delapan belas tahun dan belum pernah kawin”. Mahkamah berpendapat bahwa meskipun Pasal a quo tidak dimintakan pengujiannya oleh para Pemohon, namun Pasal a
quo merupakan jiwa atau ruh dari Undang-Undang Pengadilan Anak, terutama Pasal 4 ayat 1 dan Pasal 5 ayat 1 UU Pengadilan Anak, sehingga batas umur minimum juga
harus disesuaikan agar tidak bertentangan dengan UUD 1945, yakni 12 dua belas tahun.
Dari beberapa analisis peraturan yang ada di atas, masih terdapat pluralisme pengertian anak dalam hukum positif Indonesia, hal ini karena ditandai adanya batasan umur
yang dipakai, di pergunakannya status perkawinan sebagai syarat pembatas anak dan dewasa serta tidak adanya dipergunakan status perkawinan sebagai syarat pembatas kategori anak-
anak dan dewasa.
B. Hak dan Kedudukan Anak Menurut Hukum Islam
Sebagai seorang Muslim tentu saja kita harus memahami dan mengetahui mengenai hak dan kedudukan anak di dalam Hukum Islam apalagi kita sendiri berperan sebagai anak,
namun tidak hanya itu saja melainkan anak juga harus bisa mengetahui hak maupun kedudukan atas dirinya dari kedua orang tuanya dan anak juga diharuskan untuk bisa
berbakti, menaati dan berbuat baik terhadap kedua orang tuanya.
Disamping itu juga sebagai orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik terhadap anak di dalam keluarga tanpa harus memberikan didikan yang keras terhadap anak,
karena anak sangat bergantung pengharapan keluarga dikemudian hari karena ialah ujung cita-cita dalam segenap kepayahan.
Sebagai anak juga dirinya berhak untuk mendapatkan perlindungan dan kasih sayang
Universitas Sumatera Utara
dari kedua orang tuanya, karena dari situlah anak akan bisa menunjukkan karakter dirinya sebagai anak dan merasakan kenyaman dari rasa cinta kedua orang tuanya terhadap dirinya
sendiri. Oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW sangat sayang kepada anak-anak sampai punggungnya diperkuda-kuda oleh anak-anak disaat dirinya sedang sujud di waktu shalat,
sampai anak-anak dipangkunya ketika sedang mengerjakan ibadah dan apabila dia hendak sujud diletakannya anak itu kesampingnya dan bila hendak tegak di punggugnya kembali.
Beliau bersabda :
“Rumah yang tidak ada anak-anak, tidaklah ada berkat didalamnya”. Abu Syaikh, Ibnu Hibban
55
“Anak-anak adalah setengah dari harum-haruman surga Turmidzi peliharalah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya anak-anak itu
adalah hadiah Allah kepadamu”. HR.Bukhari Dalam Hadis lain Rasul bersabda :
56
Pengertian anak dalam Hukum Islam dan hukum keperdataan yang dihubungkan dengan keluarga. Anak dalam hubunganya dengan keluarga, seperti anak kandung, anak laki-
laki dan anak perempuan, anak sah dan anak tidak sah, anak sulung dan anak bungsu, anak tiri dan anak angkat, anak piara, anak pungut, anak kemenakan, anak pisang, anak sumbang
anak haram dan sebagainya.
57
55
Hamka, Lembaga Hidup, PT Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, hal.223
56
Ibid
57
Loc.cit, hal.41
Adapun sebenarnya Pengertian anak dalam Islam disosialisasikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang arif dan berkedudukan mulia yang
keberadaanya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah
Universitas Sumatera Utara
SWT.
58
Dalam hukum Islam terdapat bermacam macam kedudukanstatus anak, sesuai dengan sumber asal-usul anak itu sendiri, sumber asal itulah yang akan menentukan kedudukan status
seorang anak. Adapun kedudukanstatus anak dalam hukum Islam adalah anak kandung, anak angkat, anak susu, anak pungut, anak tiri, dan anak luar nikah
,
Penjelasan status anak dalam agama Islam ditegaskan dalam al-Quran surat al-Isra ayat 70, yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka didarat dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”
Dengan begitu bahwa al-Qur’an atau akidah Islam meletakan kedudukan anak sebagai suatu makhluk yang mulia, diberikan rezeki yang baik-baik dan memiliki nilai plus, semua
diperoleh melalui kehendak sang Pencipta Allah SWT.
