Pengaruh kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi wajib pajak badan terhadap pelaksanaan self assessment system (survey pada KPP Madya Bandung)

(1)

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, bersedia :

“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 27 Februari 2013

Penulis KPP Madya Bandung

Heni Susanti 21108032

Siti Zaenab

NIP 195804061989111001

Mengetahui,

Dr.Ony Widilestariningtyas, SE,. M.Si NIP.4127.34.03.004

Catatan :

Kecuali data perusahaan yang terdapat pada Bab IV (Sub 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan) dan lampiran-lampiran yang didalamnya terdapat bukti pengesahan dari pihak-pihak yang berwenang. Tidak untuk dipublikasikan, dengan alasan untuk mencegah penyalahgunaan oleh pihak lain.


(2)

i

Bandung, Januari 2013 Disetujui,

Pembimbing

Dr.Ony Widilestariningtyas, SE,. M.Si NIP.4127.34.03.004

Diketahui,

Wajib Pajak Badan Terhadap Palaksanaan Self Assessment System.

Nama : Heni Susanti


(3)

1. Karya tulis atau Skripsi yang penulis buat ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) maupun di Perguruan Tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian penulis sendiri, tanpa bantuan Pihak Lain, kecuali Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka penulis bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuia dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Oktober 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Heni Susanti NIM.21108032


(4)

Nama Lengkap : Heni Susanti

Tempat Tanggal Lahir : Cianjur 23 Januari 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.Tubagus Ismail Dalam Gng. Kubangsari 1 No 33B Bandung.

DATA PENDIDIKAN

 Tahun 1996 - 2002 : SDN Sukanagalih 1

 Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 1 Tegalega

 Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Pacet

 Tahun 2008- Sekarang : Kuliah di Universitas Komputer Indonesia


(5)

PENGARUH KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI

KEUANGAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK BADAN

TERHADAP PELAKSANAAN

SELF ASSESSMENT SYSTEM

(Survey Pada KPP Madya Bandung)

Effect of Financial Accounting Information Quality and Perceptions of Personal Taxpayer against Sellf Assessment System(survey In Primary KPP

Madya Bandung) Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang Guna memperoleh gelar sarjana ekonomi

Program studi akuntansi

Oleh :

Nama : Heni susanti NIM : 21108032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil, yaitu: “Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya Bandung” Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan waktu dari penulis, maka penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan untuk pihak lain yang membutuhkan pada umumnya.

Selama dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerja samanya kepada :

1. Dr. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(7)

v

2. Dr. Dedi Sulistio, ST,. MT., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE. M. Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Dan selaku dosen wali.

4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Dr.Ony Widilestariningtyas, SE. M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya skripsi ini.

6. Buat Mama dan Papa tercinta, terima kasih selalu menjadi orang tua terbaik buat aku, setiap do’a, kasih sayang, perhatian dan kebahagian yang tak heni-hentinya mengalir untukku. Atas dukungan baik secara moril maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada penulis untuk keberhasilan penulis, serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan do’anya.

7. Untuk adik-adikku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dan untuk seluruh keluarga besarku yang dengan sabar mengarahkanku untuk selalu yakin dan percaya diri, serta sabar dalam menjalani.

8. Untuk Botan, Tante dan Kak Tika Terimakasih Banyak atas Bantuan, Doa, Pengertian, pengorbanan, dan kesabarannya.

9. Teman-teman dan Sahabat Hana, Pitri, Hendri, Meyda, Indah dan teman2 Semua yang telah membantu Penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(8)

vi

10.Dan Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa disebut satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.

Bandung, Januari 2013 Penulis

Heni Susanti NIM. 21108032


(9)

ix LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... i

ABSTRACT... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah...8

1.2.1 Identifikasi Masalah... 8

1.2.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1 Maksud Penelitian... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian...9


(10)

1.4.2 Kegunaan Praktis... 10

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan...12

2.1.2 Persepsi Wajib Pajak... 16

2.1.3 Self Assessment System... 19

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya... 23

2.2 Kerangka Pemikiran... 26

2.2.1 Hubungan Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Self Assessment System... 29

2.2.2 Hubungan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Self Assessment System... 29

2.3 Hipotesis... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 31

3.2 Metode Penelitian... 31

3.2.1 Desain Penelitian... 32

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 36

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 39


(11)

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan...67

4.1.1 Sejarah KPP Madya Bandung...67

4.1.2 Struktur Organisasi KPP Madya Bandung...71

4.1.3 Job Description KPP Madya Bandung...73

4.1.4 Aktivitas KPP Madya Bandung...80

4.2 Karakteristik Responden...81

4.3 Analisis Deskriptif...84

4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan...85

4.3.2 Analisis Deskriptif Persepsi Wajib Pajak...92

4.3.3 Analisis Deskriptif Pelaksanaan Self Assessment System...98

4.4 Analisis Verifikatif...103

4.4.1 Pengujian Asumsi Klasik...104

4.4.2 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan (X1) Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System. Pada KPP Madya Bandung Secara Parsial...111

4.4.3 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan terhadap Pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya Bandung...112

4.4.4 Koefisien Determinasi...113

4.4.5 Pengujian Hipotesis...115


(12)

4.5.1 Analisis Deskriptif Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan...121

4.5.2 Analisis Deskriftif Persepsi Wajib Pajak Badan...122

4.5.3 Analisis Deskriftif Pelaksanaan Self Assessment System...123

4.5.4 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System...124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 125

5.2 Saran... 127

DAFTAR PUSTAKA... 129

RIWAYAT HIDUP... 132


(13)

Diakses pada 2011.

Agus Martowardojo. “Pemerintah Akan Rombak Ditjen Pajak”. www.kompas.com. Diakses pada 2011.

Azhar, La Midjan dan Susanto, 2001, Sistem Informasi Akuntansi I dan II., Edisi Ke Sebelas, Lembaga Informatika, Bandung.

Bimo Walgito. 2001. Psikologi Sosial. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Boediono, Wayan Koster, 2002. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

David Brion Davis. “Inhuman Bondage: Tehe Rise and Fall of Slavery in the New World”. New york : Oxford University press.

Drs.Nurkolis, M.M, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta :Grasindo

Gibson, et.al, Organisasi dan manajemen (prilaku – struktur – proses) edisi bahasa Indonesia, Jakarta, Erlangga, 1997.

Husein Umar, 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hutagaol, John (2007). Perpajakan Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu IAI,2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta.

Jonathan Sarwono, 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta: Juran, J. M. (1962). Quality control handbook. New York: McGraw-Hill.

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta.


(14)

Mohammad Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Narimawati, Umi, Anggadini, S.D. & Ismawati, L. 2010. Penilisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis.

Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta

: Graha Ilmu.

Resmi, Siti. 2003. Perpajakan : Teori & Kasus (Edisi Pertama). Jakarta : Salemba Empat.

Ridwan dan Sunarto.2007.Pengantar Statistik untuk Penelitian Sosial Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.Bandung:Alfabeta.

Sahdani, D.(2004). Peran serta Akuntan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib pajak. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Ikatan Akuntan Ikatan Indonesia

V. Yogyakarta

Sugiyono.2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabet

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung

Supangat, Andi. 2008. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametik.

Jakarta: Kencana.

Tarjo & Indra Kusumawati. 2006. “Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Peribadi terhadap Palaksanaan Self Assessment system: Suatu Studi di Bangkalan”. JAAI,

Juni 2006. 10(1): h: 101-120

Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uwon Gustiawan S 2006.Pedoman Praktis Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan,Jakarta: PT Grasindo


(15)

www. ortax.com. Diunduh pada tanggal 20 0ktober 2012 www.okezone.com Diunduh pada tanggal 29 Oktober 2012

www.akuntansiumkm.wordpress.com Diunduh pada tanggal 10 november 2012

www. pajak.go.id Diunduh pada tanggal 14 November


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sistem pemungutan pajak dibedakan menjadi tiga yaitu system official assessment, system self assessment dan withholding system perpajakan di Indonesia menganut system self assessment system yang mengantikan official Assessment, official Assessment adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Sedangkan self assessment system merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak itu sendiri untuk menentukan besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2008).

Dalam Self assessment system SPT merupakan sarana yang paling mutlak bagi wajib pajak untuk melaporkan dengan benar semua hal tentang wajib pajak mulai dari identitas, kegiatan usaha sampai jumlah harta yang semuanya berkaitan dengan perpajakan. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika perhatian secara penuh diberikan pada penyempurnaan SPT baik dalam masalah bentuk, isi, dan susunannya sehingga SPT merupakan sarana yang handal bagi tercapainya tujuan perpajakan.(Tarjo & Indra Kusumawati, 2006)

Namun dalam penerapan Self Assessment system terdapat adanya Keuntungan dan kelemahan, Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (Fiskus) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada


(17)

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. Atas dasar fungsi penghitungan tersebut Wajib Pajak berkewajiban untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau kantor pos. Selanjutnya Wajib Pajak melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak yang telah dibayar kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (Sadhani, 2004).

Sedangkan kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran Wajib Pajak yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Selain itu, rendahnya kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya (Sadhani, 2004).

Menurut Feny salah satu pegawai pada KPP Madya Bandung (2012) Fenomena mengenai Pelaksanaan Self Assessment System di Indonesia masih banyak menimbulkan masalah, salah satu Fenomena yang terjadi yaitu kesulitan menghitung pajak, merupakan salah satu yang sering dikeluhkan masyarakat bila berhubungan dengan kantor pajak. Bukan hanya wajib pajak (WP) Badan, wajib pajak orang peribadi juga mengalami hal yang sama. (Feny 2012)


(18)

Fenomena lain mengenai pelaksanaan self assessment system yaitu, Heru salah satu pegawai bagian pelayanan pada KPP Madya bandung (2012) mengatakan masih terdapat banyak kendala dalam pelaksanaan self assessment system, salah satunya karena masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya, sehingga berdampak pada kurangnya penerimaan pajak. Penyebab lainnya adalah dikarenakan persepsi masyarakat yang negative, pajak dianggap membebani dan memakasa belum dianggap sebagai bentuk pengabdian. Salah satu upaya untuk untuk memperbaiki image masyarakat tersebut adalah adanya persepsi yang baik atau positif dari para wajib pajak terhadap self assessment system yang diterapkan dalam perpajakan internasional. (Heru 2012)

Keberhasilan self assessment system ini juga tidak dapat tercapai tanpa adanya kerjasama yang terjalin dengan baik antara fiskus dan wajib pajak. Factor utama sebagai penentu keberhasilan self assessment system ini adalah terwujudnya kesadaran kejujuran dari masyarakat khususnya para wajib pajak. Untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan tersebut tentunya dapat tercapai dengan adanya program-program yang dilaksanakan oleh direktorat Jenderal pajak sebagai alat ukur untuk mensosialisasikan pajak secara merata kepada seluruh masyarakat sehingga persepsi masyarakat tentang pajak tidak negatif. (Eka Setianto. 2010). pengertian persepsi itu sendiri adalah:

Proses pengorganisasian, penginterpretas terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan tivitas yang integrated dalam diri individu. (Bimo Walgito 2001)


(19)

Sosialisasi setiap jenis pajak selalu dibutuhkan untuk menggugah Persepsi yang baik dari masyarakat terhadap perpajakan. Peran sosialisasi akan sangat membantu dalam pembentukan kesadaran jiwa masyarakat taat pajak. Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti penyuluhan melalui penerbitan buku tentang perpajakan, iklan yang telah dilakukan selama ini baik media cetak maupun elektonik) pembuatan spanduk, seminar pajak, dan pembinaan tantang perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat jendral pajak. Namun masih banyak wajib pajak yang tidak paham dengan adanya sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (Wildan, 2009)

Fenomena mengenai Persepsi wajib pajak sampai saat ini persepi masyarakat khususnya dunia usaha mengenai pajak masih negatife, pajak masih menjadi momok bagi orang banyak, hal ini dipicu oleh trauma masa lalu yaitu pada zaman penjajahan di mana masyarakat pada umum beranggapan bahwa pembayaran pajak hanya dijadikan sapi perahan oleh penguasa. Sebaliknya mereka tidak menyadari bahwa kontribusi pembayaran pajak yang dihumpun oleh pemerintah adalah untuk kepentingan bersama melalui pelayanan umum,seperti membiayai pendidikan, memperbaiki fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan, dan banyak lagi hal lainnya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat (M.said,2003)

Masyarakat berpendapat, hanya sedikit sekali yang akan kembali kepada wajib pajak atau disumbangkan dalam pembangunan bangsa. Jadi lebih baik tidak perlu membayar pajak saja. Kesimpulan seperti ini dihasilkan dari informasi dan pandangan yang tidak menyeluruh. Hal ini tentunya memerlukan adanya


(20)

transparansi dan akuntabilitas dari DJP. DJP harus senantiasa berusaha membangun kepercayaan para wajib pajak kemudian seharusnya menjamin dan menjawab kepercayaan tersebut dengan melakukan pembenahan internal. Sehingga terwujudkan kondisi dimana masyarakat benar-benar merasa percaya bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak akan dikorupsi dan akan disalurkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. (Herry Susanto, 2012).

Disisi lain wajib pajak juga harus membuktikan kepada aparat pajak (dalam pemeriksaan) bahwa kegiatan pembayaran pajak atau dasar kegiatan pembayaran pajak sudah sesuai dengan aturan perpajakan. Oleh karena itu, untuk mendokumentasikan kegiatan Wajib Pajak tersebut, Wajib Pajak harus mengadakan pembukuan atau pencatatan. Wajib Pajak badan wajib melakukan pembukuan sedang Wajib Pajak orang pribadi dengan kriteria tertentu diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. (Budiman: 2001)

Aktivitas pembukuan oleh wajib pajak memegang peranan penting dalam praktek perpajakan. Dari pembukuanlaah data dan informasi terutama digunakan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, pengertian pembukuan itu sendiri adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan sedangkan informasi akuntansi keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.


(21)

.(Dudi wahyudi 2011) Oleh karena itu, akuntansi merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam sistem perpajakan terutama yang menganut system Self Assessment. (Gunadi:2001)

Menurut Yoseph salah satu pegawai pajak mengatakan Apabila dilihat dari sudut pandang wajib pajak(Perusahaan), pajak Dianggap sebagai beban, fenomena yang terjadi di beberapa perusahaan atau wajib pajak Badan adalah, dikarnakan system pajak di indonesia menganut self assessment system dimana wajib pajak diberi wewenang untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terhutang. sehingga banyak perusahaan berusaha menekan seminimal mungkin pajak yang terhutang dengan cara menyembunyikan jumlah penghasilannya, banyak juga wajib pajak yang membuat informasi akuntansi keuangan atau pembukuan dengan asal-asalan sehingga banyak ditemukan informasi akuntansi keuangan yang di sampaikan tidak akurat dan tidak lengkap, (Yoseph: 2012)

Masih menurut Yoseph Informasi akuntasi yang lengkap adalah informasi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. Informasi keuangan juga hanya menghendaki pengungkapan seluruh fakta keuangan yang penting, melainkan juga penyajan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak akan menyesatkan pembacanya, untuk itu maka harus terdapat klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. Demikian pula dengan semua fakta atau informasi harus dikatakan dengan jelas dan lengkap.(Yoseph 2012)

selain itu masih banyak kesalahn yang dilakukan oleh wajib pajak misalnya kesalahan menghitung jumlah pajak penghasilan terhutang, terlambat melakukan


(22)

pembayaran pajak dan pelaporan SPT. Kesalahan tersebut disebabkan Informasi akuntansi keuangan yang dilampirkan dalam SPT tidak memberikan informasi yang andal, sedangkan keterlambatan pembayaran SPT dan pelaporan terkait dengan keterlambatan penyusunan laporan keuangan yang menjadi dasar penentuan pajak penghasilan terhutang terlambat dan tidak menyampaikan SPT juga menimbulkan dampak negatif berupa tidak diperolehnya kualitas informasi akuntansi keuangan yang andal dalam mengambil keputusan dan masih terdapat wajib pajak yang belum mematuhi kewajiban pajaknya dan tidak menyampaikan informasi akuntansi keuangan sehingga tingkat tercapainya penerimaan pajak penghasilan sesuai dengan target yang ditetapkan belum efektif. (Gunadi:2000)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan judul: “PENGARUH KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM”.(Survey Pada KPP Madya Bandung)


(23)

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena di latar belakang penelitian, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1.

Masih rendahnya kepercayaan wajib pajak dan persepsi wajib pajak yang masih negatif mengenai Perpajakan Serta kurangnya pemahaman mengenai sosialisasi pajak.

2.

Dalam Pelaksanaan Self Assessment System masih banyak menimbulkan masalah salah satunya kesulitan dalam menghitung pajak.

3. Tidak diperolehnya kualitas informasi akuntansi keuangan yang lengkap dan akurat.

1.2.2.Rumusan Masalah

1) Bagaimana Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Pada KPP Madya Bandung

2) Bagaimana Persepsi Wajib Pajak terhadap Pelaksanaan Self Assessment system Pada KPP Madya Bandung

3) Bagaimana Pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya Bandung 4) Seberapa Besar pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan dan

Persepsi Wajib Pajak terhadap Pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya Bandung.


(24)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai KualitasInformasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak Pribadi terhadap pelaksanaan Self Assessment System dengan mengumpulkan data dan informasi yang kemudian dianalisa untuk memperoleh hasil yang diharapkan 1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini Adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas informasi Akuntansi keuangan Pada KPP Madya Bandung.

2. Untuk mengetahui Persepsi wajib pajak pribadi pada KPP Madya Bandung 3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya

Bandung

4. Untuk Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas informasi akuntansi dan persepsi wajib pajak terhadap pelaksaan self assessment system pada Madya Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :


(25)

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti :

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman teoritis lebih mendalam mengenai Kualitas informasi akuntansi keuangan , persepsi wajib pajak dan Self Assessment system di kehiduan nyata sehingga dapat menjadi tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Bagi KPP Madya Bandung

Hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan masukan untuk KPP Pratama di Wilayah Bandung mengenai Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan, Persepsi Wajib Pajak dan Self Assessment System.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama yaitu mengenai Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan, Persepsi Wajib Pajak dan Self Assessment System.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi yang berguna bagi Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Pelaksanaan Self Assessment System


(26)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini Penulis Berencana Melaksanakan penelitian pada KPP Madya Bandung . Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada tanggal 3 Oktober 2012 - 29 Januari 2013.

Table 1.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Oktober 2012 November 2012 Desember 2012 Januari 2013 Februari 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Proposal a. Pengumpulan Proposal b. Proses Bimbingan Proses usulan Penelitian a. Pendaftaran seminar UP b. Seminar UP c. Revisi Seminar UP Proses Skripsi a. Bimbingan setelah UP b. Pendaftaran sidang c. Pelaksaanaan sidang


(27)

(28)

2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variable yang akan diteliti.

2.1.1 Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan

2.1.1.1Pengertian Kualitas Informasi

Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang. Karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya. Namun secara umum orang menyatakan bahwa kualitas adalah sesuatu yang mencirikan tingkat dimana suatu produk memenuhi keinginan atau harapan. Pengertian menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain:

Devinisi Kualitas Informasi menurut (Kusrini 2007:8) mengatakan bahwa: “.Informasi yang berkualitas adalah informasi yang memliki 3 kriteria yaitu, Akurat, Tepat pada Waktunya, dan Relevan”

Menurut Hanif (2007:114) Berpendapat bahwa:

“Kualitas Informasi Merupakan suatu himpunan prinsip, prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan sehingga laporan tersebut dapat dimengerti, diperbandingkan, dan tidak menyesatkan


(29)

ketepatan waktu, relevansi,dan realibilitas. 2.1.1.2 Pengertian Informasi Akuntansi Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI (2001) menjelaskan bahwa : “Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Sedangkan Menurut Susan (2009:273) Mengungkapkan:

“Informasi keuangan merupakan suatu data, fakta dan pengamatan yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya” dan Menurut Wilkinson (2000:16) adalah sebagai berikut:

“Suatu data yang menghasilkan informasi catatan prestasi (score keeping) perusahaan untuk digunakan oleh pihak-pihak luar perusahaan. Biasanya informasi ini disajikan dalam bentuk neraca, ikhtisar laba rugi, dan ihktisar arus kas. Semua ilhtisar keuangan yang disiapkan oleh informasi akuntansi keuangan didasarkan pada prinsi-prinsi akunting yang diterima secara umum (generally accepted accounting principles atau GAAP)”

Dari definisi-definisi para ahli diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa kualitas informasi akuntansi keuangan adalah Suatu data yang menghasilkan informasi catatan prestasi (score keeping) perusahaan untuk digunakan oleh pihak-pihak luar perusahaan yang sesuai dengan tujuan dan manfaat nya.


(30)

Informasi akuntansi yang berkualitas. Untuk dapat menghasilakan hal ini maka informasi tersebut haruslah berguna bagi yang akan memakainya”.

1. Akurat (accurate)

Akurat adalah infromasi bebas dari kesalahan yang bersifat material namun demikian materialitas tidak memiliki nilai yang absolut. Dan hanya merupakan konsep masalah spesipik. Yang berarti bahwa, dalam beberaa kasus, informasi harus akurat, informasi yang sempurna tidak dapat disediakan dalam kerangka waktu keputusan pemakai. Oleh karena itu, dalam menyiapkan informasi, para desainer system mencari keseimbangan antara informasi seakurat mungkin, tetapi tetap cukup tepat waktu, agar berguna. Dalam pengertian ini maka akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Ukuran kekuratan informasi amat berfariasi dan amat tergantung pada sifat informas yang dihasilkan. Semakin kritis sifat suatu informasi, akan semakin tinggi keakuratan yang diperlukan. Sehingga semakin tinggi tingkat kepuasan yang diberikan kepada penggunanya.

2. Ketepatan

Umur informasi merupakan faktor yang kritirial dalam menentukan kegunaanya. Ketepatan adalah informasi harus tidak tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya. Ketepatan adalah kegiatan menyajukan


(31)

nilai kegunaanya akan lebih rendah karena keputusan bisinis yang cepat dianggap lebih baik daripada keputusan yang lambat. Dalam tingkat persaingan yang tinggi, keputusan yang salah namun dianggap lebih cepat lebih baik daripada keputusan yang benar namun lambat dikeluarkan. Bila informasi diperlukan sewaktu-waktu maka diharapkan informasi tersebut dapat disediakan secepat waktu yang dierlukan.untuk masalah seperti situasi keterlambatan informasi akan menyebabkan informasinya tidak berguna, karena sudah tidak diperlukan lagi.

3. Relevan (relevance)

Relevan adalah isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian laporan ini dapat mendukung keputusan. telah ditentukan bahwa hanya data yang relevan dengan tindakan pemakai yang memiliki kandungan informasi. Oleh karena itu system informasi harus menyajikan hanya data relevan dalam laporannya. Laporan yang berisi data yang tidak relevan hanya memboroskan sumber daya dan tidak produktif bagi pemakai. Informai hendaklah sesuai (relevan) dengan tujuan yang akan dicapai. Data yang sama seringkali perlu diolah secara berbeda untuk memeroleh informasi yang sesuai dengan keperluan unit masing-masing. Artinya informasi yang relefan akan memberikan dan memunyai manfaat untuk pemakainya. Dan


(32)

Lengkap adalah tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang. Misalnya, sebuah laporan harus menyajikan semua perhitungan yang diperlukan dan menyajikan pesannya dengan jelas tanpa ambigu.

2.1.2 Persepsi Wajib Pajak

2.1.2.1Pengertian Persepsi

Pengertian Persepsi Menurut Desirato Yang dikutip Oleh Jalaludin Rakhmat (2003:51) Adalah:

“Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dapat dikatakan sebagai pemberian makna pada stimuli indrawi”

Sedangkan Pengertian Menurut Jiseph A. Devito yang dikutip Oleh Deddy Mulyana (2000:168) adalah:

“Proses menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita”

Senada dengan hal tersebut Bimo Walg (2001:119) mengatakan pengertian persepsi adalah:

“ Proses pengorganisasian, penginterpretas terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan tivitas yang integrated dalam diri individu”


(33)

Proses menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. 2.1.2.2Pengertian Wajib Pajak

Berikut ini merupakan definisi mengenai wajib pajak menurut beberapa sumber yaitu:

Menurut Waluyo (2008:23) menjelaskan bahwa:

“Wajib pajak adalah orang peribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan” Menurut Siti Resmi (2008:19) pengertian wajib pajak adalah:

“Wajib pajak (wp) adalah orang peribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang0undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”

Sedangkan Undang-undang No.28 Tahun 2007 mengatakan:

“Wajib pajak adalah orang peribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.’

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu wajib pajak orang peribadi dan wajib pajak Badan yang memiliki hak an kewajiban.


(34)

yaitu:

a) Kepribadian semua corak kebiasaan menusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan dari luar maupun dari dalam.

b) Motif, merupakan factor internal yang dapat merangsang perhatian, adamya motif menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan juga sebaliknya.

c) Kepentingan hal yang paling utama yang diinginkan diperoleh atau yang ingin didapatkan yang dapat berguna bagi individu

d) Pengalaman masa lalu, suatu rangsangan yang muncul atau terjadi secara berulang-ulang akan menarik erhatian sebelum mencapai titik jenuh.

e) Harapan, yang akan menentukan pesan nama yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang diilih tersebut akan ditata dn diinterprestasikan.


(35)

manusia agar tertarik membayar pajak. Menurut rahmat (2005), ditentukan indikator persepsi wajib pajak yang berkaitan dengan perpajakan yaitu:

a. Memahami sosialisasi pajak yang dilakukan pemerintah. b. Pengetahuan tentang prosedur administrasi perpajakan. c. Pengalaman dalam pelayanan petugas pajak.

2.1.3 Self Assessment System

2.1.3.1 Pengertian Self Assessment System

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009:101) Menjelaskan Bahwa:

Self assessment system adalah suatu system perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.”

Menurut Sri (2003:8) definisi Self Assessment system adalah

“Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan ke kantor pelayanan pajak dan menyetor pajaknya sendiri ke kas Negara”

menurut Mardiasmo (2005:207) pengertian self assessment system Yaitu: “memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya hutang pajak”


(36)

Self assessment system adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Self Assessment system adalah suatu system yang pelaksanaan pemungutan pajak diserahkan sepenuhnya kepada wajib pajak sehingga pemerintah hanya melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pajak yang dihitung rakyatnya.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Self Assessment System

Agar self Assessment System ini bias menjadi berhasil sesuai dengan harapan fiskus maka berhasil sesuai dengan harapan fiskus, maka pastinya ada beberapa factor yang mempengaruhinya yang harus diperhatikan baik oleh fiskus maupun oleh wajib pajak sebagaimana dinyatakan oleh Rachmat Soemitro dalam Harapan (2004:44) Bahwa keberhasilan Self Assessment System ditentukan oleh:

a. Kesadaran pajak dari wajib pajak b. Kejujuran wajib pajak

c. Hasrat untuk membayar ajak d. Disiplin dalam membayar pajak


(37)

Rahayu(2010, 103) menjelaskan bahwa:

1. Mendaftarkan Diri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media ekektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2. Menghitung pajak oleh wajib pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan 17tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan, memperhitungkan adalah merugikan pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikelan sebagai kredit pajak (prepayment)

3. Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak a. Membayar Pajak

 Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap


(38)

pemerintah

 Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, bea materai.

b. Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-playment).

c. Pemotongan dan Pemungutan

Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26, PPh final pasal 4 (2),, PPh Pasal 15, dan PPN dan PPnBM merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa18 diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan pajak masukan. 4. Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui


(39)

dilakukan.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya : Tabel 2.1

Hasil penelitian sebelumnya

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Dan Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Evektifitas Self Assessment System Ari Bramasto Vol.10,No.2 2012

Keatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap evektifitas self assessment system dan kualitas informasi akuntansi keuangan secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap efektivitas self assessment syste, Meneliti tentang kualitas informasi akuntansi keuangan Tidak meneliti tentang persepsi wajib pajak peribadi 2 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan Mengenai Undang-Undang Pajak Penghasilan Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System

Pada Bums Dan Bumd Kantor Palayanan Pajak

Proses belajar motivasi dan kepribadian secara bersama-sama

berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi wajib pajak badan mengenai UU pajak penghasilan baik wajib pajak badan BUMS maupun BUMD masing-masing variab

lemempunyai pengaruh

Meneliti tentang self assessment system dan persepsi wajib pajak Tidak meneliti kualitas informasi akuntansi keuangan.


(40)

Bisnis No.2 Jilid 7, Tahun 2002

3 A Study on

Self-Assessment Tax

System Awareness in Malaysia

Choong Kwai Fatt and Edward Wong Sek Khin (2011) ISSN 1991-8178

This study providesan important insight that the Malaysian tax policy makers and the IRBM

ought to seriously

consider a simplerand pragmatic tax assessment system, tailor make for petty traders to achieve

tax administrative

complianceefficience Meneliti self assessment system Tidak meneliti kualitas informasi akuntansi dan persepsi wajib pajak . 4 Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi

Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System: Suatu Studi Di Bangkalan Tarjo & Indra Kusumawati

JAAI Volume.1,Juni 2006:101-120

Self assessment system di bangkalan belum

terlaksana dengan baik, karena wajib pajak masih banyak yang tidak menghitung sendiri pajak terutang nya sbelum jatuh tempo tetapi wajib pajak yang membayar pajak terutangnya tidak sesuai dengan perhitungannya. Tidak meneliti tentang kualitas informasi akuntansi keuangan Meneliti persepsi wajib pajak orang peribadi dan self assessment system 5 Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang

tingkat pemahaman Tidak meneliti

Meneliti persepsi


(41)

Suatu Studi Di Bangkalan Ni luh supadmi1 Wiwik andryan

perpajakan termasuk dalam kriteria paham. Hal itu berarti bahwa wajib pajak orang pribadi memahami dan sadar pada

kewajibannya, yaitu kewajiban menghitung, memperhitungkan, membayar,

dan melaporkan pajak penghasilannya.

system

6

Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: The Case of Salaried Taxpayers in Malaysia after Implementation of the Self- Assessment System Vol.8,no.1,pp.32-63

The model also describes the path coefficients for tax knowledge and tax complexity

on fairness perceptions. The results showed that generally, tax knowledge had effects

on fairness perceptions to a certain degree, except for horizontal fairness. In particular,

general knowledge had a significant positive influence (at the 0.005 level) on five

dimensions of fairness (excluding horizontal fairness and retributive

Meneliti self assessment system, dan wajib pajak Tidak meneliti kualitas informasi akuntansi dan persepsi wajib pajak.


(42)

fairness,

retributive fairness and personal fairness, while legal knowledge was only significant

in shaping taxpayers perceptions on retributive fairness. All paths were in positive

directions.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam sistem perpajakan dikenal Self assessment system, Official assessment system, dan Witholding tax system. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) Official assessment system adalah dimana wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus. Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Sedangkan Witholding Tax System adalah dimana wewenang pemungutan ada pada pihak ketiga. Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

Sedangakan menurut Uwon Gustiawan S. (2006), Self assessment system adalah system pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, Ciri-cirinya antara lain wewenang


(43)

Dalam self assessment system, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan: 1) Mendaftarkan diri ke KPP, 2) Menghitung pajak oleh wajib pajak, 3) Membayar pajak, 4) Pelaporan dilakukan oleh wajib pajak. Sedangkan pejabat pajak hanya merupakan Pembina dan pengawas yang memastikan bahwa setiap wajib pajak telah melaksanakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan (Siti Kurnia Rahayu,2010:103).

Disamping itu, Bim Walg (2001:119) mengatakan pengertian persepsi adalah: “ Proses pengorganisasian, penginterpretas terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan tivitas yang integrated dalam diri individu” Bimo Walg (2001)

Rahmat (2005) membagi persepsi menjadi dua bagian besar, yaitu persepsi interpersonal dan persepsi objek. Persepsi interpersonal adalah persepsi pada manusia dan persepsi objek adalah persepsi selain pada manusia

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ari Bramasto mengatakan Informasi akuntansi dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, maka informasi tersebut harus berkualitas. Kualitas suatu informasi akuntansi adalah informasi akuntansi keuangan merujuk pada kemampuan informasi tersebut efektif dalam pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang efektif harus


(44)

bahwa kualitas informasi akunatansi keuangan yang terdiri dari benar, lengkap dan jelas secara simultan dan parsial (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas self assessment system.

Berdasarkan Kerangka pemikiran diatas maka pardigma penelitiannya yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Kualitas Informasi Akuntansi keuangan

(X1)

Persepsi Wajib Pajak

(X2)

Self Assessmentsystem (Y)

1. Menurut Puji Lestari, (2010) 2. Bayu Priyohadi (2010) 3. Dwi Ratna Apriyani (2010)


(45)

Adapun teory penghubung pengaruh kualitas informasi keuangan terhadap pelaksanaan self assessment system adalah:

Gunadi (2001:52) menerangkan bahwa :

“Kualitas utama agar informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan, minimal harus berintikan relevansi, keandalan, komparabilitas, dan konsistensi. Jika unsur-unsur tadi bobotnya kurang, maka informasi akuntansi tidak akan berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, akuntansi merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam sistem perpajakan terutama yang menganut sistem Self Assessment.”

2.2.2 Hubungan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Self Assessment System

Menurut Puji Lestari, (2010) menjelaskan:

“Tingkat pemahaman wajib pajak pada pelaksanaan self assessment system dalam melaksanakan kewajiban perpajakan diukur berdasarkan pemahaman wajib pajak pada kewajiban menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak terutang”

Menurut Bayu Priyohadi (2010) mengatakan bahwa:

Agar Pelaksanaan self assessment system berjalan dengan baik maka diperlukan persepsi yang baik atau posistif dari para wajib pajak khususnya masyarakat pada Umumnya. Terciptanya persepsi yang baik oleh wajib pajak orang peribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dapat memperngaruhi persepsi wajib pajak terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan harapan dianggap sebagai keadaan dalam peribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Dan Dwi Ratna Apriyani (2010) menyimpulkan Bahwa:

Semakin Besar harapan yang dimiliki oleh wajib pajak maka pemenuhan akan kewajiban perpajakan wajib pajak akan semakin meningkat begitu pula dengan kepribadian. Semakin baik kepribadian wajib pajak maka semakin baik pelaksaan perpajakannya sehingga dapat memberikan perpsepsi yang positif terhadap pelaksanaan self assessment system


(46)

“Hipotesisi merupakan jawaban sementara terhadap rumus-rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian tori dan masih harus diuji kebenarannya”.

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat diambil hipotesis yaitu :

“Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak berpengaruh terhadap Pelaksanaan Self Assessment System.”


(47)

1

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan.

Adapun Pandapat Husein Umar (2006:13) menjelaskan bahwa:

“Objek penelitian adalah menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bias juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.

Objek penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah Kualitas informasi akuntansi, persepsi wajib pajak dan self assessment system. Penelitian ini dilakukan pada KPP Madya Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Menurut Sugiyono (2005:5), metode penelitian bisnis adalah :

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, sesuatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bisnis”.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verivikatif. Dengan menggunakan metode tersebut untuk membuktikan.


(48)

2

mengungkapkan, dan mengumpulkan permasalahan menjadi satu jawaban dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara sistematis.

Metode Deskriftif menurut Moch. Nasir (2005:54) menjelaskan bahwa:

“Metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system, pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai tiga, data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang dipelajari.

Metode Verifikatif menurut Masyhuri (2009:45) menjelaskan bahwa:

“Metode verivikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Penelitian ini dimaksud untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistic. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh X1, X2 terhadap variabel Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.

Menurut Sugiyono (2009:13) menjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori yang menjelaskan bahwa:


(49)

3 Proses peneltian meliputi :

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesisi

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah ditemukan dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat, seperti Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi dan Persepsi Wajib Pajak terhadap pelaksanaan Self Assessment System Pada KPP Madya Bandung.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data, Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas informasi akuntansi pada KPP Madya Bandung 2. Bagaimana persepsi wajib pajak pada KPP Madya Bandung

3. Bagaimana pelaksanaan self assessment system Pada KPP Madya Bandung


(50)

4

4. Seberapa besar pengaruh kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan self assessment system secara parsial dan simultan. Pada KPP Madya Bandung.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan.

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah pada variabel Kualitas informasi akuntansi, persepsi wajib pajak, dan self assessment system. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah toritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan rasional.

4.Pengujian hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Pengaruh Kualitas Informasi akuntansi dan Persepsi Wajib pajak terhadap Pelaksanaan Self Assessment System.

5.Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriftif dan verifikatif. Metode deskriftif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua dan ketiga yaitu:


(51)

5

1.Bagaimana kualitas informasi akuntansi pada KPP Madya Bandung 2.Bagaimana persepsi wajib pajak pada KPP Madya Bandung

3.Bagaimana pelaksanaan self assessment system KPP Madya Bandung

Sedangkan metode verivikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah keempat yaitu: Seberapa besar pengaruh kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan self assessment system secara parsial dan simultan. Pada KPP Madya Bandung

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument yang digunakan sebagai alat pengumpul data berbentuk kuesioner tertutup.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

Digunakan Unit Analisis

Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive

dan Survey Wajib Pajak Orang Pribadi Cross Sectional

T-2 Descriptive Descriptive dan Survey Wajib Pajak Orang Pribadi Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive Wajib Pajak Cross


(52)

6

dan Survey Orang Pribadi Sectional T-4 Descriptive dan Explanatory Survey Descriptive & Explanatory Survey Wajib Pajak Orang Pribadi Cross Sectional Sumber : Umi Narimawati (2007:85)

3.2.2 Operasionel Variabel

Sebelum mengadakan penilaian dalam penelitian, penulis harus menentukan operasional variabel, hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian

Menurut Jonathan Sarwono (2006:67) Operasional variabel adalah:

“Variabel harus didevinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara suatu variabel dengan lainnya dan pengukurannya” Masih menurut Jonathan Sarwono (2006:67) manfaat operasional variabel adalah:

1. Mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan

2. Menunjukan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional

3. Mengetahui bahwa devinisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.”

Sedangkan variabel itu sendiri menurut Sugiyono (2008:59) adalah:

“Suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”

Adapun Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X1) dan (X2)

Variabel independen adalah variabel yang tidak terkait oleh factor-faktor lain, tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel lain.


