penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa financial lease.
33
5. Prinsip jasafee al-ajr walumullah
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank garansi, kliring, inkaso, jasa,
transfer, dll. Secara syari’ah, prinsip ini didasarkan pada konsep al-ajr wal umulah.
C. MUDHARABAH: KARAKTERISTIK DASAR BANK SYARI’AH
Karakteristik dasar bank syari’ah adalah penggunaan sistem mudharabah sebagai ganti sistem bunga. Mudharabah adalah akad transaksi antara dua pihak yang salah satu
pihak menyerahkan harta modal kepada yang lain agar diperdagangkan, dengan pembagian keuntungan di antara keduanya sesuai dengan kesepakatan.
34
Saat berhubungan dengan nasabah penyimpan dana maka bank bertindak sebagai pengelola
dana mudharib sedangkan saat berhubungan dengan nasabah penerima dana maka bank bertindak sebagai penyandang dana shahibul m l.
35
Dengan nasabahnya baik
33
Dikatakan oleh Muhammad dalam salah satu sesi pada Short Course Perbankan Syari’ah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta pada bulan Desember 2006 bahwa bai’ al-takjiri atau ijarah al-
muntahiya bit-tamlik bukanlah seperti praktek leasing sewa-beli yang dikenal saat ini. Praktek
leasing konvensional mengenal sistem sewa-beli sebagai berikut: A menjual barang kepada B. Dalam
akad mereka, A berjanji menyewa barang yang dijualnya tadi kepada B. Hal ini dilarang dalam Islam karena ada dua akad dalam satu transaksi. Mengenai dua akad dalam satu transaksi lainnya yang tidak
dibolehkan adalah jual-beli inai, yaitu contohnya A menjual barang kepada B namun dengan perjanjian suatu ketika A akan membeli lagi dari B.
34
Khalid Syamhudi,
Hakikat Mudharabah,
Online, http:www.almanhaj.or.idindex.php?action=more article_id=2073bagian=0
, 2006.
35
Istilah inilah yang lazim dikenal saat ini di dunia perbankan syari’ah. Menurut saya, istilah ini selayaknya diperbaiki karena bagaimanapun juga bank bukanlah pemilik dana melainkan hanya
perantara wakil. Hal inilah yang dikritik oleh Zaim Saidi dalam Contradictio in Terminis: Kritik Atas Perbankan Syariah.
Disebutkan olehnya pada halaman 60 bahwa bank menelikung dana umat karena kadang bank bertindak sebagai mudharib dan kadang sebagai shahibul m l padahal yang dikelolanya
adalah dana nasabah. Kritik Saidi ada benarnya, namun Saidi tampaknya tidak mengetahui bahwa nasabah penyimpan dana sudah sepakat dengan sistem mudharabah dan membagi keuntungan dengan
bank sebagai mediator. Maka, hal itu adalah sah menurut pandangan Islam.
penyimpan maupun pengelola, bank membagi keuntungan dengan nisbah rasio tertentu, misalnya 40:60, 50:50, 49:51, dsb.
36
Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu:
37
1. Mudharabah mutlaqah unrestricted
Pemilik dana memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada pengelola dana untuk menginvestasikan atau memutar uangnya.
2. Mudharabah muqayyadah restricted
Pemilik dana memberi batasan kepada mudharib. Di antara batasan ini, misalnya, adalah jenis investasi, tempat investasi, serta pihak-pihak yang dibolehkan terlibat
dalam investasi. Pada jenis ini, penyandang dana dapat pula mensyaratkan kepada pengelola dana untuk tidak mencampurkan hartanya dengan dana al-mudharabah.
D. KEBOLEHAN BAGI BANK MENJUAL BARANG DENGAN HARGA LEBIH