Manajemen Pengelolaan dan Pengawasan dalam Hukum Islam

Pasal 37 Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta benda wakaf. Pasal 38 Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta benda wakaf yang telah terdaftar. Pasal 39 Ketentuan lebih lanjut mengenai PPAIW, tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.

F. Manajemen Pengelolaan dan Pengawasan dalam Hukum Islam

1. Manajemen Pengelolaan dalam Hukum Islam a. Pengertian dan Pembahasan Dalam tataran ilmu, manajemen dipandang sebagai kumpulan pengetahuan yang dikumpulkan, disistematisasi dan diterima berkenaan dengan kebenaran- kebenaran universal mengenai manajemen. Dalam tataran seni praktik, manajemen diartikan sebagai kekuatan pribadi yang kreatif ditambah dengan skill dalam pelaksanaan. Stonner 1986 mengartikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi manusia dan dari sumber organisasi lainnya materi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 37 37 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h.28-29. Manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan dan pengelolaan suatu lembaga mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan-pengarahan sampai kepada proses pengawasan. Pada saat ini istilah manajemen banyak diadopsi oleh para pihak dalam berbagai bidang kehidupan, orang dengan mudah menganggap bahwa manajemen merupakan suatu konsep yang sangat sederhana. Akhirnya, orang dengan mudah merangkai kata manajemen dengan permasalahan yang harus dipecahkan. Pada negara yang telah maju manajemen dapat memberikan prognosa futuris , kecenderungan harapan-harapan yang bisa menjelma dalam kenyataan. Mereka berusaha untuk membina dan mempertahankan kemajuan agar meningkat, bukan stagnasi . Dan bagi negara yang sedang berkembang mereka berusaha untuk menertibkan manajemen agar diperoleh suatu perubahan yang revolusioner. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan benar. Sesuatu tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Arah perkembangan yang jelas, landasan yang mantap dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam. 38 Allah SWT di dalam 38 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, cet.I, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, h.1-3. Al-Qur’an mencintai perbuatan-perbuatan yang termenej dengan baik, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ash Shaff: 4, +,- 01 h7 i j A01 7 c ; k-? 2 - _- Ml 59=D m n 6 3 4 lKS+ Yo Artinya :“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh” . Q.S Ash Shaff: 4. Kukuh di sini bermakna adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu dengan yang lain. Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan, apalagi dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Kristalisasi pemikiran manajemen dalam Islam muncul setelah Allah menurunkan risalah-Nya kepada Muhammad SAW, Nabi dan Rasul akhir zaman. Pemikiran manajemen dalam Islam bersumber nash-nash Al-Qur’an dan Al-Sunnah, selain itu juga berasaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu tersebut. Berbeda dengan manajemen konvensional, ia merupakan suatu sistem yang aplikasinya bersifat bebas nilai serta hanya berorientasi pada pencapaian manfaat duniawi semata. Pada awalanya manajemen ini berusaha untuk diwarnai dengan nilai-nilai, namun dalam perjalanannya tidak mampu. Karena, ia tidak bersumber dan berdasarkan petunjuk syariah yang bersifat sempurna, komprehensif dan kebenaran. Selain sebagai alat, manajemen memiliki dua unsur penting lainnya, yakni subjek pelaku , manajemen tidak lain adalah manajer itu sendiri, sedangkan objek tindakan, manajemen terdiri atas organisasi, sumber daya insani SDI, dana, operasiproduksi, pemasaran, waktu dan objek lainnya. Di samping itu, manajemen juga memiliki empat fungsi standar, yaitu; fungsi perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengarahan actuating, dan pengawasan controlling. 39 Kemudian apa saja yang dibahas dalam manajemen syariah, pembahasan pertama dalam manajemen syariah adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Intinya manajemen syariah membahas prilaku yang diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi dan harus dilandasi dengan iman yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya; niat yang ikhlas karena Allah SWT, tata cara pelaksanaannya sesuai dengan syariat, dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pembahasan kedua tentang struktur organisasi, dimana manajemen syariah membahas struktur, yang merupakan sunatullah dan struktur yang berbeda- beda itu merupakan ujian dari Allah SWT. Misalnya, manajer yang baik yang mempunyai posisi penting yang strukturnya paling tinggi akan berusaha agar ketinggian strukturnya itu menyebabkan kemudahan bagi orang lain dan memberikan kesejahteraan bagi orang lain. Pembahasan ketiga mengenai sistem, sistem syariah yang disusun harus menjadikan perilaku pelakunya berjalan dengan baik. 40 39 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Ibid., h. 29. 