Akibat Hukum Perjanjian Sah

yang dibuat secara tidak tertulis dapat dihentikan dengan pemberitahuan kepada penyewa. 2 Perjanjian sewa suatu rumah pasal 1587 KUHPdt setelah berakhir waktu sewa seperti ditentukan dalam perjanjian tertulis, penyewa tetap menguasai rumah tersebut. Tanpa ada tegoran dari pemilik yang menyewakan, maka penyewa dianggap tetap meneruskan penguasaan rumah itu atas dasar sewa-menyewa dengan syarat-syarat yang sama untuk waktu yang ditentukan menurut kebiasaan setempat. Jika pemilik ingin menghentikan sewa-menyewa tersebut ia harus memberitahukan kepada penyewa menurut kebiasaan setempat. 3 Perjanjian pemberian kuasa, pasal 1814 KUHPdt. Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya apabila ia menghendakinya. 4 Perjanjian pemberian kuasa, pasal 1817 KUHPdt, penerima kuasa dapat membebaskan diri dari kuasa yang diterimanya dengan memberitahukan kepada pemberi kuasa. c. Pelaksanaan dengan itikad baik Yang dimaksud dengan itikad baik dalam pasal 1338 KUHPdt adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, apakah pelaksanaan perjanjian itu mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan, apakah pelaksanaan perjanjian itu telah berjalan di atas rel yang benar. Apabila yang dimaksud dengan kepatutan dan kesusilaan itu, undang- undang sendiri tidak memberikan rumusannya. Tetapi jika dilihat dari arti katanya, kepatutan artinya kepantasan, kelayakan, kesesuaian, kecocokan. Sedangkan kesusilaan artinya kesopanan, keadaban. Jika terjadi selisih pendapat tentang pelaksanaan dengan itikad baik kepatutan dan kesusilaan, hakim diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengawasi dan menilai pelaksanaan, apakah ada pelanggaran terhadap norma-norma kepatutan dan kesusilaan itu. Ini berarti bahwa hakim berwenang untuk menyimpang dari isi perjanjian menurut kata-katanya, apabila pelaksanaan menurut kata-kata itu akan bertentangan dengan itikad baik, yaitu norma kepatutan dan kesusilaan. Pelaksanaan yang sesuai dengan norma kepatutan dan kesusilaan itulah yang dipandang adil. Tujuan hukum adalah menciptakan keadilan. 73

6. Pelaksanaan Perjanjian

Yang dimaksud dengan pelaksanaan ialah perbuatan merealisasikan atau memenuhi hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak, sehingga tercapai tujuan mereka. Masing-masing pihak melaksanakan perjanjian dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah disetujui untuk dilakukan. Pelaksanaan perjanjian pada dasarnya selalu berupa pembayaran sejumlah uang, penyerahan suatu benda, pelayanan jasa, atau gabungan dari perbuatan- perbuatan tersebut. Pembayaran sejumlah uang dan penyerahan benda dapat 73 Ibid, h.233-236. terjadi secara serentak dan dapat pula secara ridak serentak. Tetapi pelayanan jasa selalu dilakukan lebih dulu, baru kemudian pembayaran sejumlah uang. 74 a. Pembayaran Pihak yang melakukan pembayaran adalah debitur, atau orang lain atas nama debitur, berdasarkan surat kuasa khusus. Alat bayar yang digunakan pada umumnya adalah mata uang. Dalam jual beli sering juga dilakukan pembayaran dengan mata uang asing yang disebut valuta asing, misalnya dollar Amerika. Pembayaran harus dilakukan di tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak ditentukan suatu tempat, pembayaran yang mengenai benda yang sudah ditentukan harus dilakukan di tempat dimana benda itu berada ketika membuat perjanjian. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan pembayaran dipikul oleh debitur pasal 1395 KUHPdt. Tetapi pihak-pihak dapat juga memperjanjikan bahwa biaya pembayaran dipikul oleh kreditur atau oleh kedua belah pihak. b. Penyerahan benda Dalam setiap perjanjian yang mengandung tujuan memindahkan penguasaan dan atau hak milik perlu dilakukan penyerahan bendanya. Penyerahan ini ada dua macam yaitu penyerahan hak milik dan penyerahan penguasaan benda. Penyerahan hak milik misalnya pada jual beli, tukar- 74 Ibid, h. 236-239. menukar, hibah. Penyerahan penguasaan belaka misalnya pada sewa- menyewa, pinjam pakai, gadai. Jadi, penyerahan itu dapat meliputi pemindahan penguasaan belaka atas benda, tergantung pada perjanjiannya. c. Pelayanan jasa Pelayanan jasa adalah memberikan pelayanan dengan melakukan perbuatan tertentu baik dengan menggunakan tenaga fisik belaka maupun dengan keahlian atau alat bantu tertentu, baik dengan upah ataupun tanpa upah. Apabila dengan upah, biasanya pelayanan jasa dilakukan lebih dulu, setelah selesai dilakukan baru dibayar upah, kecuali jika diperjanjikan lain.

7. Penapsiran Dalam Pelaksanaan Perjanjian