59
Anak kandung dapat juga dikatakan anak yang sah, pengertianya adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah antara ibu dan bapaknya. Dalam hukum positif
dinyatakan anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.
masing-masing anak tersebut diatas, mendapat perhatian khusus dalam syariat Islam yang menentukan
kedudukanstatusnya, baik dalam keturunan dan kewarisan, maupun perwalian. Berikut macam-macam dari kedudukan anak dalam Islam adalah sebagai berikut :
1. Anak kandung
60
58
Ibid
59
Lihat Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Lihat juga Pasal 99 huruf a Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
60
Lihat Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Lihat juga Pasal 99 huruf a Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Perkawinan
Dalam pandangan hukum Islam, ada 4 empat syarat supaya nasab anak itu
Universitas Sumatera Utara
dianggap sah, yaitu : a. Kehamilan bagi seorang isteri bukan hal yang mustahil, artinya normal dan wajar
untuk hami. Imam Hanafi tidak mensyaratkan seperti ini, menurut beliau
meskipun suami isteri tidak melakukan hubungan seksual, apabila anak lahir dari seorang isteri yang dikawini secara sah maka anak tersebut adalah anak sah.
b. Tenggang waktu kelahiran dengan pelaksanaan perkawinan sedikit-dikitnya enam bulan sejak perkawinan dilaksanakan. Tentang ini terjadi ijma’ para pakar hukum
Islam fuqha sebagai masa terpendek dari suatu kehamilan. c. Anak yang lahir itu terjadi dalam waktu kurang dari masa sepanjang panjangnya
kehamilan. Tentang hal ini masih diperselisihkan oleh para pakar hukum Islam. d. Suami tidak mengingkari anak tersebut melalui lembaga li’an. Jika seorang laki-
laki ragu tentang batas minimal maksimal kehamilan terlampaui maka ada alasan bagi suami untuk mengingkari anak yang dikandung oleh isterinya
dengan cara li’an.
61
Anak yang sah mempunyai kedudukan tertentu terhadap keluarganya, orang tua berkewajiban untuk memberikan nafkah hidup, pendidikan yang cukup, memelihara
kehidupan anak tersebut sampai ia dewasa atau sampai ia dapat berdiri sendiri mencari nafkah. Anak yang sah merupakan tumpuan harapan orang tuanya dan sekaligus menjadi
penerus keturunanya.
62
“Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri. Yang 2. Anak angkat
Anak angkat dalam hukum Islam, dapat dipahami dari maksud firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 4 dan 5 yang menyatakan :
61
Abdul Manan, Aneka masalah Hukum Materiil dalam Praktek Peradilan Agama, editor Iman Jauhari, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003, hal.102
62
Ibid, hal.103
Universitas Sumatera Utara
demikian itu hanya perkataanmu dimulutmu saja. Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka”.
Pengertian anak angkat dalam hukum Islam adalah yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari
orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan.
63
Dengan adanya pengangkatan anak, maka anak angkat itu tidak mengakibatkan berubahnya hubungan
hukum antara anak angkat dengan orang tua angkatnya baik dalam hubungan
keturunandarah maupun dalam hubungan muhrim. Sehingga status anak angkat terhadap harta peninggalan orang tua angkatnya ia tidak mewarisi tetapi memperolehnya melalui
wasiat dari orang tua angkatnya, apabila anak angkat tidak menerima wasiat dari orang tua angkatnya, maka ia diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 dari harta warisan orang
tua angkatnya.
