaran demokrasi. 3. Memajukan dan melindungi hak dan kepentingan warga negara Amerika dalam perdagangan dan penanaman modal di luar negeri, menjaga perdamaian dan perdagangan Timur Jauh. 4. Memelihara netralitas dan perdamaian untuk mencegah terjadinya perang Eropa – Asia sesuai dengan pemeliharaan keamanan yang dilakukan AS dan kepentingan-kepentingannya yang vital dan juga sebagai alat bagi penyelesaian perdamaian terhadap semua persekongkolan internasional. 5. Untuk mencegah kekuatan Eropa yang selanjutnya akan melakukan koloni aliansi di belahan bumi barat dan mencegah adanya gangguan- gangguan yang lain. Hal ini melibatkan pemeliharaan atau perbaikan perimbangan kekuatan di Eropa. 6. Secara terbuka tujuan yang spesifik dari kebijkan luar negeri AS dapat ditambahkan satu lagi dengan tujuan umum yaitu suatu keinginan kemanusiaan menyebarkan agama Kristen dan demokrasi, mengakhiri perdagangan budak, menghentikan pembunuhan masal, menghilangkan perang saudara, menanggulangi bencana kelaparan, gempa bumi, serta menaikan standar kehidupan negara-negara terbelakang. Dalam melaksanakan diplomasi untuk keberhasilan kebijakan luar negerinya, AS menggunakan instrumen diplomatik dan prosedurnya. Kebijakan luar negeri suatu negara seperti halnya AS dalam penggunaannya tetap di desain dengan berdasarkan pada kepentingan asional negara itu. Alasan ekonomi pun juga menentukan maksud atau tujuan dari kebijakan luar negerinya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya usaha-usaha dari AS untuk menguasai sistem perekonomian dunia. Kapitelisme ekonomi global adalah salah satu kebijakan ekonomi AS. Karena kepentingan ekonomi AS ada di hampir seluruh penjur dunia, maka sangat wajar apabila AS terus meningkatkan kekuatan militernya untuk menjaga kepentingan-kepentingan ekonominya. Mekanisme Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Sedikitnya ada tiga hal yang memerlukan penjelasan tentang bagaimana pengambilan kebijakan luar negeri AS. Yang pertama adalah kerangka konstitusional dan institusional pemerintah AS. Kedua, birokrasi kebijakan luar negeri dan keamanan nasional yang berkembang sebagai akibat yang wajar dan meluasnya peran Amerika pasca Perang Dunia II. Ketiga, peran opini publik dan kelompok-kelompok dalam masyarakt Amerika Serikat. Ketiga hal ini merupakan hal yang sangat mendasar dalam pengoperasian proses pembuatan kebijakan luar negeri dan kemanan nasional Amerika. Kerangka Konstitusional Pembatasan dan hambatan yang dikenakan oleh kerangka konstitusional dan institusional adalah hal yang seringkali dikeluhkan dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS. Dalam usaha untuk membentuk kerangka pemerintah yanglebih kuat dari Article of Confederation, yaitu menyediakan kapasitas yang lebih besar bagi pemerintah nasional tetapi tidak terlalu kuat untuk mengancam kebebasan para perancang konstitusi untuk merancang struktur kelembagaan pemerintah nasional yang terpecah seperti yang dikenal saat ini mengikuti pola trias politic. Wewenang dan tanggung jawab pembuatan kebijakan ditanggung bersama oleh ketiga cabang pemerintahan, dimana kongres dan lembaga eksekutif presiden mengambil peran yang penting dalam perumusan dan pelaksanaan urusan luar negeri negara. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Presiden memiliki hak untuk menerima dan mengirim duta besar, namun senat memiliki wewenang untuk mensahkan perjanjian-perjanjian yang dibuat da sisepakati melalui dua pertiga suara, dan juga menegaskan target utama dari hubungan luar negeri, militer dan kesepakatan-kesepakatan politik. Presiden adalah panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, namun hanya kongres yang memiliki wewenang untuk menyatakan perang, menyediakan dana untuk persenjataan militer, dan mengatur perniagaan dengan negara- negara lainnnya 27 . 27 Eric M. Spanier, John and Uslaner, How American Foreign Policy is Made?, New York: Norton, 1972 hal.53 Oleh karena terbaginya kekuasaan atau hubungan luar negeri antara Presiden dan Kongres inilah maka terjadi suatu persaingan antar lembaga tersebut, dimana masing-masing lembaga dari waktu ke waktu dan kasus per kasus, saling mendominasi peran, pengaruh dan wewenangnya dalam menentukan kebijakan luar negeri. Walaupun demikian, hingga saat ini setiap warga Amerika masih beranggapan bahwa Presiden adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam hubungan luar negeri, dimana presiden dapat menyatakan kebenaran alasannya untuk mengirimkan pasukan ke luar negeri melalui kewenangannya terhadap lebih dari 125 instansi negara 28 . Meskipun lembaga eksekutif diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan proses diplomasi dan perang, tetapi wewenang untuk menyatakan perang dan mengikat bangsa dalam suatu kegiatan luar negeri yang penting adalah hak kongres. Presiden merupakan panglima Tertinggi dan bertanggung jawab atas perundingan dan perjanjian- perjanjian dan pelaksanaan diplomasi sehari-hari. Tetapi kongres menguasai Angkatan Darat dan Angkatan Laut, menyatakan perang, menyetujui pelaksanaan perang terbatas dan harus menyetujui dan mengesahkan perjanjian-perjanjian sebelum menjadi undang-undang yang berlaku di negara itu. Pada saat seorang Presiden meminta persetujuan dari Kongres terhadap persoalan-persoalan kebijakan luar negeri, Presiden memiliki kecenderungan lebih sering menang jika dibandingkan ketika meminta dukungan pada persoalan-persoalan domestik. Pada periode antara tahun 1948-1964, kongres menyetujui sekitar 73 konsep ukuran pertahanan presiden, 71 proposal perjanjian dan bantuan luar negeri, 59 persoalan-persoalan kebijakan luar negeri lainnya. Akan tetapi hanya 40 yang disetujui oleh kongres terhadap program-program domestik. 28 Louis Henkin, Foreign Affair and The Constitution, New York: Norton, 1972. hal. 53 3.

