BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf
1. Pengertian Wakaf Wakaf secara bahasa Arab berarti “al-Habsu”, yang berasal dari kata kerja
habasa-yahbisu-habsan, yang menjauhkan seseorang dari sesuatu atau memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi “habbasa” dan berarti mewakafkan harta
karena Allah SWT. Atau wakaf itu dapat diartikan “menahan” dan “mencegah”.
12
Menurut istilah, wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah tidak dilarang oleh
syara’ serta dimaksudkan untuk mendapat keridhaan dari Allah SWT.
13
Dalam istilah syara, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan asal
, lalu pengertian wakaf itu menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam
bentuk jual beli, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Imam Suhadi. Wakaf adalah
pemisahan suatu harta benda, pemisahan benda itu ditarik dari benda milik
12
Muhammad Fadhillah dan B. Th. Brondgeest, Kamus Arab-Melayu, jilid.I, Weltevreden: Balai Pustaka, 1925, h.116-117.
13
Faishal Haq dan A. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Pasuruan: PT Garoeda Buana Indaha, 2004, h.1.
perseorangan dialihkan penggunaannya kepada jalan kebaikan yang diridhai oleh Allah SWT. Sehingga benda-benda tersebut tidak boleh dihutangkan dikurangi atau
dilenyapkan.
14
Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut
syari’ah Islam. BAB I pasal 1 ketentuan umum lihat juga PP No.42 tahun 2006 tentang peraturan pelaksanaan UU Wakaf.
Sedangkan dalam redaksi Undang- undang Wakaf No. 41 Tahun 2004 menyebutkan sebagai berikut, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
15
Sayyid Sabiq, mengatakan: menurut istilah syara’ wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya dijalan Allah SWT.
16
14
Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia, Jakarta: Dua Dimensi, 1985, h.31.
15
Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, UU RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
, Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004, h.3.
16
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz.IV, Bandung: Al-Ma’arif, 1987, h.148.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian awal bahwa wakaf adalah menahan sesuatu, baik dalam pengertian konkrit maupun abstrak, yakni wakaf dalam
pengertian sesuatu yang ditahan. Pengertian yang dikemukakan para Fuqaha pakar hukum Islam tidaklah
sama. Abdulah Ibn Qudamah dari Mazhab Hambali mendefinisikan wakaf sebagai berikut :
17
Artinya : “Menahan pokoknya dan menggunakan manfaatnya”. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah menyebutkan wakaf adalah menahan
harta yang dapat dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan barangnya, terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya disalurkan untuk kebaikan
semata-mata untuk taqarrub kepada Allah SWT.
18
Jumhur Ulama, yakni mayoritas pakar hukum Islam, dan dua tokoh Hanafiyah, Abu Yusuf dan Muhammad, sebagaimana dikutip oleh Abdul Wahab
Khallaf mengemukakan bahwa wakaf adalah :
ﻡ + ﻡ ,-
. 01
ﻡ 23 4+. 2 ی 6ی 789
4 :+ﻡ - 4+.2+ 3
17
Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya
Jakarta: Yayasan Tiara, 1993, h.49.
18
Taufik Ridho, Panduan Wakaf Praktis, cet.I, Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006, h.3.
; ;
4 =
23
19
Artinya: “Wakaf adalah menahan benda untuk tidak dimiliki oleh seseorang serta menjadikannya dalam status milik Allah SWT, serta
mensedekahkan manfaatnya untuk berbagi bentuk kebajikan, baik kebajikan duniawi maupun ukhrowi”.
Definisi-definisi di atas, disamping mempunyai unsur perbedaan juga ada unsur persamaan. Unsur-unsur persamaan persamaan dalam definisi tersebut adalah :
a. Bahwa benda yang diwakafkan itu hendaklah bernilai ekonomis serta
statusnya berubah ke dalam status wakaf. b.
Penggunaan wakaf diperuntukkan bagi kepentingan yang diperbolehkan hukum Islam.
c. Definisi itu menggunakan terminologi habs, yaitu satu kata yang digunakan
dalam hadist yang menjadi dasar hukum wakaf. Perbedaan definisi tersebut, kiranya berlatar belakang konsepsi masing-
masing tentang wakaf itu. Definisi pertama nampaknya merupakan pengulangan sabda Nabi. Definisi kedua lebih luas dari definisi pertama karena mengandung
kualifikasi objek dari wakaf itu sambil menekankan nilai penggunannya yang mesti sesuai dengan nilai ajaran yang terkandung didalamnya, yakni nilai agamisnya.
