Dasar Pertimbangan Putusan Hakim Nomor 1521Pdt.G2011PA.Mdn

Banda Aceh, saksi lihat tergugat sanggup dan mampu mengasuh dan memelihara anaknya dan saksi lihat anak tergugat dan penggugat akrab dan sangat dekat dengan tergugat dan saksi meliht pada hari Raya Idul Adha 2011 yang lalu ketika tergugat membawa anaknya datang ke rumah saksi, saksi melihat anak tersebut lebih sehat dibandingkan diasuh oleh penggugat dulunya dan tumbuh seperti anak seusianya.

B. Dasar Pertimbangan Putusan Hakim Nomor 1521Pdt.G2011PA.Mdn

Dari hasil permasalahan di atas antara penggugat dengan tergugat dan keterangan para saksi baik dari pihak penggugat maupun tergugat, maka dengan ini Hakim Pengadilan Agama Medan menimbang dan memutuskan perkara Nomor 1521Pdt.G2011PA.Mdn dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan penggugat sebagaimana tersebut diatas. 2. Menimbang bahwa untuk pemeriksaan perkara ini penggugat dan tergugat hadir dengan diwakili oleh kuasa hukumnya masing-masing di persidangan. 3. Menimbang bahwa sesuai dengan pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1983 Jo pasal 3ayat 1 Peraturan Pemerintah No.45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil, penggugat sebagai PNS telah memperoleh izin cerai dari pejabat yang berwenang yaitu dari wali kota Banda Aceh, dengan surat keterangan izin perceraian Nomor : 800BKPP28652010 tanggal 23 november 2010, oleh karenanya proses pemeriksaan perkara ini dapat dilanjutkan. 4. Menimbang bahwa berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 tahun 2008, Universitas Sumatera Utara penggugat dan tergugat telah melakukan mediasi, mediasi mana dibantu oleh mediator Non Hakim wessy trisna SH.MH, selain itu Majelis Hakim telah pula mendamaikan penggugat dan tergugat di persidangan akan tetapi gagal. 5. Menimbang bahwa penggugat mendalilkan bahwa penggugat dan tergugat suami isteri yang menikah pada tanggal 29 April 2006, dalil mana dibuktikan dengan alat bukti P.1 yang bermaterai pos cukup dan sesuai denganaslinya serta substansinya relevan dengan dalil gugatan penggugat, maka dengan demikian secara formil dan materil alat bukti P.1 telah memenuhi syarat alat bukti dan dapat diterima sebagaia bukti pernikahan penggugat dengan tergugat. 6. Menimbang bahwa pokok perkara adalah penggugat mohon agar Majelis Hakim menjatuhkan thalak satu bain shughra tergugat terhadap penggugat dengan dalil dan alasan bahwa antara penggugat dan tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus sehingga keharmonisan dalam membina rumah tangga tidak terwujud dan rumah tangga sudah sulit untuk dipertahankan, uraian selengkapnya sebagaimana terurai dalam duduk perkara di atas. 7. Menimbang bahwa tergugat pada pokoknya membantah dalil-dalil gugatan penggugat, sebagaimana terurai dalam duduk perkara di atas. 8. Menimbang bahwa penggugat telah mengajukan repliknya dan tergugat telah pula mengajukan dupliknya, masing-masing tetap bertahan dengan dalil-dalilnya masing- masing. 9. Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalinya gugatannya penggugat mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda dengan P.1, P.2, dan P.3 serta 2 dua orang saksi di Universitas Sumatera Utara depan persidangan. 10. Menimbang bahwa bukti P.1 sd P.3 telah bermaterai pos cukup dan cocok dengan aslinya sehingga telah memenuhi syarat formil alat bukti surat, adapun materilnya akan dipertimbangkan berikut : 1. Bahwa bukti P.1 sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya, membuktikan bahwa penggugat dan tergugat suami isteri yang menikah pada tanggal 29 April 2006. 