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP IRAK

F. Biografi Politik George W. Bush

George Walker Bush lahir 6 Juli 1946 di New Haven , Connecticut adalah pengusaha dan politikus Amerika Serikat yang merupakan Presiden Amerika Serikat yang ke-43 saat ini. Ia mulai menjabat sejak 20 Januari 2001 . Sebelumnya, Bush menjabat sebagai Gubernur ke-46 negara bagian Texas pada tahun 1995 sampai 2000 29 . Jabatan kepresiden keduanya berakhir pada 20 Januari 2009 . Ia adalah anak mantan Presiden George H. W. Bush dan adiknya bernama Jeb Bush , gubernur negara bagian Florida . Kakeknya bernama Prescott Bush , yang pernah menjadi senator Amerika Serikat. Bush, anggota Partai Republik Republican Party, terpilih menjadi Gubenur Texas yang ke-46 pada tahun 1994 dan terpilih kembali pada 1998 . Ia menerima nominasi dari Partai Republik untuk turut serta dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 2000 untuk menyaingi kandidat Partai Demokrat Al Gore yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden . Pemilu 2000 diwarnai oleh ketidakpastian di negara bagian Florida ketika Al Gore mempertikaikan hasil pemilihan di beberapa wilayah pemilihan. Akhirnya Mahkamah Agung menetapkan Bush sebagai pemenang di Florida, dan 29 Biography of President George W. Bush http:www.whitehouse.govpresident gwbbio. html., h. 2 sekaligus pemenang dalam pemilu 2000 atas Gore. Pada 2004 , Bush terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya ketika memenangi pemilu atas John Kerry , Senator Demokrat dari Massachusetts .

1. Pendidikan dan Keluarga

Bush lulus dari Universitas Yale dengan gelar Bachelor of Arts dalam bidang sejarah pada tahun 1968 . Kemudian pada tahun 1975 , ia memperoleh gelar Master of Business Administration MBA dari Sekolah Bisnis Harvard . Dua tahun kemudian ia menikahi Laura Welch dan memperoleh dua orang anak kembar, Barbara dan Jenna pada tahun 1981 . 30

2. Karier Bisnis

Ia mengawali karir dalam dunia usaha pada tahun 1979 dengan mendirikan Arbusto Energy, sebuah perusahaan pengeboran minyak dan gas. Arbusto dijualnya pada tahun 1984 kepada Spectrum 7, perusahaan minyak lainnya dan diubah namanya menjadi Bush Exploration Co. Bush sendiri menjadi CEO perusahaan baru tersebut. Kemudian pada tahun 1986 , Spectrum 7 melakukan merger dengan Harken Energy, dan Bush menjadi direktur Harken. Pada April 1989, Bush dan beberapa rekan investor lain membeli 86 saham klub bisbol AS, Texas Rangers dengan pinjaman sebesar US500.000 dari bank. Pinjaman tersebut dibayarnya dengan menjual sahamnya sebesar US848.000 di 30 Info USA Information USA Bureau of International Information Programs 2004-2005 Edition, Washington: US. Departement of State, 2004. Harken. Hal ini memicu kerugian yang besar di Harken, dalam peristiwa yang dikenal dengan nama Skandal Harken. 31

3. Presiden AS

Bush merupakan orang kedua menjadi presiden yang mengikuti jejak ayahnya George H. W. Bush , Presiden Amerika Serikat yang ke-41, setelah John Adams , Presiden kedua, dan John Quincy Adams , yang keenam, merupakan bapak dan anak. Terdapat juga pasangan kakek dan cucu, William Henry Harrison dan Benjamin Harrison . 32 a. Masa Jabatan Pertama Masa jabatannya sebagai presiden didominasi perang melawan terorisme , yang mencuat setelah terjadinya Peristiwa 911 serangan terhadap WTC. Menggunakan serangan tersebut sebagai alasan, ia memerintahkan invasi terhadap Afganistan pada tahun 2001 untuk membebaskan Afganistan dari rezim Taliban dan Irak pada tahun 2003 untuk menjatuhkan pemerintah Saddam Husein . Bush menyatakan kemenangan AS dalam invasi Irak pada 1 Mei 2003 , namun hingga kini 2005 konflik di Irak masih belum berakhir akibat serangan- serangan dari para pemberontak. 33 b. Masa Jabatan Kedua 31 Ibid. 32 http:id.wikipedia.orgwikiGeorge W. Bush 33 Ibid. Meskipun banyak pihak yang menentang kedua peristiwa tersebut khususnya dari luar AS, ia memenangkan Pemilu Presiden Amerika 2004 dengan selisih 3 dengan saingan utamanya John Kerry . Masa jabatan keduanya masih dipenuhi masalah di Irak, karena korban dari pasukan AS terus berjatuhan, mencapai lebih dari 2.000 orang hingga November 2005. Selain itu, peristiwa penting lain pada masa jabatan kedua ini adalah Badai Katrina pada Agustus 2005. Tanggapan Bush dianggap lambat dalam menangani peristiwa ini, yang memakan korban lebih dari ribuan jiwa. Selain itu, peristiwa ini juga memperlihatkan jurang ekonomi yang jelas antara kaum kulit putih dan kulit hitam di Amerika . 34

G. Gambaran Umum Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat