B. Hasil Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Anak Usia
6-12 Tahun
Jenis kelamin dapat mempengaruhi obesitas pada seseorang. Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki, sedangkan laki-
laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot, sehingga menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi daripada
perempuan Sulistyoningsih 2011. Penelitian ini tidak sejalan dengan penjelasan diatas, penelitian ini
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun. Responden dengan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki memiliki angka kejadian untuk obesitas yang sama besar yaitu 50. Dari hasil uji chi square didapatkan hubungan yang tidak
bermakna dengan nilai P value sebesar 1,00. Hal ini dimungkinkan pada usia ini adalah masa pertumbuhan bagi
anak baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Wong 2000, pada anak usia 6-12 tahun anak usia sekolah merupakan masa pertengahan dimulai
dari masuknya anak di lingkungan sekolah yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan mengalami pertumbuhan fisik yang
sangat cepat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Padmiari 2001, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
obesitas pada anak P value = 1,00. Nilai OR pada penelitian ini sebesar 1,00 yang berarti bahwa anak
yang memiliki jenis kelamin laki-laki memiliki peluang 1 kali lebih besar anak tersebut mengalami obesitas daripada anak perempuan.
2. Hubungan Antara Pendidikan Bapak dengan Obesitas pada Anak
Usia 6-12 Tahun
Hasil analisis bivariat antara pendidikan bapak dengan obesitas menggunakan metode regresi logistik sederhana diperoleh P value =
0,889; 0,628 dan 0,920. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan bapak baik pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Padmiari 2001, yang mengemukakan bahwa pendidikan bapak diduga berkaitan dengan tingkat
status ekonomi keluarga. Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi
anaknya. Makin tinggi pendidikan maka pendapatan pun akan semakin tinggi. Pendapatan yang tinggi berarti memiliki kemudahan dalam
membeli dan menkonsumsi makanan enak dan mahal yang mengandung energi tinggi seperti fast food.