2. Bahwa bukti P.2 dan P.3 membuktikan bahwa penggugat sebelumnya telah pernah mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Medan dan Putusan Pengadilan Agama Medan menolak gugatan penggugat. 11. Menimbang bahwa 2 dua orang saksi penggugat bernama “J” bin “I” dan “Y” bin “J”, kedua saksi adalah orang yang tidak terhalang untuk diangkat menjadi saksi dan memberikan keterangan didepan persidangan di bawah sumpahnya, oleh sebab itu sesuai pasal 175 R.Bg secara formil kesaksian para saksi telah memenuhi syarat dan dapat didengar, sedangkan substansinya akan dipertimbangkan selanjutnya. 12. Menimbang bahwa saksi I penggugat “J” bin “I” adalah ayah kandung penggugat memberikan kesaksian bahwa rumah tangga penggugat dengan tergugat sejak penggugat dan tergugat tinggal di Banda Aceh sampai penggugat dan tergugat tinggal di jalan Ringroad perumahan Tempoa Medan, tidak rukun, sering bertengkar, penyebab pertengkaran karena tergugat selalu marah kalau penggugat pulang malam hari dari bekerja dan tergugat cemburu kalau penggugat bertemu dengan sales obat yang datang menemui penggugat, saksi tidak menyaksikan pertengkaran penggugat dan tergugat di Universitas Sumatera Utara Banda Aceh akan tetapi saksi selalu mendengar pengaduan dari tergugat, dan saksi pernah melihat langsung penggugat dengan tergugat bertengkar di rumah saksi ketika tergugat mau membawa anaknya sedangkan penggugat tidak mengizinkan, akibat pertengkaran penggugat sudah pernah mengajukan cerai ke Pengadilan Agama namun ditolak oleh Pengadilan Agama Medan, akan tetapi meskipun gugatan cerai penggugat ditolak oleh Pengadilan Tinggi Agama Medan namun penggugat dengan tergugat tetap tidak berdamai dan tidak tinggal serumah, sehingga sampai sekarang penggugat dengan tergugat telah berpisah sudah lebih 2 tahun, saksi telah berusaha mendamaikan penggugat dengan tergugat akan tetapi tidak berhasil. 13. Menimbang bahwa saksi II penggugat “Y” bin “J”, adalah adik kandung penggugat, memberikan kesaksian bahwa rumah tangga penggugat dan tergugat tidak rukun, selalu bertengkar saksi pernah melihat penggugat dan tergugat bertengkar sekitar 3 tahun yang lalu, akibat pertengkaran tersebut penggugat dengan tergugat sudah tidak tinggal serumah lagi yang sampai saat ini sudah lebih 2 dua tahun lamanya dan penggugat telah pernah mengajukan cerai ke Pengadilan Agama namun ditolak oleh Pengadilan Tinggi Agama Medan, kendatipun gugatan cerai penggugat ditolak, penggugat dengan tergugat tidak pernah kembali bersatu dalam rumah tangga sampai sekarang. 14. Menimbang bahwa kedua saksi penggugat adalah keluarga dekat penggugat yang patut mengetahui kondisi rumah tangga penggugat dan tergugat sehingga keterangan kedua saksi patut dipercaya dan diyakini, keterangan mana bersesuaian satu sama lain dan relevan dengan dalil gugatan penggugat. Oleh sebab itu kesaksian para saksi dapat dinilai telah memenuhi syarat materil saksi sebagaimana ketentuan pasal 308 ayat 1 dan 309 Universitas Sumatera Utara R.Bg dan dapat diterima sebagai bukti penggugat dalam perkara ini. 15. Menimbang bahwa sebaliknya untuk mempertahankan dalil-dalil bantahannya tergugat mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda dengan T.1 sd T.9 serta 2 orang saksi ke hadapan sidang dan terhadap bukti-bukti tersebut akan dipertimbangkan selanjutnya : 1. Bahwa bukti T.1 sd T.3 bermaterai pos cukup dan sesuai dengan aslinya sehingga telah memenuhi syarat formil alat bukti, T.1 sebagai bukti anak bernama Azalea Najmina Jashmine lahir tanggal 25 januari 2007 adalah anak dari penggugat dan tergugat dan bukti T.2 dan T.3 sama dengan bukti penggugat bertanda P.2 dan P.3, bukti mana telah dipertimbangkan sebelumnya sehingga tidak perlu diulangi lagi. 2. Bahwa bukti T.4 dan T.5 dan T.7 dikategorikan sebagai bukti tulisan dan salah satu syarat dari bukti tulisan adalah ditanda tangani oleh pihak yang terlibat didalam pembuatannya, oleh karena bukti T.4, T.5 dan T.7 dan tidak ada tangan sehingga tidak dapat dipastikan pembuatnya maka ditinjau dari segi pembuktian bukti T.4, T.5 dan T.7 tidak sempurna sebagai bukti tulisan sehingga bukti-bukti tersebut tidak sah dan harus dikesampingkan. 