Sementara definisi ketiga lebih menekankan perubahan status benda wakaf yang berpindah kepada status milik Allah dari status perorangan. Disamping itu definisi ini
mengandung aspek waktu yang mengandung arti bahwa perbuatan hukum itu dapat
19
Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya
, h.50.
diperlukan seketika maupun bertempo. Untuk mengukur keabsahan perbuatan hukum berkaitan erat dengan rukun dan syarat-syarat yang diperlukan untuk itu, pada
mazhab Maliki mendefinisikan sebagai berikut:
49 ?A B ?ﻥD E 93 FG Hﻡ I
4 J 8 -
76 4 9 ﻡ ,-ی
20
Artinya: “Sesuatu perbuatan hukum yang sah dalam bidang ibadat dan muamalat itu ialah apabila telah terpenuhi rukun-rukun dan
syariatnya sehingga perbuatan hukum itu dianggap benar menurut hukum”.
Dari seluruh definisi wakaf tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf itu adalah suatu perbuatan hukum yang memisahkan sebagian hartanya untuk diberikan
kepada lembaga yang berwenang dalam hal ini nazhir wakaf untuk dikelola dan dimanfaatkan semata-mata untuk kemaslahatan umat sebagai sarana ibadah, baik
untuk jangka waktu tertentu maupun untuk selamanya.
21
2. Dasar Hukum Wakaf Dasar hukum wakaf dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf ini
tercantum dalam BAB II Mengenai Dasar-dasar wakaf Bagian Pertama Umum yaitu wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syari’ah, pasal 2, dan wakaf yang telah
diikrarkan tidak dapat dibatalkan pasal 3.
20
Abi al-Mawahib Abdul Wahab bin Ahmad ‘Ali al-Anshari al-Sya’roni, Mizan Al-Kubra, cet.II, Beirut: Dar al-Fikr,1978, h.378.
21
Ibid., h.378.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum wakaf adalah disunnahkan dan dianjurkan, berdasarkan dalil- dalil umum dan dalil-dalil khusus. Diantara dalil- dalil
umum itu adalah sebagai berikut, firman Allah Swt dalam QS. Ali ‘Imran : 92 ;
22
+,-. 01
2 -3
4.56-78 , . ;
K :
LM
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
QS. Ali ‘Imran3 : 92 Ketika Abu Tholhah mendengar ayat ini serta merta muncul keinginannya
untuk mewakafkan kebunnya yang paling dicintainya dan dikenal dengan sebutan Bairaha, seraya pergi menghadap Rasulullah SAW dan mengungkapkan
keinginannya. Selain itu firman Allah SWT mengenai wakaf dalam surat Al-Baqarah: 267,
23
9:;=; ? A01
B D
EG6 H 5JKLMNOP
1 QRSU
V W U
X YZK[J\
O]
_ `6-a
b
, VcN
; _ \
-3 d]-
, 4
_ B e7Q
+, 01
L Rf f.g6
N O
P M
: MQR
22
Taufik Ridho, Panduan Wakaf Praktis, cet.I, Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006, h.3.
23
Ibid., h.3.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
QS. Al-Baqarah2: 267
Adapun dalil-dalil khusus tentang disyariatkannya wakaf, diantaranya adalah
hadist riwayat Imam Muslim dari Ibnu Umar r.a :
STD . .
;1 2 . U
VTD =
. W X ;O +ﺱ ? +. ?Z+ 4+
7S 7 4 [ U
\ X TDX ] X ;1 ? Sﻥ ﻡ[ 0 - V? ﻡ
ﻥX Z_1 ﻡ U
] ]`B ,G 2+
2 ]18 2+ X a ی ?ﻥX
. b89 ﺱ S W1
4 O cd O 4 eDی \ی
[ی , 2 ﻡ 4+. f 3 V
0 g ﻡ
? ; 9ﻡ h Oی ی X i
2 + ﻡ j D
k P
Rl
24
Artinya : “Umar mempunyai tanah di Khaibar, kemudian ia datang kepada Rasulullah SAW meminta untuk mengolahnya, sambil berkata:“Ya
Rasulullah, aku memiliki sebidang tanah di Khaibar. Tetapi aku belum mengambil manfaatnya, bagaimana aku harus berbuat?.
Rasululluah bersabda : “Jika engkau menginginkannya tahanlah tanah itu dan shadaqahkan hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh
dijual atau diperjualbelikan, dihibahkan atau diwariskan. Maka ia Umar menshadaqahkan kepada fakir miskin, karib kerabat, budak
belian, dan Ibnu Sabil. Tidak berdosa bagi orang yang mengurus
24
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, jilid.I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2003, h.701.
harta tersebut untuk menggunakan sekedar keperluannya tanpa maksud memiliki harta itu.” HR. Muslim: 574
Berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Baari: “Hadis Umar ini adalah asal dan landasan Syari’ah pada wakaf.
25
Hadist Umar pada bab ini merupakan dasar disyariatkannya wakaf. Imam Ahmad berkata: Hammad Ibnu Khalid menceritakan
kepada kami, Abdullah Al-Umari telah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu Umar dia berkata:
4 ]ﻥ m 1ﻡ nX m 1 ; X o
ﺱ . 1 pH
26
Artinya: “Sedekah yang pertama – yakni yang diwakafkan – dalam Islam adalah sedekah Umar”.
B. Rukun dan Syarat Wakaf