Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dianutnya. Seorang Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan yang asli tentang segala
yang ada. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran sebab-sebab dan prinsip-prinsip
yang terkandung didalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Imanuel Kant mendefinisikan filsafat adalah
sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yang meliputi
metafisika, etika, agama dan antropologi.
21
Al-Farabi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud karena ia wujud.
Menurut al-Farabi ada dua objek yang berkiatan dengan filsafatnya, yaitu filsafat teori al-falsafat an-nadhariyyah dan filsafat praktek al-falsafah al-
„amaliyyah.
22
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, agar penelitian berjalan logis dan terarah, maka peneliti merumuskan masalah yaitu:Bagaimana rumusan filsafat manusia
dalam pemikiran Muhammadiyah?
21
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet. Pertama, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hlm. 63-82.
22
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, buku I, cetakan ketiga, Jakarta: NV. Bulan Bintang, 1981, hlm. 37.
C. Tujuan dan Manfaat
Berangkat dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu: Untuk mengetahui rumusan dan konsep
filsafat manusia dalam pemikiran Muhammadiyah. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Tulisan ini merupakan sumbangan akademik bagi pemikiran filsafat
manusia di Indonesia, khususnya tentang hasil pemikiran filsafat yang berdasarkan pemikiran ormas Muhammadiyah.
2. Pengadaan sumber bahan acuan yang diperlukan bagi penelitian yang
akan datang, terutama filsafat manusia yang berobjek material pada Muhammadiyah.
3. Bagi masyarakat dan warga Muhammadiyah memungkinkan sebagai salah
satu sumbangan akademik untuk menguatkan wacana sebuah mazhab pemikiran Islam yang berdasarkan pemikiran-pemikiran dan manhaj
Muhammadiyah.
D. Tinjuan Pustaka
Penelitian yang secara khusus meneliti tentang Muhammadiyah sudah tidak terhitung jumlahnya. Para peneliti tersebut ada yang berasal dari dalam
atau „insider‟ Muhammadiyah maupun yang berada diluar „outsider„ atau
para pengamat dan para ahli Muhammadiyah. Namun penelitian yang bercorak pemikiran filsafat atau yang berkaitan dengan kajian-kajian esensi
kelihatannya agak jarang ditemukan. Ada beberapa penelitian yang memiliki fokus penelitian pada pemikiran Muhammadiyah tentang manusia atau
konsep manusia yang ada di Muhammadiyah. Ada beberapa penelitian yang terkait dengan judul diatas, yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Saudara
Syamsul Hidayat dengan judul Pemikiran Muhammadiyah tentang Pluralitas Budaya. Penelitian dapat dipertahankan dalam sidang ujian promosi doktor
tahun 2010 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan adalah kacamata pemikiran dakwah budaya, khususnya kebudayaan yang
berhubungan dengan pluralitas budaya. Hasilnya adalah dengan gerakan tajdid fil Islam dan mencairnya gerakan Purifikasi dalam tubuh
Muhammadiyah memunculkan suatu sikap yang mengakui keanekaragaman budaya sebagai sunnatullah. Berkaitan dengan aqidah Muhammadiyah dalam
menafsirkan dan memahami agamanya dengan merujuk al- Qur‟an dan Hadits
al-Maqbullah, inilah prinsip gerakan pembaruan ini. Kedua, pemaknaan prinsip tajdid yang bersikap inklusif dan cenderung cair telah membedakan
Muhammadiyah dengan gerakan furifikasi ormas yang lain. Ketiga, pemikiran Muhammadiyah yang berkaitan dengan pluralitas budaya yang
berwujud pemandangan, pemahaman, respon, strategi dan gerakan kebudayaan Muhammadiyah senantiasa direkonstuksi ulang dari waktu
kewaktu dalam kerangka penguatan tajdidnya. Sekaligus juga merupakan landasan
gerakannya baik
kedalam maupun
keluar. Keempat,
Muhammadiyah memiliki konstistensi yang tingggi dalam pengejawantahan pemikiran dan metodologi pemikiran dengan diterapkannya ideologi atau
teologi tajdid.
Penelitian diatas tampaknya meniscayakan adanya sebuah penelitian lanjutan. Penelitian ini setidaknya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang belum dicari jawabannya dari penelitian diatas, seperti bagaimanakah pemikiran esensi manusia dalam gerakan Muhammadiyah sebagai landasan
secara filosofis dalam mewujudkan peradaban utama di Indonesia. Agaknya, secara kronologis penelitian ini akan memberikan ruang yang filosofis
terhadap hakikat dari sebuah budaya, karena budaya merupakan interpretasi dari bagaimana cara memandang manusia. Inilah pertanyaan yang diharapkan
dapat terjawab dari penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sudara Arbiyah Lubis dengan judul
penelitian Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh Suatu Studi Perbandingan. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperoleh gelar
doktor agama Islam dalam agama Islam pada Sekolah Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
bawah promotor Prof. Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. Mulyanto Sumardi pada tahun 1989. Ada suatu kegelisahan akademik yang kemudian
dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan yang menjadi fokus dan sekaligus permasalahan akademik yang harus dirampungkan, yaitu diawali
dengan bagaimana pemikiran Muhammadiyah tentang teologi, syariah dan pendidikan, selanjutnya bagaimana pemikiran Muhammad Abduh? dan
ditutup dengan pertanyaan apa berbedaan dan persamaan dari pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abuh? Untuk menjawab pertanyan tersebut
digunakan analisis perbandingan dengan pemikiran-pemikiran lain yang
tentunya disesuaikan dengan aspek dan dimensi permasalahan yang dikajinya. Misalnya, dalam kajian teologi yang mengkerucut persoalan perbuatan
manusia, takdir, qodha dan qadar Tuhan di bandingkan dengan pemikiran pandangan para teolog klasik, seperti Wasil bin Atho‟ dari Muktazillah, Abu
Hasan al- Asy‟ari dari Ahlussunnah dan sebagainya. Analisa-analisa tersebut
pada akhir penelitian disajikan dengan induksi sehingga ada beberapa hal penting sebagai jawaban dari persoalan akademik diatas, yaitu: teologi yang
dipahami Muhammadiyah tidak ada persamaannya dengan teologi yang dianut oleh Muhammad Abduh di Mesir. Paham yang dianut diantara
keduanya dan metode dalam memahami persoalan teologi ini sebagai dua hal yang membedakan diantara keduanya. Sedangkan dalam persoalan
pendidikan ada persaman diantara keduanya. Karena Kyai Dahlan sendiri membaca beberapa tulisan dan yang penting dari perkembangan pendidikan
di Mesir adalah membaca majalah Al-Manar. Keduanya berusaha memadukan kurikulum modern dan tradisional, walapun pada masa Abduh
usaha tersebut belum nampak berhasil. Selain itu, Muhammadiyah dapat mengambil semangat dan ide Aduh dalam pembaruannya, seperti kembali
kepada al- Qur‟an dan Hadis al-Maqbullah, menggalakkan kembali ijtihad
yang sempat tertutup. Menurut Lubis, Muhamadiyah tidak dapat menangkap makna yang lebih dalam dari pemikiran dan hikmah gerakan yang ada
dalam pemikiran Muhammad Abduh. Kontribusi penelitian yang dilakukan oleh saudara Arbiyah Lubis
diatas, patut untuk diapresiasi, khususnya menjawab permasalahan yang
selama ini dipersamakan gerakan Muhammadiyah dengan Muhammad Abduh di Mesir sebagai inspirasinya, kebanyakan para tokoh megeneralisir keduanya
ada persamaan yang terlalu dekat, namun dengan adanya penelitian ini, permasalahan itu terjawab dengan baik dan ilmiah. Namun sebenarnya masih
ada celah untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Saudara Arbiyah Lubis diatas, diantaranya permasalahan manusia yang hanya disinggung
sedikit dari bab teologi, khususnya hubungan manusia dengan Tuhan, itupun hanya menyangkut permasalahan perbuatan manusia yang tentunya juga pada
hal takdir, qodha dan qodar sebagai akibat dari perbuatan manusia tersebut. Sehingga diperlukan penelitian lanjut tentang hal ini, setidaknya ada
pandangan pemikiran konsep manusia yang lebih komprehensif dan filosofis dari pemikiran Muhammadiyah, inilah persoalan yang akan terpecahkan
dalam penelitian ini yang akan melanjutkan penelitian dari Arbiyah Lubis diatas, karena penelitian tersebut belum terfokus terhadap entitas-entitas dari
dapur Muhammadiyah. Ada entitas khusus dari penelitian diatas, yaitu tentang pandangan dan konsep manusia secara filosofis dalam pemikiran
Muhammadiyah. Inilah pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab dari penelitian ini.
Model penelitian tokoh dari unsur Muhammadiyah diantaranya adalah penelitian Masyitoh Chusnan dengan judul Tasawuf Muhammadiyah:
Meneladani Spiritual Leadership AR. Fakhruddin. Judul ini adalah sebuah penelitian untuk memperoleh gelar doktor dalam bidang studi Islam dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2003. Kacamata yang dipakai dalam
penelitian ini adalah tasawuf akhlaki yang dirumuskan oleh Imam Al- Qusyairi Al-Naisaburi dalam kitab Al-Qusyairiyah. Kegelisahan akademik
yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah apakah didapur gerakan Muhammadiyah dengan melalui tokoh-tokohnya terdapat perilaku kehidupan
spiritual yang dekat dengan tasawuf? Dari rumusan ini, ada beberapa kontribusi yang di wujudkan yaitu: pertama, AR Fakhruddin adalah tokoh
puncak Muhammadiyah yang menekankan dan mengamalkan akhlaq alkarimah dalam setiap ucapan, tindakan dan perbuatannya. Dimensi akhlaq
yang menjadi ciri khasnya adalah shabr, syukr, wa ra‟, zuhd, qana‟ah,
tawakal, ikhlash, ridha dan sebagiannya. Sedangkan perilaku dan pemikirannya yang berkaitan dengan kehidupan spiritual tercermin dalam
pemikirannya tentang tobat, taqarrob,taqwa, dzikrullloh, khusu‟, tawadhu‟,
khauf, raja‟, muraqabah, serta istiqomah. Jika boleh, ia dikategorikan sebagai
sufi akhlaki, karena AR Fakhrudin berperilaku mendekati tasawuf akhlaki, dalam pengertian bahwa pengertian seorang sufi yang disepakati secara
umum adalah mereka-mereka yang berperilaku tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi.Tentu saja, penelitian Saudara Chusnan diatas belum menjangkau
penelitian tasawuf dari semua tokoh atau dalam diri organisasi Muhammadiyah. Tetapi setidaknya memberikan angin segar bagi penelitian
selanjutnya. Hal ini memungkinkan untuk merumuskan beberapa penelitian dengan adanya penelitian saudara Chusnan diatas. Ada pertanyaan yang
membutuhkan penelitian lanjutan yang dapat menjawab secara ilmiah diantaranya, bagaimana konsep tasawuf Muhammadiyah dari awal sampai
kini, selain itu esensi dari tasawuf Muhammadiyah juga menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Praktik hidupnya telah mencerminkan
perilaku akhlak yang berdimensi sosial, harakah dan dakwah, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu panutan dalam komunitas persyarikatan
Muhammadiyah. Sehingga diperlukan penelitian lanjut tentang hal ini, setidaknya ada pandangan pemikiran konsep tasawuf akhlaki yang lebih
komprehensif dan filosofis dari pemikiran para tokoh Muhammadiyah, inilah persoalan ini juga perlu dipecahkan, akan tetapi tidak pada penelitian ini.