3. Bahwa bukti-bukti T.6, T.8 dan T.9 adalah foto, foto tidak termaksud surat atau akta karena bukan aksara yang berfungsi sebagai tanda bacaan sehingga tidak dapat digolongkan sebagai tulisan, dengan demikian bukti T.6, T.8 dan T.9 tidak dapat diterima sebagai bukti tulisan disisi lain majelis menilai bukti-bukti tersebut tidak relevan dengan pokok perkara oleh karenanya harus dikesampingkan. 16. Menimbang bahwa saksi-saksi tergugat bernama “A” bin “L” dan “Z” bin “W”, kedua saksi adalah orang yang tidak terhalang untuk di angkat menjadi saksi dan memberikan Universitas Sumatera Utara keterangan dihadapan sidang dibawah sumpahnya masing-masing, oleh sebab itu sesuai pasal 175 R.Bg secara formil kesaksian para saksi dapat diterima dan didengar keterangannya, sedangkan substansinya akan dipertimbangkan selanjutnya. 17. Menimbang bahwa saksi I tergugat “A” bin “L” adalah mahasiswa tergugat memberikan kesaksian bahwa setelah lebaran 2011 yang lalu saksi pernah melihat penggugat makan bersama dua orang laki-laki di Mac Donald dan saksi tidak mengenal laki-laki tersebut, kemudian pada bulan pebruari 2012 saksi melihat seorang laki-laki memasuki rumah orang tua penggugat sekitar jam 20.00 WIB malam dan keluar sekitar jam 6.00 WIB pagi. 18. Menimbang bahwa saksi II tergugat “Z” bin “W”, mengaku bertetangga dengan penggugat dan tergugat, memberikan kesaksian bahwa saksi pernah mendengar cerita dari tergugat bahwa tergugat dengan penggugat sering bertengkar disebabkan karena masalah keuangan dan saksi melihat tergugat dengan penggugat telah berpisah rumah dan saksi melihat sendiri penggugat bersama orang tuanya mengangkat barang-barangnya dari rumah tempat tinggal penggugat dan tergugatdi perumahan Tempoa Medan pada bulan agustus 2011 yang lalu. 19. Menimbang bahwa saksi I tergugat tidak mengetahui bagaimana kondisi rumah tangga tergugat dengan penggugat kendatipun sksi I tergugat pernah melihat penggugat bersama laki-laki makan bersama di Mac Donald dan melihat laki-laki lain memasuki rumah orang tua penggugat yang merupakan tempat tinggal penggugat pada malam hari, akan tetapi karena saksi tidak mengenaal laki-laki tersebut dan tidk mengetahui hubungan apa antara laki-laki tersebut dengan penggugat maka majelis menilai kesaksian saksi I tergugat tidak relevan dengan dalil-dalil tergugat dengan demikian majelis menilai kesaksian saksi I Universitas Sumatera Utara tergugat tidak dapat diterima. 20. Menimbang bahwa saksi II tergugat meskipun mengetahui pertengkaran tergugat dengan penggugat berdasarkan cerita tergugat namun melihat sendiri kalau tergugat dengan penggugat berpisah rumah sejak agustus 2011, sehingga kesaksian saksi mendukung dalil tergugat sehingga dapat diterima sebagai bukti tergugat, dan oleh karena keterangan saksi II tergugat sejalan dengan saksi penggugat maka kesaksian tergugat sekaligus dapat dijadikan sebagai bukti penggugat. 21. Menimbang bahwa berdasarkan jawab menjawab antara penggugat dan tergugat dan bukti-bukti penggugat dan tergugat telah ditemukan fakta di persidangan sebagai berikut : 1. Bahwa penggugat dan tergugat suami isteri yang menikah pada tanggal 29 april 2006 dan telah dikaruniai satu orang anak perempuan bernama Azalea Najmina Jashmine, perempuan, lahir tanggal 25 Januari 2007. 