(53)

7

Seperti yang diuangkapkan oleh sugiyono (2008:59)

“variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen”

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas informasi akuntansi keuangan dan perpsepsi wajib pajak

2. Variabel Devenden (Y)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah self assessment system.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala

Kualitas Informasi Akuntansi keuangan (X1)

Salah satu unsur yang terkait dengan penyelenggaraan pembukuan wajib pajak adalah laporan keuangan (Informasi Akuntansi Keuangan). Gunadi (2001) menerangkan bahwa Kualitas utama agar informasi

akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan, minimal harus berintikan relevansi, keandalan, komparabilitas, dan konsistensi. Jika unsur-unsur tadi bobotnya kurang, maka informasi akuntansi tidak akan berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 1. Akurat 2. Ketetapan 3. Relevan 4. Lengkap (Gunadi 2001) Ordinal


(54)

8 Persepsi

Wajib Pajak (X2)

Pengertian Persepsi Menurut Desirato Yang dikutip Oleh Jalaludin Rakhmat (2003:51) Adalah:

“Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dapat dikatakan segabai pemberian makna pada stimuli indrawi Bimo Walg (2001) mengatakan pengertian persepsi adalah:

“Prosespen,gorganisasian,penginterpre tas terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan tivitas yang integrated dalam diri individu” Bimo Walg (2001) 1. Pengalaman dalam pelayanan petugas 2. Pengetahuan tentang perpajakan 3. Memahami sosialisasi pajak yang dilakukan pemerintah (Rahmat 2005) Ordinal Self Assesment System (Y)

Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. (Siti Kurnia Rahayu:2009, 101)

1. Mendaftarkan diri 2. Menghitung Pajak 3. Membayar Pajak 4. Melaporkan paja

(Siti Kurnia Rahayu 2010)

Ordinal

Dalam operasionalisasi variable ini, semua varibel menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indrianto dan bambang (2002 : 98) yaitu :

“Skala Ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang di luar ukur”. Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen


(55)

9

pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Skala likert menurut Sugiyono (2006:86) adalah sebagai berikut :

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut menurut Sugiyono (2011):

Tabel 3.3

Skor Pernyataan Positif Dan Negatif

No Keterangan Skor

Positif

Skor Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Kurang Setuju 3 3

4 Tidak setuju 2 4

5 Sangat tidak setuju 1 5

3.2.3 Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti mengenai “ Pengaruh kualitas informasi Akuntansi Keuangan dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Palaksanaan Self assessment System adalah data Primer.


(56)

10

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data”

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan Dalam hal ini wajib pajak. jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesiner tertutup.

3.2.3.2Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan yaitu:

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa:

“Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang teridiri atas, objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian diatas, Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak badan yang terdaftar di KPP Madya bandung Sebanyak 700 orang.

2. Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Menurut Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa:


(57)

11

“Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Untuk mengetahui ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya, peneliti menggunakan Rumus Slovin, Menurut Husein Umar (2000, 108) berikut Rumus yang digunakan:

Sumber: Husein Umar (2000) Dimana:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10 %)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut:

n =

n =

n =

n = 87% = 87

N = N


(58)

12 Jadi n = 87 Wajib pajak badan

3.2.4 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah

Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Kuesioner

Pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang disusun sedemikian rupa dan ditujukan kepada responden berkaitan dengan masalah penelitian . Dalam hal ini adalah wajib Pajak.

Menurut Nasution (2009:128), menyatakan bahwa:

“Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat dijawab dibawah penguasaan peneliti” 2. Wawancara

Menurut Moch. Nazir, (2004:242), menyatakan bahwa:

“Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan menjawab atau responden dengan menggunakan alat interview guide (panduan wawancara).

Wawancara dilakukan pada pegawai bagian pelayanan dan PDI di KPP Madya Bandung

3. Observasi (Pengamatan Langsung)


(59)

13

“Observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan mengamati dan mengobservasi obyek penelitian atau peristiwa / kejadian baik berupa manusia, benda mati maupun alam,

Dalam penelitian ini observasi penulis mengadakan pengamatan langsung pada KPP Madya Bandung.

3.2.4.1 Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Cooper dalam Umi Narimawati (2010:42), adalah :

”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”. Sedangkan menurut Ghozali (2006:45) adalah :

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner”.

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tresebut.


(60)

14 Tabel 3.4

Standar Penilaian Untuk Validitas Validity

Category Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

Sumber: Barker et al, 2002:70

Seperti yang telah dijelaskan padan metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment.

Angka yang dipergunakan sebagai pembanding untuk melihat valid tidaknya suatu item, seperti dikemukakan Barker et al (2002:70) menyatakan bahwa :


(61)

15

“Item yang memiliki korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30 dikategorikan item valid, sedangkan yang memiliki korelasi dibawah 0,30 dikategorikan tidak valid dan akan disisihkan pada analisis selanjutnya

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows dengan metode korelasi pearson product moment yang rumusnya sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati (2010:42)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 18.0 for windows diperoleh hasil uji validitas kuesioner variabel pemeriksaan dijabarkan pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,573 0,30 Valid

Item 2 0,788 0,30 Valid

Item 3 0,656 0,30 Valid

Item 4 0,747 0,30 Valid

Item 5 0,692 0,30 Valid

Item 6 0,734 0,30 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

r

=


(62)

16 Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Wajib Pajak Badan

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,481 0,30 Valid

Item 2 0,536 0,30 Valid

Item 3 0,421 0,30 Valid

Item 4 0,487 0,30 Valid

Item 5 0,444 0,30 Valid

Item 6 0,389 0,30 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Kuesioner Pelaksanaan Self Assessment System

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,639 0,30 Valid

Item 2 0,666 0,30 Valid

Item 3 0,566 0,30 Valid

Item 4 0,406 0,30 Valid

Item 5 0,390 0,30 Valid

Item 6 0,521 0,30 Valid

Item 7 0,565 0,30 Valid

Item 8 0,557 0,30 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

3.2.4.2 Uji Realibilitas

Pengertian reliabiltas menurut Sugiyono (2011:3) sebagai berikut:

“Reabilitas adalah derajad konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”.

Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang


(63)

17

relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode split-half dari Spearman-Brown menurut Sugiono dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.Butir-butir instrument di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan genap.

2.Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. 3.Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan analisis

Korelasi

4.Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:


(64)

18

Sumber: sugiono (2010:131) Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua. Tabel 3.8

Standar Penilaian Untuk Reliabiltas Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70

Marginal 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al, (2002 : 70)

Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrument menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002:70) menyatakan bahwa:

“Sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70.” Berdasarkan pada rumus split-half diperoleh sebagai berikut:


(65)

19 Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Kuesioner Koefisien

Reliabilitas Nilai kritis Keterangan Kualitas informasi akuntansi keuangan 0,851 0,70 reliabel

Persepsi Wajib Pajak 0,705 0,70 reliabel

Self assesment system 0,856 0,70 reliabel

Sumber hasil pengolahan data 2013

3.2.4.3Uji Methode Succesive Interval (MSI)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dimana variabel X1 (Struktur Organisasi) dan X2 (Sistem Informasi Manajemen) dipasangkan dengan data variabel Y (Pengambilan Keputusan Manajemen) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum diolah data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan Methode SuccesiveInterval (MSI). Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu :

a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan.

b. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban responden.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

d. Menentukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

e. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.


