menukar,  hibah.  Penyerahan  penguasaan  belaka  misalnya  pada  sewa- menyewa,  pinjam  pakai,  gadai.  Jadi,  penyerahan  itu  dapat  meliputi
pemindahan penguasaan belaka atas benda, tergantung pada perjanjiannya. c.
Pelayanan jasa Pelayanan  jasa  adalah  memberikan  pelayanan  dengan  melakukan
perbuatan  tertentu  baik  dengan  menggunakan  tenaga  fisik  belaka  maupun dengan  keahlian  atau  alat  bantu  tertentu,  baik  dengan  upah  ataupun  tanpa
upah.  Apabila  dengan  upah,  biasanya  pelayanan  jasa  dilakukan  lebih  dulu, setelah selesai dilakukan baru dibayar upah, kecuali jika diperjanjikan lain.
7. Penapsiran Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Untuk  melakukan  penapsiran  dalam  pelaksanaan  perjanjian,  undang- undang memberikan pedoman berupa ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
75
a. Maksud  pihak-pihak.  Apabila  kata-kata  dalam  perjanjian  itu  dapat
menimbulkan  berbagai  macam  penapsiran,  lebih  dulu harus  diteliti apa  yang dimaksud  oleh  pihak-pihak  dalam  membuat  perjanjian  itu  dari  pada
memegang arti kata-kata menurut hurufnya pasal 1343 KUHPdt. b.
Memungkinkan janji itu dilaksanakan. Apabila dalam suatu perjanjian dapat diberikan  dua  macam  pengertian,  maka  dipilih  pengertian  yang  sedemikian
rupa,  sehingga  memungkinkan  janji  itu  dilaksanakan  daripada  memberikan pengertian yang tidak memungkinkan pelaksanaannya pasal 1344 KUPdt.
75
Ibid,
h. 239-241.
c. Kebiasaan  setempat.  Apa  yang  meragu-ragukan,  harus  ditapsirkan  menurut
apa yang menjadi kebiasaan dimana perjanjian telah dibuat. d.
Dalam  hubungan  perjanjian  keseluruhan.  Penapsiran  suatu  perjanjian hendaklah  dilakukan  menurut  hubungan  satu  sama  lain  dalam  rangka
perjanjian keseluruhannya pasal 1348 KUHPdt. e.
Penjelasan dengan menyebutkan contoh. Apabila dalam perjanjian disebutkan suatu  contoh  untuk  menjelaskan  objek  perjanjian,  janganlah  itu  dianggap
bahwa  perjanjian itu hanya  untuk  yang  disebutkan  itu  saja dan  tidak  berlaku untuk yang lain yang tidak disebutkan pasal 1351 KUHPdt.
f. Tapsiran berdasarkan akal sehat. Apabila dalam perjanjian disebutkan syarat-
syarat  kepastian  kualitas  atau  kuantitas  suatu  benda,  sehingga  menimbulkan kesulitan  pemenuhan  kepastian  yang  bagaimana  yang  dikehendaki  pihak-
pihak, maka hal ini dapat ditapsirkan menurut akal sehat
common sense
.
8. Kewajiban Pokok dan Pelengkap
Pokok  perjanjian  ini  biasanya  dibuat  secara  tertulis  untuk  tujuan pembuktian,  misalnya  asuransi,  jual  beli  kredit,  jual  beli  tanah,  dan  sebagainya.
Kewajiban pokok biasanya lebih terperinci dalam perjanjian. Kewajiban  pokok  adalah  kewajiban  yang  fundamental  dalam  setiap
perjanjian.  Jika  tidak  dipenuhi  kewajiban  pokok  akan  mempengaruhi  tujuan perjanjian.  Pelanggaran  kewajiban  pokok  akan  memberikan  kepada  pihak  yang
dirugikan hak untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian, atau meneruskan
perjanjian pokok merupakan dasar keseluruhan perjanjian. Suatu perjanjian dapat mencapai tujuan atau tidak, tergantung pada pemenuhan kewajiban pokok.
Kewajiban  pelengkap  adalah  kewajiban  yang  kurang  penting;  yang sifatnya  hanya  melengkapi  kewajiban  pokok  saja.  Tidak  ditaati  kewajiban
pelengkap  tidak  akan  membatalkan  atau  memutuskan  perjanjian,  melainkan mungkin  hanya  menimbulkan  kerugian  dan  memberi  hak  kepada  pihak  yang
dirugikan untuk menuntut ganti kerugian.
76
76
Ibid,
h. 241-242.