2. Bahwa rumah tangga penggugat dan tergugat tidak rukun, bertengkar terus menerus penyebab pertengkaran karena tergugat bersikap kasar dan selalu marah kalau penggugat pulang kerja malam hari serta cemburu kepada penggugat. 3. Bahwa penggugat sebelumya telah 2 dua kali mengajukan cerai gugat ke Pengadilan Agama Medan, cerai gugat yang pertama dicabut kembali karena penggugat dan tergugat kembali berdamai, kemudian cerai gugat yang kedua kalinya ditolak oleh Pengadilan Tinggi Agama Medan. 4. Bahwa setelah cerai penggugat ditolak oleh Pengadilan Tinggi Agama Medan penggugat dengan tergugat tidak berdamai dan tidak pernah bersatu dalam membina rumah tangga dan tetap berpisah tempat tinggal, sehingga penggugat Universitas Sumatera Utara dengan tergugat sudah berpisah rumah sejak tahun 2010 yang lalu. 5. Bahwa penggugat tetap keras untuk bercerai dengan tergugat dan tergugat pada prinsipnya keberatan bercerai akan tetapi pada kesimpulannya tergugat bercerai dengan penggugat. 6. Bahwa upaya damai baik melalui prosedur mediasi maupun yang dilakukan oleh keluarga tidak berhasil. 22. Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut Majelis Hakim berpendapat, bahwa tanpa memandang siapa yang salah dan dari siapa penyebab pertengkaran namun penggugat telah dapat membuktikan dalil gugatannya bahwa dalam rumah tangganya telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus serta telah sampai pada kondisi pecah broken marriage, sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga. 23. Menimbang bahwa indikasi pecahnya rumah tangga penggugat dan tergugat dapat dilihat dari pertengkaran-pertengkaran yang terjadi antara penggugat dan tergugat dan penggugat telah tiga kali mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama, meskipun pada proses banding penggugat dengan tergugat melakukan hubungan suami isteri sehingga gugatan penggugat ditolak oleh Pengadilan Tinggi Agama Medan, nmun sejak saat itu tidak ada titik temu antara penggugat dengan tergugat untuk berdamai kembali dan tetap berpisah rumah serta penggugat tetap pada pendiriannya untuk bercerai dan tergugat bersedia bercerai sementara pihak keluarga tidak berhasil mendamaikan penggugat dengan tergugat. 24. Menimbang bahwa oleh karena penggugat dan tergugat telah berpisah rumah dan pihak Universitas Sumatera Utara keluarga telah berupaya mendamaikan penggugat dan tergugat akan tetapi tidak berhasil, karenanya sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor. 379.KAG1995 tanggal 26 maret 1997, yang menyatakan bahwa suami isteri yang telah hidup pisah rumah menunjukkan rumah tangga mereka telah pecah dan tidak mungkin didamaikan lagi. Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat kualitas pertengkaran penggugat dan tergugat telah sampai pada pertengkaran yang mungkin tidak dapat lagi didamaikan lagi sehingga sudah sangat sulit untuk dapat mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah, sebagaimana dituju pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 3 kompilasi Hukum Islam. 25. Menimbang bahwa perceraian adalah merupakan perbuatan halal yang dibenci Allah SWT, yang sedapat mungkin dihindari oleh setiap pasangan suami isteri, akan tetapi mempertahankan perkawinan penggugat dan tergugat dengn kondisi tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa justru akan mendatangkan mafsadat yang lebih besar dari pada mashlahat yang akan dicapai, diantaranya penderitaan batin yang berkepanjangan bagi kedua belah pihak, sementara menolak mafsadat lebih diprioritaskan dari pada menarik kemashlahatan sebagaimana yang terkandung di dalam kaedah Fiqih. 26. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa alasan perceraian penggugat telah memenuhi unsur ketentuan pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jis pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, dengan demikian gugatan cerai penggugat sudah sepatutnya dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu bain shughra tergugat terhadap penggugat. Universitas Sumatera Utara 27. Menimbang bahwa disamping cerai penggugat memohon agar penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak hadhanah pemeliharaan anak penggugat dan tergugat bernama Azalea Najmina Jashmine, perempuan lahir 25 januari 2007 dengan alasan anak penggugat dan tergugat belum mumayyiz dan butuh kasih sayang dan perawatan dari seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkannya dan penggugat mampu memberikan kemashlahatan bagi anak dan dalam repliknya penggugat menyatakan bahwa masalah study kuliah penggugat tidaklah menjadi alasan bagi penggugat dalam penetapan hadhanah tersebut. 28. Menimbang bahwa terhadap permohonan penggugat, tergugat menyatakan tidak setuju hak hadhanah anak penggugat dan tergugat jatuh kepada penggugat dan sebaliknya tergugat memohon agar hak hadhanah nak tergugat dan penggugat ditetapkan kepada tergugat dengan alasan-alasan sebagaimana tercantum dalam jawaban dan dupliknya. 29. Menimbang bahwa berdasarkan jawab menjawab antara penggugat dan tergugat dikaitkan dengan saksi-saksi penggugat dan tergugat ditemukan fakta sebagai berikut : 1. Bahwa anak tergugat dan penggugat bernama Azalea Najmina Jashmine, perempuan, lahir tanggal 25 januari 2007. 2. Bahwa semenjak penggugat dan tergugat berpisah rumah tahun 2010 anak penggugat dan tergugat tinggal bersama tergugat. 3. Bahwa penggugat sedang melanjutkan studykuliahnya di salah satu Fakultas Kedokteran di Medan dan dalam keadaan sibuk dalam studinya tersebut. 4. Bahwa bila anak penggugat dan tergugat ingin bertemu penggugat, tergugat membawanya ke Medan sedangkan penggugat tidak pernah datang ke Banda Aceh Universitas Sumatera Utara mengunjungi anaknya. 5. Bahwa pada bulan november 2011 hari raya Idul Adha ketika tergugat membawa anak penggugat dan tergugat untuk berlebaran ke Medan 5 hari, tergugat hanya 1 hari bisa membawa anaknya dan kemudian menolak untuk menjumpai anak penggugat dan tergugat dengan alasan sibuk. 6. Bahwa sejak lebaran 2011 tersebut penggugat tidak pernah menemui dan menjenguk anaknya sampai sekarang, sedangkan tergugat telah memberi waktu dan berkesempatan sebebas-bebasnya kepada penggugat untuk bertemu dengan anak penggugat dan tergugat. 7. Bahwa tergugat mampu mengasuh dan memelihara anak penggugat dan tergugat serta saat ini anak penggugat dan tergugat lebih terawat dibandingkan ketika anak bersama penggugat dan tergugat. 8. Bahwa anak penggugat dan tergugat saat ini sudah bersekolah di Taman Kanak- Kanak dan tumbuh berkembang seperti anak seusianya. 30. Menimbang bahwa meskipun pada dasarnya bila terjadi perceraian hak hadhanah yang belum mumayyiz atau belum mencapai umur 12 tahun adalah ibunya vide pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam akan tetapi pada hakikatnya hak hadhanah adalah untuk kepentingan anak baik untuk pertumbuhan jasmani, rohani, intelektual dan agama anak, dengan demikian berdasarkan fakta di atas terbukti penggugat telah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu terhadap anaknya, sebaliknya tergugat mampu mengasuh dan memelihara anaknya dan anak telah tenang tinggal bersama tergugat dan sudah bersekolah, oleh sebab itu demi semata-mata untuk kepentingan anak maka Universitas Sumatera Utara permohonan penggugat agar penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak hadhanah terhadap anak penggugat dan tergugat bernama Azalea Najmina Jashmine, perempuan, lahir tanggal 25 januari 2007 tidak patut untuk dikabulkan dan harus ditolak. 