2.1.4 Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak di hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi
sangat panas atau sangat dingin Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006.
2.1.5 Konsep “Set-Point” untuk pengaturan suhu
Berdasarkan studi yang ada, ditemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terjadi perubahan kecepatan dan perbandingan antara pembentukan dan kehilangan
panas. Contohnya, pada suhu di atas 37,1 C, panas akan lebih cepat menghilang
dari pada terbentuk. Pada kasus ini 37,1 C disebut suhu kritis, atau pada topik kali
ini disebut set-point pada mekanisme pengaturan suhu. Mekanisme di sini adalah segala segala bentuk mekanisme pengaturan suhu tubuh agar kembali mendekati
set-point. Jika dihubungkan dengan fisiologis tubuh,mekanisme ini terkait dengan umpan
balik negatif. Dalam hal pengaturan suhu tubuh, suhu inti tubuh dijaga agar perubahan suhu inti seminimal mungkin walaupun suhu lingkungan berubah.
Studi menemukan bahwa suhu tubuh manusia berubah 1 C untuk setiap
perubahan 25 C sampai 30
C suhu lingkungan Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006.
Set-point ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah. Ia juga ditentukan oleh derajat aktivitas reseptor suhu panas pada area preoptik-hipotalamus anterior. Bila
suhu kulit tinggi, maka pengeluaran keringat akan dimulai pada set-point yang lebih rendah. Karena itulah, saat suhu kulit tinggi, maka set-point akan turun dan
sebaliknya.
2.1.6 Suhu Tubuh Abnormal
Suhu tubuh memiliki tingkat abnormalitasnya sendiri, baik terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Demam adalah kondisi di mana suhu tubuh menjadi lebih tinggi,
dan disebabkan baik oleh kesalahan pengaturan di otak, ataupun adanya infiltrasi toksik yang mempengaruhi suhu tubuh. Demam dapat disebabkan oleh bakteri,
tumor otak, dan heatstroke sebagai puncaknya karena adanya pajanan dari lingkungan, di mana suhu tubuh mencapai 105
F-108 F. Gejala yang paling sering
adalah pusing, mual muntah, delirium, dan bahkan kehilangan kesadaran. Efek lanjut dari peningkatan suhu tubuh adalah kerusakan parenkimatosa sel, terutama
di otak. Jika hal ini terjadi, sel tersebut sulit bahkan tidak bisa digantikan. Sementara pada kondisi di mana tubuh terpapar pada suhu dingin, dapat terjadi
henti jantung atau fibrilasi. Pengaturan suhu juga dapat terganggu apabila kecepatan pembentukan panas turun sampai dua kali lipat atau lebih. Apabila suhu
tubuh sudah terlalu rendah atau terpajan suhu yang terlalu rendah, maka akan tercipta kristal es di dalam dan menyebabkan frostbite. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan sirkulasi permanen Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006.
2.2 Konsep Demam