64
Mengenai anak tiri ini dapat terjadi apabila dalam suatu perkawinan terdapat salah satu pihak baik isteri atau suami, maupun kedua belah pihak masing-masing membawa anak
kedalam perkawinannya. Anak itu tetap berada pada tanggung jawab orang tuanya, apabila didalam suatu perkawinan tersebut pihak isteri membawa anak yang di bawah umur belum
dewasa dan menurut keputusan Pengadilan anak itu Islam masih mendapat nafkah dari pihak bapaknya samapai ia dewasa, maka keputusan itu tetap berlaku walaupun ibunya telah
kawin lagi dengan pria lain. Kedudukan anak tiri ini baik dalam Hukum Islam maupun Dalam hukum Islam, lembaga peraturan pengangkatan anak, anak angkat
itu tidak mempunyai hubungan darah antara orang tua angkat dengan anak angkatnya. Hal ini berarti bahwa di dalam hukum Islam anak angkat tidak dijadikan dasar mewarisi, karena
prinsip dasar untuk mewarisi adalah hubungan darah dan perkawinan, demikian juga pengangkatan anak tidak mengakibatkan halangan untuk melangsungkan perkawinan.
3. Anak tiri
63
Lihat Pasal 171 huruf h Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
64
Lihat Pasal 209 ayat 2 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
Universitas Sumatera Utara
dalam Hukum Adat, Hukum Perdata Barat tidak mengatur secara rinci. Hal itu karena seorang anak tiri itu mempunyai ibu dan bapak kandung, maka dalam hal kewarisan ia tetap
mendapat hak waris dari harta kekayaan peninggalan warisan dari ibu dan bapak kandungnya apabila ibu dan bapak kandungnya meninggal dunia.
65
Anak piaraasuh lain juga dari anak-anak tersebut diatas, karena mengenai piaraasuh ini ia hanya dibantu dalam hal kelangsungan hidupnya maupun kebutuhan hidupnya baik
untuk keperluan sehari-hari maupun untuk biaya pendidikan. 4. Anak piaraasuh
66
Anak luar nikah adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin luar nikah, Dalam hal anak piara ini ada
yang hidupnya mengikuti orang tua asuh, namun hubungan hukumnya tetap dan tidak ada hubungan hukum dengan orang tua asuh. Selain dari pada itu ada juga anak piaraasuh yang
tetap mengikuti orang tua kandungnya, namun untuk biaya hidup dan biaya pendidikannya mendapatkan dari orang tua asuh. Sehingga dengan demikian dalam hal pewarisan, maka
anak piaraasuh sama sekali tidak mendapat bagian, kecuali apabila orang tua asuh memberikan hartanya melalui hibah atau kemungkinan melalui surat wasiat.
5. Anak luar nikah
67
2. Anak mula’anah, adalah anak yang dilahirkan oleh seorang isteri yang mana keberadaan anak itu dibantah oleh suami sebagai anaknya dan menuduh isterinya
telah berbuat zina dengan pria lain dengan cara melakukan sumpah li’an terhadap dalam Hukum Islam anak tersebut dapat dianggap anak di luar nikah adalah :
1. Anak zina, adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin tanpa pernikahan, karena perbuatan yang dilakukan oleh orang yang menyebabkan kelahiran anak
tersebut.
65
Iman Jauhari, Op.cit, hal.87
66
Ibid, hal.9
67
Loc.cit, hal.202
Universitas Sumatera Utara
isterinya.
3. Anak shubhat, adalah anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang digauli dengan cara syubhat, yang dimaksud dengan syubhat dalam hal ini, menurut jawad
mughaniyah yaitu seorang laki-laki menggauli seorang wanita yang haram atasnya karena tidak tahu dengan keharaman itu.
68
Mengenai status anak luar nikah, baik didalam hukum nasional maupun hukum Islam bahwa anak itu hanya dibangsakan pada ibunya, bahwa anak yang lahir di luar
perkawinan hanya mempunyai hubungan dengan ibunya dan keluarga ibunya.
69
“dan janganlah kamu membunuh anak-anak karena takut kemiskinan. Kamilah yang memberi rezki kepada mereka dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh
Maka hal ini berakibat pula pada hilangnya kewajiban tanggung jawab ayah kepada anak dan hilangnya
hak anak kepada ayah. Didalam hukum Islam dewasa dilihat sejak ada tanda-tanda perubahan badaniah baik bagi laki-laki maupun perempuan. Apabila tanda-tanda ini tidak kelihatan
maka seorang anak dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 15 tahun.