31. Menimbang bahwa oleh karena permohonan penggugat agar penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak hadhanah terhadap anak penggugat dan tergugat aquo ditolak, maka petitum penggugat agar tergugat menyerahkan anak aquo kepada penggugat harus ditolak. Suatu perkara yang diajukan ke Pengadilan harus berakhir dengan adanya suatu putusan hakim atau Pengadilan, putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara antara pihak. Dan akhirnya Pengadilan Agama Medan mengadili perkara ini dengan putusan : 1. Mengabulkan gugatan penggugat sebagian. 2. Menjatuhkan thalak satu bain shughra tergugat, “F” bin “Y” terhadap penggugat “D” bin “J”. 3. Menolak gugatan penggugat lainnya. 4. Membebankan kepada penggugattergugat untuk membayar semua biaya perkara sebesar Rp. 566.000,- lima ratus enam puluh enam ribu rupiah. C. Analisis Putusan Hakim Dalam kasus ini penulis ingin melakukan analisis berdasarkan hasil putusan hakim yang mana ingin memberikan penjelasan yang lebih dalam lagi, tentang persoalan hak hadhanah kepada orang tua laki-laki berdasarkan putusan Nomor. 1521Pdt.G2011PA.Mdn. Universitas Sumatera Utara Dalam kasus ini penggugat dan tergugat sama-sama beragama Islam, perkawinan keduanya telah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Helvetia. Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Pasal 2 dikatakan bahwa “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Apabila suatu perkawinan antara laki-laki dan seorang wanita maka haruslah dilihat berdasarkan hukum apa mereka tunduk pada saat melangsungkan perkawinan. Apabila perkawinan ini dilangsungkan berdasarkan hukum Islam dan dilakukan di KUA, maka segala hal yang terjadi setelah perkawinan itu berlangsung maka semua permasalahan tersebut haruslah diselesaikan sesuai hukum Islam dan hal ini menjadi wewenang Pengadilan Agama, karena Pengadilan Agama adalah suatu Pengadilan yang diperuntukkan bagi umat Islam dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah. Namun adakalanya perkawinan yang telah berlangsung lamanya kemudian salah seorang baik suami atau istri bercerai dan menginginkan hak hadhanah terhadap anaknya sendiri, maka kewenangan untuk menangani permasalahan tersebut menjadi wewenang Pengadilan Agama. Suatu perkara perceraian salah satu pihak baik istri maupun suami tentunya berakibat pada jatuhnya putusan pengadilan terhadap adanya tuntutan baik gugatan cerai dari pihak istri terhadap suami ataupun permohonan talak dari isteri kepada suami karena akibat pecahnya rumah tangga keduanya yang tidak dapat diselesaikan lagi. Putusan Hakim Pengadilan dictum tentunya berdasarkan apa yang di tuntut, namun putusan tersebut kadang tidak seluruhnya dapat dikabulkan, karena kadang putusan tersebut hanya mengabulkan sebagian. Namun inti dari suatu dictum adalah apakah hakim dapat memutuskan suatu perkawinan itu oleh karena adanya perceraian atau talak serta memutuskan perkawinan oleh karena dibatalkan dan masalah pemeliharaan anak kedudukan anak ataupun masalah pembagian harta harta benda dalam perkawinan, perwalian ataupun masalah hak dan kewajiban antara Universitas Sumatera Utara orang tua dan anak. Dalam hal putusan hakim dictum yang menyatakan suatu perkawinan batal demi hukum di atur dalam Pasal 70 Kompilasi Hukum Islam, sedangkan