Struktur Organisasi Desa Tulungagung, Kecamatan Gadingrejo,
                                                                                kredit  kemudian  dibayar  setelah  panen,  membeli  bahan  bangunan  seperti  semen dibayar  dengan  padi  sesuai  dengan  harga  semen  yang  dibelinya.  Transaksi-
transaksi  tersebut  terjadi  karena  minimnya  kepemilikan  petani  akan  uang  tunai. Transaksi  menggunakan  padi  ini  terjadi  ketika  persedian  padi  sudah  habis,
sementara padi yang di tanam belum panen. Mereka melakukan transaksi dalam bentuk utang-piutang.
Utang-piutang  merupakan  bentuk  transaksi  yang  dapat  memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi tersebut, juga merupakan
bentuk  tolong-menolong  antar  sesama  manusia.  Utang-piutang  sudah  menjadi tradisi masyarakat, pada awalnya masyarakat tidak melakukan utang-piutang padi
basah dengan padi kering, namun karena persediaan padi dari panen sebelumnya sudah habis  dan  mereka  tidak  cukup  memiliki  uang  tunai untuk  membeli  beras,
mereka  lebih  memilih  untuk  berhutang  padi  basah  kepada  petani  yang  sudah panen terlebih dahulu.
Dalam  satu  musim  yang  sama,  tidak  semua  petani  memanen  padinya  pada waktu  yang  bersamaan.  Ada  yang  panen  di  awal  musim,  pertengahan,  dan  ada
pula  yang  di  akhir  musim.    Petani  yang  persediaan  padinya  sudah  habis sedangkan  padi  yang  ditanamnya  belum  panen,  lebih  memilih  untuk  berhutang
kepada petani yang sudah panen terlebih dahulu. Praktik  utang-piutang  yang  dilakukan  oleh  masyarakat  Desa  Tulungagung,
Kecamatan  Gadingrejo,  Kabupaten  Pringsewu  adalah  berdasarkan  kesepakatan kedua belah pihak, yaitu pihak pemberi utang kreditur dan pihak penerima utang
debitur. Kesepakatan dilakukan secara lisan dan berdasarkan atas kepercayaan, tidak  diadakan  perjanjian  tertulis  dan  tidak  ada  orang  lain  yang  dapat  dijadikan
sebagai  saksi,  transaksi  tersebut  hanya  disaksikan  oleh  mereka  berdua.  Jadi apabila  debitur  tidak  membayar  utangnya,  maka  pihak  kreditur  tidak  dapat
menuntut secara hukum. Biasanya  utang-piutang  ini  terjadi  antar  tetangga,  mereka  sudah  saling
mengenal  dan  akrab  satu  sama  lain,  sehingga  tidak  ada  rasa  khawatir  di  benak kreditur bahwa debitur tidak akan membayar utangnya.
Adapun  pelaksanaan  utang-piutang  ini  adalah  dengan  cara  orang  yang  akan berhutang  menemui  petani  yang  sedang  memanen  padinya  di  sawah  atau
menemui  kreditur  di  rumahnya,  menyampaikan  tujuannya  bahwa  ia  bermaksud untuk  hutang  padi  yang  kondisinya  masih  basah  dengan  menyebutkan  jumlah
yang  ingin  dihutangnya.  Kemudian  pemberi  utang  pun  mengizinkan  padinya untuk di hutangkan tanpa memberikan suatu syarat apapun. Bentuk pengembalian
dalam  wujud  padi  kering  dan  dengan  jumlah  timbangan  yang  sama  adalah kemauan atau inisiatif dari orang yang berhutang itu sendiri.
Untuk  waktu  pembayaran  tidak  ditentukan  berapa  lama  jangka  waktunya. Jangka  waktu  pembayaran  utang  bersifat  relatif,  tergantung  kapan  orang  yang
berhutang  memanen  padinya,  di  jemur,  dibersihkan,  kemudian  setelah  kering  ia akan langsung membayar utangnya.