Dalam hukum Islam, melakukan hubungan seksual antara pria dan wanita tanpa ikatan perkawinan yang sah disebut zina. Hubungan seksual tersebut tidak dibedakan apakah
pelakunya gadis, bersuami atau janda, jejaka, beristeri atau duda sebagaimana yang berlaku pada hukum perdata.
Setelah adanya kedudukan anak dalam ketentuan hukum Islam kemudian akan timbulnya suatu pemberian hak atau melahirkan hak anak yang harus diakui diyakini, dan
diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara. Ketentuan tersebut ditegaskan dalam Surat al-Isra’ ayat 17
yang artinya :
68
Huzaemah Tahido, Kedudukan Anak di Luar Nikah Menurut Hukum Islam, Makalah KOWANI, Jakarta, hal.2
69
Lihat Pasal 43 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 100 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
Universitas Sumatera Utara
mereka adalah suatu dosa yang besar”.
Hak anak dalam pandangan Islam ini memiliki aspek yang universal terhadap kepentingan anak, yaitu meletakan hak anak dalam pandangan Islam, memberikan gambaran
bahwa tujuan dasar kehidupan umat Islam adalah membangun umuat manusia yang memegang teguh ajaran Islam dengan demikian, hak anak dalam pandangan Islam meliputi
aspek hukum dalam lingkungan hidup seseorang untuk Islam. Cara pandang yang dimaksud tidak saja memposisikan umat Islam yang harus tunduk pada hukum-hukum Islam seperti
hukum Pidana Islam, hukum Perdata Islam, Hukum Perkawinan Islam, hukum Tata Negara Islam dan hukum waris sebagai formalitas-formalitas wajib yang harus ditaati oleh umat
Islam dan apabila dilanggar maka perbuatan tersebut akan mendapat laknat dan siksaan dari Allah SWT baik diatas dunia maupun di akhirat kelak. Pada tindakan lain seorang umat Islam
harus taat dalam menegakan hak azasi anak dengan berperang pada hukum nasional yang positif. Islam juga meletakan hak asasi anak yang dapat diletakan atas dasar hukum Perdata,
hukum Pidana, dan hukum Tata Negara yang berlaku dalam ruang lingkup wilayah Indonesia.
70
Hak menurut Pengertian umum yaitu suatu ketentuan yang denganya syara’ menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum.
71
70
Op.cit, hal.33
71
Loc.cit, hal 51
Demikian ini adalah sebagai hak wali bertasharruf atas tiap-tiap anak yang dibawah perwalianya. Hak-hak anak yang mutlak
dalam dimensi akidah dan pandangan kehidupan agama Islam, terdiri dari : 1. Hak untuk melindungi anak ketika masih berada dalam kandungan atau rahim ibunya
terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 233 2. Hak untuk disusui selama dua tahun terdapat dalam al-Qur’an Surat Luqman
ayat 14
Universitas Sumatera Utara
3. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan dan akhlak yang benar terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Mujadilah ayat 11
4. Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik kedua orang tuanya terdapat dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 2, 6 dan 10.
5. Hak untuk mendapatkan nafkah dari orang tuanya terdapat dalam surat al- Qashah ayat 12
6. Hak untuk mempertahankan agama dan aqidahnya, bila dipaksa untuk murtad oleh pelaksana hadhanah terdapat dalam surat Luqman ayat 51
72
7. Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran Hak asasi anak dalam pandangan Islam dikelompokkan secara umum ke dalam
bentuk hak asasi anak yang meliputi subsistem berikut ini :
1. Hak anak sebelum dan sesudah dilahirkan 2. Hak dalam kesucian keturunan
3. Hak anak dalam menerima pemberian nama yang baik
4. Hak anak dalam menerima susuan 5. Hak anak dalam mendapat asuhan, perawatan pemeliharaan
6. Hak dalam memiliki harta benda atau hak warisan demi kelangsungan hidup anak yang bersangkutan
73
72
Iman Jauhari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Keluarga Poligami, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2003, hal.87
73
Iman Jauhari, Hak-hak Anak dalam Hukum Islam, Op.cit, hal.21
Universitas Sumatera Utara
C. Hak dan Kewajiban Anak Yang Masih di Bawah Umur Menurut Perundang- Undangan