perkawinan dapat dibatalkan di atur dalam Pasal 22, 24, 26 dan 27 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Pasal 71 dan 72 Kompilasi Hukum Islam. Batalnya suatu perkawinan yang terkandung dalam Pasal 28 ayat 1 UU No.1 Tahun 1974 adalah setelah keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat diberlangsungkannya perkawinan, begitu pula yang terkandung dalam Pasal 74 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam. Dalam kasus perceraian dan hak hadhanah seseorang baik dari pihak suami ataupun istri yang mana perkawinannya telah berlangsung lama dan telah dikaruniai keturunan, maka putusan yang paling tepat adalah perceraian atau penjatuhan talak, putusan ini lebih tepat karena berdampak pada adanya perlindungan terhadap anak yang dilahirkan, anak tetap mendapatkan hak mewaris dari ibu bapaknya. Lain hal bila putusan yang dijatuhkan adalah putusan pembatalan perkawinan, pembatalan berarti mengembalikan kepada kondisi semula yaitu kembali kepada keadaan dimana perkawinan tersebut dianggap tidak pernah terjadi. Dalam hal pertimbangan hukum dan hakim dalam putusannya Nomor 1521Pdt.G2011PA.Mdn sudah tepat dimana hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa penggugat “D” menggugat “F” untuk menceraikan perkawinan antara penggugat dengan tergugat dan menyatakan perkawinannya putus karena perceraian, Pertimbangan hukumnya sudah tepat. Salah satu masalah yang dapat menjadi penyebab putusnya atau berakhirnya suatu perkawinan adalah tidak adanya lagi keharmonisan dalam rumah tangga dan juga pertengkaran dari masalah kecil menjadi besar diantara salah seseorang dari pasangan suami istri dan masalah tersebut sudah tidak lagi dapat diselesaikan dengan baik, apalagi keduanya menginginkan adanya hak hadhanah atas anak kepada isteri maupun suami setelah mereka Universitas Sumatera Utara bercerai. Adapun untuk memutuskan hubungan perkawinan itu maka hakim pengadilan dapat memutuskan perkawinan dengan cara memfasakh, mengabulkan permohonan talak dari pihak suami atau mengabulkan gugatan cerai yang diajukan oleh istri atau dengan membatalkan perkawinan. Pengertian fasakh menurut Al-Abu Luwis M’lufi di dalam bahasa atau logat adalah merusakan pekerjaan atau akad, sementara itu menurut istilah syar’i fasakh aqad perkawinan adalah membatalkan aqad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami istri. Dikaitkan dengan perkara adanya perceraian dan hak hadhanah kepada orang tua laki-laki, maka hal tersebut dapat dimasukkan ke dalam fasak yang berkehendak kepada keputusan hakim dan dalam hal ini haruslah dibuktikan di depan sidang pengadilan. Sehubungan dengan hal tersebut Pengadilan Agama Medan, dalam hal ini memutuskan perkara perceraian antara pihak penggugat dan tergugat. Adapun dalam hal pembuktian bahwa penggugat telah lalai terhadap anaknya dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai ibu, hal ini dibuktikan antara lain dengan : 1. Keterangan tergugat yang mengatakan penggugat adalah seorang dokter di RS Banda Aceh dan juga saat ini sedang melanjutkan studinya, di salah satu Fakultas Kedokteran di Medan yang mana kadang jam kuliahnya hingga tengah malam, oleh sebab itu maka sudah sepatutnya hak pemeliharaan anak hadhanah tetap dibawah pemeliharaan tergugat. 