Bagi Peneliti Bagi Peneliti Lain

2.2.2 Konteks

Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Sementara Purwo 2001:4 menjelaskan konteks adalah pijakan utama dalam analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan petutur, tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut. Preston dalam Supardo, 2000:46 menjelaskan bahwa konteks sebagai seluruh informasi yang berada di sekitar pemakai bahasa termasuk pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Dengan demikian, hal-hal seperti situasi, jarak tempat dapat merupakan konteks pemakaian bahasa. Hal ini menekankan pentingnya konteks dalam bahasa, yaitu dapat menentukan makna dan maksud suatu ujaran. Supardo 2000:46 membagi konteks menjadi konteks bahasa linguistik dan konteks di luar bahasa nonlinguistik. Konteks bahasa berupa unsur yang membentuk struktur lahir, yakni bunyi, kata, kalimat, dan ujaran atau teks. Konteks nonbahasa adalah konteks yang tidak termasuk unsur kebahasaan. Berbeda dengan ahli-ahli di atas, Hymes via Sudaryat, 2009:146-150 menjabarkan konteks menjadi delapan jenis pertama latar setting, waktu, tempat yaitu mengacu pada tempat ruang-space dan waktu atau tempo ritme terjadinya percakapan. Kedua peserta particip ant mengacu pada peserta percakapan, yakni pembicara dan pendengar. Ketiga hasil ends mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan. Keempat amanat message mengacu pada bentuk dan isi amanat. Kelima cara key ,mengacu pada semangat melaksanakan percakapan. Keenam sarana instrument, jalur chanel mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis dan mengacu pula pada variasi bahasa yang digunakan. Ketujuh norma mengacu pada perilaku peserta percakapan. Kedelapan jenis atau genre yaitu mengacu pada kategori bentuk dan ragam bahasa. Konteks dapat berupa orang atau benda, tempat, waktu, bahasa, alat, dan tindakan. Konteks berupa orang adalah siapa yang berbicara dan dengan siapa ia berbicara. Konteks berupa tempat adalah di mana ujaran tersebut diucapkan, bagaimana kondisi masyarakatnya dan norma yang ada di masyarakat. Konteks berupa waktu adalah kapan ujaran tersebut diucapkan dan dalam situasi bagaimana. Konteks berupa bahasa adalah bahasa yang mendahului peristiwa tutur tersebut. Konteks berupa tindakan adalah seluruh perbutan yang berupa unsur di luar bahasa.

2.2.3 Tindak Tutur Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin 1962. Teori

tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle, dalam semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi lebih merupakan hasil dari perilaku tindak tutur Searle 1969 dalam Suwito 1983:33. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan inti dari komunikasi.