Karena penelitian ini akan menggali tentang pandangan dan konsep manusia secara filosofis dalam pemikiran Muhammadiyah. Inilah pertanyaan yang
diharapkan dapat terjawab dari penelitian ini. MT. Arifin dalam penelitian skripsi tahun 1987 yang diajukan kepada
Fakultas Agama Islam UMS dengan judul Gagasan Pembaruan Muhammadiyah dalam Pendidikan, kemudian diterbitkan tahun itu oleh
Pustaka Jaya Jakarta. Kacamata dalam penelitian skripsi ini menggunakan kacamata pendidikan dan kesejarahan yang berdimensi tiga yaitu masa lalu,
masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan pendekatan kacamata tersebut ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembaruan pendidikan
yaitu; pertama, adanya pemikiran yang bersifat pembaruan; kedua, adanya jarak yang lebar antara kenyataan dan cita-cita ideal yang harus
dipertemukan; ketiga, adanya pengaruh gejala zaman atas amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan. Keempat, adanya alat kelembagaan
yang diciptakannya untuk perubahan tersebut. Sehingga akan muncul ciri-ciri
khusus dari pendidikan tersebut yaitu, sekolah yang didirikan akan bergerak untuk membendung penolakan terhadap pemikiran sinkretisme agama dalam
hal keimanan, sifat bid‟ah khurafat dan tahayul dalam ibadahnya. Kedua, adanya sifat akselerasi Muhammadiyah yang memberikan ciri khusus dengan
sistem persekolahan yang terlepas dari kebijakan peraturan pemerintah, karena konsep pendidikan ini khusus untuk pendidikan kebutuhan intern
organisasi ini. Ketiga, ciri yang menonjol, jika dibandingkan dengan gerakan lainnya akan dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya sifat moderat yang
melekat pada diri badan pendidikan Muhammadiyah, yang mempunyai konsep pemikiran pembaruan Muhammadiyah puritan dalam hal aqidah Islam
akan tetapi bersifat operasional dalam tindakan. Penelitian diatas menyisakan beberapa permasalahan akademik, karena dengan terjawabnya satu persoalan
akademik, disisi lain terdapat persoalan-persoalan yang belum ada jawabannya secara sistematis-metodologis. Sehingga diperlukan penelitian
lanjutan berkaitan dengan hal ini, setidaknya ada pandangan pemikiran pembaruan-pembaruan yang lain yang lebih komprehensif dan filosofis dari
pemikiran Muhammadiyah, inilah persoalan ini juga perlu dipecahkan, akan tetapi tidak pada penelitian ini. Karena penelitian ini akan menggali tentang
pandangan dan konsep manusia secara filosofis dalam pemikiran Muhammadiyah. Inilah pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab dari
penelitian ini. Pendekatan teologis-sosial dilakukan oleh Saudara Sutarmo dengan
judul Muhammadiyah: Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis sebagai tugas
tesis pada Sekolah Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1997. Penelitian ini kiranya menjawab sebuah pertanyaan tentang hubungan antara
persoalan-persoalan paham keagamaan yang dianut oleh Muhammadiyah yang bersifat tajdid dan pembaruan dengan dinamika gerakan sosialnya.
Sehingga, hubungan ini berjumpa dengan adanya AUM sebagai wujud realisasi gerakan sosialnya, hal ini artinya amal usaha sebagai manifestasi dan
pengamalan perintah Alla h dan ittiba‟ kepada Rasul Muhammad.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa amal-usaha sosial yang ada dalam tubuh Muhammadiyah merupakan sarana dakwah yang jitu dengan amanah
amar makruf nahi munkar. Maka, paham keagamaan yang ada di Muhammadiyah akan sangat intens dapat dimasukkan dengan gerakan
sosialnya yang selalu melibatkan aktifitas religius. Adapun paham keagamaan yang ada ditubuh Muhammadiyah pada garis besarnya meliputi persoalan
aqidah, akhlaq, ibadah dan muamalah, secara umum masih tetap relevan dengan tuntunan zaman. Penelitian ini hanya berbicara tentang persoalan-
persoalan keagamaan yang ada kaitannya dengan gerakan sosial Muhammadiyah. Penelitian ini tidak berbicara tentang pandangan dan konsep
manusia secara filosofis dalam pemikiran Muhammadiyah. Inilah pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab dari penelitian ini.
Penelitian yang bercorak sama dilakukan oleh saudara Syarif Hidayatulloh dengan judul Muhammadiyah dan Pluralitas Agama di
Indonesia. Penelitian ini terjadi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar master dari CRCS Cross Religious and Cultural Studies Sekolah
Pascasarjana UGM tahun 2010. Penelitian ini melanjutkan penelitian Ahmad Jainuri, yaitu mengungkap pandangan Muhammadiyah dalam merespon
pluralitas agama di Indonesia pada periode selanjutnya, khususnya pasca muktamar Banda Aceh tahun 1995, karena beberapa permasalahan dan
perkembangan pra kemerdekaan hingga pra muktamar sudah di kaji oleh penelitian Alwi Shihab. Pendekatan yang digunakan dalam tesis master ini
adalah kacamata pluralitas agama dalam pemikiran teolog Kristiani barat Paul F Knitter. Dari kacamata ini sikap atau peran Muhammadiyah dalam
merespon pluralitas agama mengambil beberapa model, yaitu: model replacement, model fulfillment, model mutuality dan model acceptance.