2. Pernyataan tergugat bahwa “D” sedang dekat dengan “H” yaitu salah satu flight security di Lion Air, pada sekitar bulan September 2011 yang mana “H” beragama non Muslim, karena itu tergugat merasa disayangkan apabila kelak penggugat sampai menikah dengan “H” yang mana tentunya berlainan agama, sehingga tergugat takut apabila anak penggugat dan tergugat diasuh oleh bapak tirinya yang bukan beragama Islam. Universitas Sumatera Utara 3. sekitar bulan Nopember 2011 pada perayaan lebaran Idul Adha, tergugat membawa anak penggugat dan tergugat untuk berlebaran ke Medan selama 5 lima hari untuk dipertemukan kepada penggugat selama liburan, akan tetapi penggugat hanya mau bertemu 1 satu hari yaitu pada tanggal 04 November 2011 sekitar pukul 18.00 WIB, penggugat menjemput anaknya di hotel tergugat menginap dan membawa anak penggugat dan tergugat menginap di rumah orang tua penggugat, dan keesokan paginya, penggugat mengantar anak penggugat dan tergugat kembali ke hotel untuk diserahkan kepada tergugat karena penggugat harus mengikuti perkuliahan di RSU Adam Malik Medan, dan sejak itu penggugat tidak pernah lagi datang untuk menjumpai anak penggugat dan tergugat meskipun tergugat dan anak telah menelepon penggugat untuk bertemu bahkan pada hari lebaran 6 November 2011 penggugat menolak untuk menemui anaknya dengan alasan sibuk walaupun tergugat telah menghubungi penggugat beberapa kali serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya kepada penggugat untuk bertemu dengan anak penggugat dan tergugat, namun penggugat tetap tidak ingin bertemu, sehingga hal ini memperlihatkan serta membuktikan juga bahwa penggugat tidak menghiraukan serta tidak memberi kasih sayang kepada anak penggugat dan tergugat. 4. Dan keterangan saksi yang tinggal bertetanggaan dengan rumah tergugat dan penggugat yang mengatakan, Bahwa saat ini anak tergugat dan penggugat ikut dengan tergugat dan tinggal di Banda Aceh, saksi lihat tergugat sanggup dan mampu mengasuh dan memelihara anaknya dan saksi lihat anak tergugat dan penggugat akrab dan sangat dekat dengan tergugat dan saksi melihat pada hari Raya Idul Adha 2011 yang lalu ketika tergugat membawa anaknya datang ke rumah saksi, saksi melihat anak tersebut lebih sehat Universitas Sumatera Utara dibandingkan diasuh oleh penggugat dulunya dan tumbuh seperti anak seusianya. Mengenai dikabulkannya pemeliharaan anak hadhanah ditangan tergugat oleh Hakim dengan mendasarkan pada penerapan Pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam adalah sudah tepat, dimana anak dalam kasus ini masih berumur 5 tahun dan masih memerlukan kasih sayang dan bimbingan seseorang ibu dan tergugat sebagai orang tua laki- laki tidak termasuk orang yang terhalang untuk memelihara anak yang mana tujuannya adalah sama-sama untuk kepentingan anak baik untuk pertumbuhan jasmani, rohani, intelektual dan agama anak. Namun karena dalam hal ini penggugat telah lalai akan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu, dan sebaliknya tergugat mampu mengasuh dan memelihara anak tergugat ataupun penggugat dan oleh dikarenakan untuk kepentingan anak pengadilan memberikan hak hadhanah kepada tergugat. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

2 91 165

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Akibat Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/Pa.Bks.)

0 12 73

Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Akibat Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/Pa.Bks.)

1 27 73

BAB II KEDUDUKAN ANAK DALAM KETENTUAN HUKUM ISLAM A. Pengertian Anak - Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

0 0 21

BAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN DARI TAHUN 2010-2012 1. Perceraian Dan Akibat Hukum Terhadap Anak a. Perceraian - Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 20

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang - Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 1 32

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 2 14