dimaksud dengan ayat 130 surah 2li Imr,n, termasuk redaksi berlipat ganda dan penggunaannya sebagai dalil, sama sekali tidak bermakna bahwa riba harus
sedemikian banyak. Ayat ini menegaskan tentang karakteristik riba secara umum bahwa dia mempunyai kecenderungan untuk berkembang dan berlipat ganda sesuai
dengan berjalannya waktu. Dengan demikian, redaksi ini berlipat ganda menjadi sifat umum dari riba dalam terminologi syara’ Allah dan Rasul-Nya.”
B. SISTEM OPERASIONAL BANK SYARI’AH
Untuk menghindari riba, maka dikonseplah suatu sistem perbankan yang sesuai dengan syari’ah. Maka, dihasilkan konsep perbankan syari’ah. Secara garis besar,
hubungan ekonomi berdasarkan syari’ah ditentukan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep dasar aqad.
29
Muhammad menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:
30
1. Prinsip simpanan murni al-wadi’ah
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syari’ah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan. Dalam
dunia perbankan konvensional, al-wadi’ah identik dengan giro. 2.
Bagi hasil syirkah Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara
29
Muhammad, op. cit., hlm. 86.
30
Ibid., hlm. 87.
bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.
Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan tabungan dan deposito maupun pembiayaan,
31
sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan atau penyertaan.
3. Prinsip jual beli at-tijarah
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank,
32
kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan margin. Implikasinya dapat berupa murabahah, salam, dan istishna’. 4.
Prinsip sewa al-ijarah Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis: 1 ijarah, sewa murni, seperti
halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya operating lease. Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah
kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah. 2 Bai’ al-takjiri atau ijarah al-muntahiya bit-tamlik merupakan
31
Dalam perbankan konvensional, istilah pembiayaan identik dengan istilah kredit. Hal ini dikarenakan tidak semua pembiayaan dikredit atau diangsur, misalnya pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
32
Saya pribadi melihat kerancuan konsep pada hal ini. Ketika nasabah menginginkan suatu barang dan mengatakan kepada bank bahwa dia menginginkan suatu barang, kemudian bank membelikan barang
dengan mengangkat nasabah sebagai wakil bank untuk membeli. Kemudian nasabah membawa barang kepada bank dan bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan angsuran. Meski akadnya
nasabah menjadi wakil bank saat membeli barang, namun proses ini hampir sama dengan utang- piutang karena yang membeli barang adalah sang nasabah sendiri. Akan lebih aman jika bank membeli
barang namun didampingi oleh nasabah. Sistem murabahah merupakan sistem bank syari’ah yang hampir mirip sistem bank konvensional dan perlu diwaspadai.
penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa financial lease.
33
5. Prinsip jasafee al-ajr walumullah
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank garansi, kliring, inkaso, jasa,
transfer, dll. Secara syari’ah, prinsip ini didasarkan pada konsep al-ajr wal umulah.
C. MUDHARABAH: KARAKTERISTIK DASAR BANK SYARI’AH