40 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, h.5. b. Teori Manajemen dalam Islam Teori manajemen Islam bersifat universal dan komprehensif, dan memiliki karakteristik sebagai berikut: - Manajemen dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat, manajemen merupakan bagian dari sistem sosial yang dipenuhi dengan nilai, etika, akhlak dan keyakinan yang bersumber dari Islam. - Teori manajemen Islam menyelesaikan persoalan kekuasaan dalam Islam dalam manajemen, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan karyawan. Perbedaan level kepemimpinan hanya menunjukkan wewenang dan tanggung jawab. Atasan dan bawahan saling bersekutu tanpa ada pertentangan dan perbedaan kepentingan. Tujuan dan harapan mereka adalah sejenis dan akan diwujudkan bersama. - Pegawai dan karyawan menjalankan pekerjaan mereka dengan keikhlasan dan semangat profesionalisme, mereka ikut berkontribusi dalam menetapkan keputusan, dan taat kepada atasan sepanjang mereka berpihak kepada nilai-nilai syariah. - Kepemimpinan dalam Islam dibangun dengan nilai-nilai syura dan saling menasehati, dan para atasan bisa menerima kritik dan saran demi kemaslahatan masyarakat publik. Proses manajemen memiliki 4 variabel yang saling bertalian satu sama lainnya, sehingga akan menghasilkan interaksi yang dinamis dalam sebuah manajemen. Variabel yang dimaksud sebagai berikut; - Menyediakan dan menyempurnakan SDI atau materi yang mendukung kekuatan, - Anggota masyarakat konsen dan berpegang teguh pada nilai-nilai akidah amanah dengan melakukan pengawasan dan pengembangan spiritual mereka, - Menyempurnakan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pelaksanaan, pengawasan dan audit terhadap kinerja pekerja, - Adanya partisipasi pegawai dan masyarakat secara intens, dan ketaatan terhadap atasan dengan penuh kerelaan. c. Sistem Manajemen Pengelolaan Pengelolaan ialah, 1 proses, cara, perbuatan mengelola; 2 proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; 3 proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; 4 proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. 41 Pengelolaan adalah sama pengertiannya dengan manajemen, yakni pengurusan, sedangkan fungsi dari pengelolaan terdiri dari pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan bertujuan mengawasi salah satu atau lebih pengembangan untuk menjamin pengoperasian yang efektif. Fungsi pengelolaan organisasi bertujuan menentukan, mengubah atau melaksanakan tujuan dan prosedur administratif suatu organisasi untuk melaksanakan salah satu atau berbagai fungsi 41 http:Kamus Online.com pengembangan atau fungsi pengelolaan. Sedangkan pengelolaan personalia untuk atau dengan mengawasi orang yang melaksanakan dalam fungsi. 42 Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitikberatkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. Untuk mengembangkan dan mengembangkan aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan. Untuk itu sebagai salah satu elemen penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf, sistem manajemen pengelolaan wakaf harus ditampilkan lebih profesional dan modern. Disebut profesional dan modern itu bisa di lihat pada aspek- aspek pengelolaan: a. Kelembagaan Untuk mengelola benda-benda wakaf secara produktif, yang pertama harus dilakukan adalah perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf yang ada dan bersifat nasional yang diberi nama Badan Wakaf Indonesia BWI. Badan Wakaf Indonesia ini secara organisatoris harus bersifat independen, dimana pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator, regulator, motivator dan pengawasan. Tugas utama badan ini adalah memberdayakan wakaf, 42 Mudhofir, Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986, h.8. baik wakaf benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang ada di Indonesia sehingga dapat memberdayakan ekonomi umat. Selain lembaga BWI yang akan menjadi pioner pengelolaan wakaf, lembaga- lembaga nadzir yang sudah ada selama ini harus ditata sedemikian rupa agar bisa menjalankan tugas-tugas kenadziran secara lebih maksimal. b. Pengelolaan