Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi, seperti halnya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional sehingga siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika sebagaimana dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, 2006 bahwa tujuan mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah; BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaaan atau masalah; dan 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sumarmo 2005 mengklasifikasikan kemampuan dasar matematik dalam 5 lima standar kemampuan sebagai berikut: 1. Pemahaman matematik mathematical understanding 2. Pemecahan masalah matematik mathematical problem solving 3. Penalaran matematik mathematical reasoning 4. Koneksi matematik mathematical connection 5. Komunikasi matematik mathematical communication.. Namun kenyataannya matematika merupakan pelajaran yang menakutkan bagi siswa karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa Wahyudin, 2008, sehingga tidak heran jika banyak siswa tidak menyukai matematika dan berdampak pada rendahnya kemampuan matematik siswa. Rendahnya kemampuan matematik siswa, bisa jadi salah satunya disebabkan karena kemampuan siswa dalam melakukan koneksi dan pemecahan BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu masalah matematik masih rendah. Penelitian Wahyuni 2010 mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa akan berdampak pada rendahnya hasil belajar matematik siswa di sekolah. Selama ini hasil belajar matematika siswa belum menggembirakan khususnya dalam aspek koneksi matematik Nuriadin, 2009 dan aspek pemecahan masalah matematik Nasir, 2008. Kemampuan koneksi matematik merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan pemahaman konsep matematika. Dengan melakukan koneksi, konsep-konsep matematika yang telah dipelajari tidak ditinggalkan begitu saja sebagai bagian yang terpisah, tetapi digunakan sebagai pengetahuan dasar untuk memahami konsep yang baru Wahyuni, 2010, dan melalui koneksi matematik maka konsep pemikiran dan wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, tidak hanya terfokus pada topik tertentu yang sedang dipelajari, sehingga akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu sendiri. Nasir, 2008. Selain kemampuan koneksi, kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika seperti dikemukakan Ruseffendi 1991 yang menyatakan bahwa pemecahan masalah lebih mengutamakan proses daripada hasil, sehingga hal itu akan melatih siswa untuk berfikir kritis, logis, dan kreatif. Koneksi dan pemecahan masalah merupakan dua kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa sekolah menengah, National Council of Teachers of Mathematics NCTM tahun 2000, mengungkapkan bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematika. Kemampuan BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu koneksi dan pemecahan masalah matematik merupakan suatu keterampilan yang harus dibangun dan dipelajari supaya kemampuan dan keterampilan tersebut dapat dimanfaatkan dalam menghadapi permasalahan kehidupan individu sehari-hari. Hasil belajar yang belum menggembirakan seperti yang diungkapkan oleh Nasir 2008 dan Nuriadin 2009 di atas salah satunya dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran. Model pembelajaran matematika kurang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar, siswa belajar secara individual, terisolasi, bekerja sendiri dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika Davidson, 1990. Berkenaan dengan pembelajaran, Slavin 1995 mengemukakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar, siswa belajar secara kelompok, tidak merasa terisolasi, bekerjasama dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika, model tersebut yaitu pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Slavin 1995 juga mengungkapkan agar pembelajaran optimal perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam melakukan eksplorasi, investigasi, mengemukakan pendapat, saling membantu dan berbagi pendapat dengan teman untuk menyelesaikan masalah yaitu melalui belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang disebut cooperative learning, dan salah satu model dari cooperative learning yaitu Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC. Metode CIRC merupakan pembelajaran kelompok yang memadukan atau menggabungkan kegiatan membaca dengan kegiatan lainnya seperti menulis, BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu diskusi, presentasi dan kegiatan lainnya dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan secara kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut Ruseffendi 2006 : 18 salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru matematika sekolah menengah adalah mampu mendemonstrasikan dalam penerapan macam-macam metode dan teknik mengajar dalam bidang studi yang diajarkan. Pembelajaran dengan metode CIRC atau pembelajaran terpadu, dalam pelaksanaannya setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompoknya, siswa saling bekerja sama membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan refleksi. Melalui metode ini, suasana belajar akan terasa lebih menyenangkan karena siswa dapat berinteraksi dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri yang pada akhirnya memacu peningkatan hasil belajar siswa khususnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik. Temuan Ruspiani 2000, Nasir 2008, dan Wahyuni 2010, menyatakan bahwa pencapaian kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik cukup baik dengan memberikan pendekatan pembelajaran yang beragam. Pemberian perlakuan pembelajaran yang berbeda tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik dengan memberikan perlakukan pembelajaran model CIRC. Berdasarkan hal itu, peneliti mengambil topik “Meningkatkan Kemampuan BUDI SETIAWAN, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematik Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Integrated Reading And Composition CIRC. ”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.

0 3 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

6 21 57

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA.

0 1 54

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA.

1 7 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERINGKAS ISI BUKU CERITA.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA DALAM PARAGRAF.

0 0 5

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN

2 7 10

Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 30

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition ) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bengkalis

0 0 6