Contoh dari model replacement, adalah pertama penulisan dan penyebaran pamplet apologetic dan penerbitan dua buah judul buku. Kedua, inisiatif
penggunaan hak angket DPR dari utusan Muhammadiyah mengenai penggunaan dana misionaris di Indonesia dari luar negeri oleh Lukman Harun
tahun 10 Juli 1967. Ketiga, adanya fatwa haram dari MUI pusat yang dikomandani oleh Buya Hamka tentang hukum haramnya umat Islam
menghadiri natal. Model fulfillment contohnya adalah padangan A. Syafii Maarif tentang gagasan „Islamisasi Bangsa‟, kedua elaborasi KH. Ahmad
Dahlan dalam memahami surat al- Ma‟un agar menyerukan rasa cinta dan
kasih sayang yang tercermin dalam aksi-aksi konkrit dalam proyek pengembangan masyarakat. Ketiga ketika Muhammadiyah melakukan tajdid
pengembangan purifikasi atas perilaku keagamaan umat Islam secara internal. Sementara
model mutuality
dikembangkan Muhammadiyah
secara
organisatoris ketika menyusun buku tafsir tematik tentang hubungan sosial antara umat beragama oleh MTPPI PP Muhammadiyah. Secara individual
tercermin ketika Abdul Munir Mulkhan menggagas Islam Inklusif, selain itu model ini juga dapat digunakan untuk melabeli adanya aktititas JIMM. Dan
adanya dialog antar umat beragama dengan tema dialog mengenai „Kerjasama Antara-
Agama Pembangunan Komunitas Dan Harmoni‟ di Yogyakarta pada tanggal 6-7 Desember 2004. Terakhir model Acceptance yang dilakukan
Muhammadiyah adalah gagasan yang dilakukan oleh Amin Rais yang menelorkan Tauhid Sosial-nya dikalangan Muhammadiyah dan ijtihadnya
tentang pendirian PAN sebagai partai yang nasionalis-pluralistik sebagai ikon politiknya warga Muhammadiyah. Selain itu, juga padangan Amin Abdullah
ketika menanggapi masalah pluralitas agama sebagai konsekuensi yang harus dihadapi umat beragama akibat era globalisasi ilmu dan budaya. Serta
dakwah Muhammadiyah yang mengambil peran dengan pendirian lembaga pendidikan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sehingga sikap
Muhammadiyah dalam merespon pluralitas agama di Indonesia dapat disimpulkan dengan urutan model replacement, model fulfillment, model
mutuality sampai model acceptance. Penelitian ini membahas hanya salah satu aspek dari manusia yaitu aspek spiritual, khususnya pandangan pluralitas
agama dalam pemikiran Muhammadiyah. Penelitian ini juga tidak menyentuh aspek hakikat dari penganut agama itu sendiri, yaitu manusia. Kajian ini
penting karena dengan mengetahui apa hakikat manusia akan mengetahui jati diri manusia, sehingga tidak ada saling memaksa dalam beragama. Pada
gilirannya akan timbul adanya sikap pluralitik dalam beragama. Penelitian ini tidak berbicara tentang pandangan dan konsep manusia secara filosofis dalam
pemikiran Muhammadiyah. Sehingga diperlukan penelitian lanjutan berkaitan dengan hal ini, setidaknya ada pandangan pemikiran tentang hakikat-hakikat
manusia yang
lebih komprehensif
dan filosofis
dari pemikiran
Muhammadiyah. Inilah persoalan yang diharapkan dapat terjawab dari penelitian ini.
Beberapa penelitian diatas, fokus penelitian sebagian besar berkaitan dengan salah satu aspek dari pembaruan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah. Selain itu, kurang menyentuhnya aspek hakikat kemanusiaan dalam persyarikatan juga tidak menjadi tema penting dalam
penelitian diatas. Sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan.
E. Kerangka Teoritik