Operasional Yang dimaksud dengan standar operasional pengelolaan wakaf adalah batasan atau garis kebijakan dalam mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat banyak. Pengelolaan operasional ini terasa sangat penting dan menentukan berhasil tidaknya manajemen pengelolaan secara umum. Adapun standar operasional itu meliputi; seluruh rangkaian program kerja action plan yang dapat menghasilkan sebuah produk barang atau jasa. Standar keputusan operasional merupakan tema pokok dalam operasi kelembagaan nadzir yang ingin mengelola secara produktif. Keputusan yang dimaksud disini berkenaan dengan lima fungsi utama manajemen yaitu proses, kapasitas, sediaan inventory, tenaga kerja dan mutu. Proses , keputusan mengenai proses, termasuk proses fisik, berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk memproduksi barang dan jasa. Juga menyangkut tipe peralatan dan teknologi, atau proses, penyusunan fasilitas dan aspek-aspek lain yang menyangkut peralatan secara fisik atau fasilitas jasa. Kapasitas, keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat, di tempat yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Sediaan, keputusan berkaitan dengan sediaan ini mencakup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan. Sistem pengendalian sediaan dipakai untuk mengatur bahan-bahan mulai dari pembeliannya sebagai bahan mentah, proses pembuatan, sampai menjadi barang jadi. Tenaga kerja, pengelolaan SDM merupakan hal yang sangat penting dalam operasional lembaga kenadziran, mengingat tidak ada sesuatu yang dapat diselesaikan tanpa SDM yang mencukupi. Mutu, salah satu fungsi terpenting dari bagian operasi adalah bertanggung jawab atas mutu barang atau jasa yang dihasilkan. c. Kehumasan Dalam mengelola benda-benda wakaf, maka peran kehumasan pemasaran dianggap menempati posisi penting. Fungsi dari kehumasan itu sendiri dimaksudkan untuk: 43 • Memperkuat image bahwa benda-benda wakaf yang dikelola oleh nadzir profesional betul-betul dapat dikembangkan dan hasilnya untuk kesejahteraan masyarakat banyak. • Meyakinkan kepada calon wakif yang masih ragu-ragu apakah benda-benda yang ingin diwakafkan dapat dikelola secara baik atau tidak. Dan peran kehumasan juga dapat meyakinkan bagi orang yang tadinya tidak tertarik menunaikan ibadah wakaf menjadi tertarik. 43 Departemen Agama RI Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Wakaf di Indonesia, Jakarta, Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama 2004, h.106-111. • Memperkenalkan aspek wakaf yang tidak hanya berorientasi pada pahala oriented, tapi juga memberikan bukti bahwa ajaran Islam sangat menonjolkan aspek kesejahteraan bagi umat manusia lain, khususnya bagi kalangan yang kurang mampu. d. Sistem Keuangan Penerapan sistem keuangan yang baik dalam sebuah proses pengelolaan manajemen lembaga kenadziran sangat terkait dengan: Akuntans i, pada awalnya akuntansi lebih diwarnai dan relatif terbatas pada aspek pertanggung jawaban belaka. Namun dalam perkembangannya, akuntansi mengalami transformasi sebagai salah satu sumber informasi dalam pengambilan keputusan bisnis. Ini membawa konsekuensi, misalnya pada bentuk dan kandungan laporannya. Bila dalam tahapan awal ada penekanan yang berlebih pada aspek neraca, misalnya, kemudian beralih kepada aspek laba rugi. Sebagian besar lembaga wakaf memakai format yayasan yang lebih bernuansakan sosial dan nirlaba, dari pada komersial dapat memakai pendekatan akuntansi data. Auditing , yang dimaksud dengan auditing adalah bahwa pihak pelaksana nadzirpengelola harta wakaf melaporkan secara terbuka tugas dan amanah yang diberikan kepadanya, dan pihak yang memberikan amanah mendengarkan. 44 2. Pengawasan dalam Perspektif Hukum Islam a. Pengertian dan Pembahasan 44 Ibid., h.112-113. Pengawasan atau pengendalian didefinisikan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada penyimpangan tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya organisasi telah digunakan dengan cara paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan organisasi. Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan control dalam ajaran Islam hukum syariah, paling tidak terbagi menjadi dua hal. Pertama , kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa Allah SWT pasti mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, ia yakin bahwa Allah yang kedua dan ketika berdua, ia yakin Allah yang ketiga. KV S +, 01 Ve7 ; k-? V NN k-? YZK[J\ q ; Wr 9st uv we75 x]- y 59 -3 [ O] uvMNd z x]- y KV|}~ 6 •] k €6 a  • •] ‚P x]- y 59 ? DAm V 5 59ƒ- „; -3 7 d …K ; v 6 +,- 01 o†‡ W-3 u f ˆ-78 Iq P R 45 Artinya: “Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada pula pembiacaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” . Al-Mujadillah: 7 Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan tersebut juga dilakukan dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan itu dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain. Sebuah contoh pengawasan pada zaman Rasulullah SAW, berkaca pada sejarah hidup, Rasulullah saw, melakukan pengawasan yang benar-benar menyatu dalam kehidupan. Jika ada seseorang yang melakukan kesalahan, maka pada saat itu, Rasulullah menegurnya sehingga tidak ada kesalahan yang didiamkan. Rasulullah 45 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, h.156-159. pernah melihat seseorang yang wudhunya kurang baik, ia langsung menegur pada saat itu juga. b. Prasyaratan Pengawasan 1. Pengawasan membutuhkan perencanaan Jelaslah kiranya, bahwa sebelum teknik pengawasan dapat dipergunakan atau disusun sistemnya, pengawasan harus didasarkan kepada perencanaan dan bahwa perencanaan yang lebih jelas, lebih lengkap, dan lebih terpadu akan meningkatkan efektivitas pengawasan. 2. Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas Pengawasan yang bertujuan untuk mengukur aktivitas dan dilaksanakan. Untuk itu harus diketahui orang yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana dan yang harus mengambil tindakan untuk membetulkannya. c. Teknik Pengawasan 1. Teknik Pengawasan Tradisional: Anggaran Penganggaran adalah perumusan rencana dalam angka-angka untuk periode tertentu dimasa depan. Dengan demikian, anggaran adalah laporan tentang hasil-hasil yang diantisipasikan dalam angka keuangan, seperti dalam anggaran penghasilan dan pengeluaran serta anggaran modal atau dalam istilah yang non keuangan seperti dalam anggaran jam tenaga kerja langsung, bahkan baku, volume penjualan fisik atau produksi unit. 2. Teknik Pengawasan Tradisional: Non Anggaran Tentu saja banyak sarana pengawasan tradisional yang tidak ada hubungannya dengan anggaran, meskipun diantaranya sedikit banyak ada hubungannya dengan pengawasan anggaran. Sarana yang paling penting diantaranya adalah data statistik, laporan dan analisis khusus, analisis tentang titik pulang pokok, audit operasional, observasi personal, dan analisis jaringan waktu kejadian. d. Fungsi Pengawasan menurut Hukum Islam Fungsi manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan bahwa tujuan organisasi di semua tingkat dan rencana yang di desain untuk mencapainya sedang dilaksanakan. Pengawasan membutuhkan prasyarat adanya perencanaan yang jelas dan matang serta struktur organisasi yang tepat. Dalam konteks ini, implementasi syariah diwujudkan melalui tiga pilar pengawasan, yaitu: 46 1. Ketakwaan individu. Seluruh personel SDM Perusahaan dipastikan dan di bina agar menjadi SDM yang bertaqwa. 2. Kontrol anggota. Dengan suasana yang mencerminkan formula TIM, maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawalan dari para SDM nya agar sesuai dengan arah yang telah ditetapkan. 3. Penerapan Supremasi aturan. Organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan transparan serta tentu saja tidak bertentangan dengan syariah Islam. 46 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional All Rights Reserved. Powered By IT-Line.Net.

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Karang Tengah 1. Kondisi Objektif KUA Kecamatan Karang Tengah

Sesuai dengan SK No. W. aa I KP 07.6 309 2002. KUA Karang Tengah berdiri pada tanggal 19 September 2002 dan beralamat di Jalan Sunan Giri, Desa Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang. KUA Karang Tengah merupakan hasil pemekaran wilayah Ciledug yang di bagi menjadi tiga 3 kecamatan, yaitu: Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang Tengah, dan Kecamatan Larangan. Terdapat tujuh 7 Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Karang Tengah, yaitu: 47 Kelurahan Karang Tengah, Keluarahan Karang Timur, Kelurahan Karang Mulya, Kelurahan Pedurenan, Kelurahan Pondok Pucung, Kelurahan Pondok Bahar, Kelurahan Parung Jaya. Wilayah Kecamatan Karang Tengah mempunyai batasan-batasan wilayah, diantaranya : a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kembangan, b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Ciledug, c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah CipondohPinang, d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta. 47 Berdasarkan Data Demografi dan Geografi Kecamatan Karang Tengah.