(66)

20

f. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

g. Menggunakan skala dengan rumus :

(Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit) NS =

(Area Below Upper Limit) – (Area Below Upper Limit) Keterangan:

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah

h. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:

[NS + | NS min | +1 ] = Y

Proses pentransformasian data ordinal menjadi data interval dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Office Excel 2007 (Analize).

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode Kualitatif dan Kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis Kualitatif menurut sugiyono (2009:14) menjelaskan bahwa:

“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi,


(67)

21

melakukan analisis refleksi terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetai”.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebaga berikut:

1) Setiap indicator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternative jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

2) Dihitung total skor setiap variabel/ subvariabel = jumlah skor dari seluruh indicator variabel untuk semua responden.

3) Dihitung skor setiap variabel / subvariabel = rata-rata dari total skor.

4) Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistic deskriftif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk table maupun grafik. 5) Untuk menjawab deskriftif tentang masing-masing variabel penelitian ini,

digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati (2007:84 Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diambil

m = Jumlah alternative jawaban tiap item

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor actual dan ideal. Skor actual diperoleh melalui hasil

RS = N(m-1) m


(1)

35

b) Tolak Ho jika thitung < ttabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.

c) Tolak Ho jika nilai t – sign < ɑ 0,05.

3) Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

a) Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima

artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.

Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak

artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya. thitung ; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan

ttabel ; dicari didalam table distribusi t student dengan ketentuan sebagai

berikut,α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau 24-2-1=21

b) Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

Tolak ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.

Tolak Ho jika Fhitung< Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.

Tolak Ho jika nilai F-sign <ɑ ),05.


(2)

36

Sumber : Umi Narimawati (2010:54) Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

4. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya.

Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya,kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi wajib pajak berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap Pelaksanaan self assessment system.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi Wajib Pajak terhadap pelaksanaan self assesment system pada KPP Madya Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kualitas informasi akuntansi keuangan Wajib Pajak Badan pada KPP Madya Bandung secara keseluruhan berada dalam kategori baik. Namun demikian informasi akuntansi keuangan yang dihasilkan Wajib Pajak Badan pada KPP Madya Bandung Masih Ada yang kurang lengkap tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini terlihat pada hasil jawaban responden yaitu pada presentase 12,64 % bahwa informasi akuntansi keuangan yang dihasilkan sudah sangat lengkap sesuai dengan kebutuhan, pada presentasi 35,63% informasi akuntansi keuangan yang dihasilkan sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan, pada presentase 29,89% bahwa informasi akuntansi keuangan cukup lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada presentase 21,84% bahwa kualitas informasi akuntansi keuangan tidak lengkap tidak sesuai dengan kebutuhan.

2. Persepsi Wajib Pajak Badan terhadap KPP Madya Bandung secara umum berada dalam kategori cukup baik. Namun sebagian besar Wajib Pajak Badan menilai pegawai KPP Madya Bandung belum menyampaikan


(4)

prosedur yang harus dilakukan oleh wajib pajak dengan benar sehingga sebagian besar Wajib Pajak Badan pasih kurang paham dengan sosialisasi yang dilakukan oleh KPP Madya Bandung.

3. Pelaksanaan self assesment system yang dilakukan Wajib Pajak Badan di KPP Madya Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Namun sebagian besar Wajib Pajak Badan di KPP Madya Bandung cukup. mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan pajak sendiri dan juga cukup mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak.

4. Secara bersama-sama kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi Wajib Pajak memberikan pengaruh sebesar 54,4% terhadap pelaksanaan self assesment system pada KPP Madya Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas informasi akuntansi keuangan dan persepsi Wajib Pajak secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan self assesment system pada KPP Madya Bandung. Diantara kedua independen, persepsi Wajib Pajak memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pelaksanaan self assesment system pada KPP Madya Bandung dibanding kualitas informasi akuntansi keuangan. Kualitas informasi akuntansi keuangan secara parsial hanya memberikan pengaruh sebesar 14,7% terhadap pelaksanaan self assesment system, sementara persepsi Wajib Pajak secara parsial memberikan pengaruh sebesar 39.7% terhadap pelaksanaan self assesment system.


(5)

5.2 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Dan Persepsi wajib Pajak Badan terhadap Pelaksanaan Self Assessmnet System, maka penulis akan memberikan saran yang dapat digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya bandung yaitu sebagai berikut:

1. Kualitas informasi keuangan wajib pajak yang diperiksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying agar lebih ditingkatkan lagi supaya informasi yang diberikan wajib pajak kepada pemeriksa pajak memenuhi kriteria tujuan kualitatifnya seperti wajib pajak agar memberikan informasi keuangannya sesuai dengan kondisi nyata dari wajib pajak itu sendiri, serta Kantor Pelayanan pajak Madya Harus menyediakan fasilitas yang berbasis teknologi informasi yang dapat memonitoring seluruh data informasi akuntansi keuangan wajib pajak, sehingga dapat membandingkan SPT (Surat Pemberitahuan) wajib pajak dengan data atau informasi wajib pajak dan data dari pihak ketiga dan atau informasi lain.

2. Kantor Pelayanan Pajak Madya harus Mengadakan sosialisasi aturan atau ketentuan baru perpajakan jangka pendek untuk berlangsungnya pemenuhan kewajiban perpajakan dengan benar, misalnya menyampaikan SPT dengan tepat waktu, dan menyampaikan Informasi Pajak terhutang sesuai dengan kebenarannya. sementara untuk jangka panjang adalah bagaimana membentuk masyarakat untuk tau dan paham pajak sehingga pada akhirnya sadar dan peduli terhadap pajak.

3. Kantor Pelayanan Pajak Madya Harus Menyediakan fasilitas yang dapat mempermudah wajib pajak dalam menghitung serta membayar pajak,


(6)

misalnya menyediakan buku panduan dalam pembayaran dan perhitungan pajak, serta tidak mempersulit prosedur dalam menghitung dan pembayaran pajak.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

4 30 56

Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

1 15 74

Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada WP Badan Di KPP Pratama Bandung Tegallega)

0 2 1

Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (survey Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying)

0 9 1

Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Pemeriksaan Pajak Dan Implikasinya Terhadap Tax Evasion (Survey Pada wajib Pajak Badan Di KPP Madya Bandung)

0 2 1

Pengaruh Perilaku Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Self Assessment System (Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

0 2 1

Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi keuangan Dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Pelaksanaan self Assessment System (Survei Pada Kantor pelaynana Pajak Pratama Soreang )

2 16 43

Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System dan Implikasinya Pada Kepatuhan Perpajakan (Survey pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas)

6 34 82

Pengaruh teknologi informasi, sanksi pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan pajak : (survey terhadap wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

7 25 76

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Efektivitas Sistem Self Assessment.

0 0 15