8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Suhu Tubuh dan Pengaturan Suhu
2.1.1 Suhu tubuh normal
Normalnya, suhu yang mengatur bagian dalam tubuh suhu inti, berada pada suhu konstan yaitu sekitar 0,6
C dari hari ke hari, namun terdapat pengecualian yaitu apabila seseorang sedang mengalami demam. Menurut Guyton, Arthur C.,
Hall, John E 2006, tidak ada ketetapan mengenai suhu inti normal karena pengukuran suhu tubuh pada orang dalam keadaan sehat menunjukkan rentang
suhu yang berkisar dari dibawah 36 C sampai lebih dari 37
C melalui pengukuran per oral, dan lebih tinggi kira-kira 0,6
C bila diukur per rektal.
2.1.2 Pembentukan panas
Pembentukan panas merupakan hasil utama dari proses metabolisme. Faktor- faktor yang memengaruhi laju pembentukan panas atau yang disebut dengan laju
metabolisme antara lain: 1 laju metabolisme basal sel tubuh, 2 laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, 3 metabolisme
tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin terhadap sel, 4 metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin, dan
perangsangan simpatis terhadap sel, 5 metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri terutama bila suhu di
dalam sel meningkat, 6 metabolisme tambahan yang diperlukan untuk
pencernaan, absorpsi, dan penyimpanan makanan Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006.
2.1.3 Kehilangan panas
Laju hilangnya panas hampir seluruhnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu kecepatan panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni
dari dalam inti tubuh ke kulit, dan seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006.
Seperti halnya arus listrik yang memiliki insulator sebagai material yang menghambat konduksi listrik, tubuhpun memiliki insulator penyekat terhadap
aliran panas sehingga suhu internal tubuh dapat dipertahankan. Dalam hal ini kulit, jaringan subkutan, dan terutama lemak di jaringan subkutan bekerja secara
bersama-sama sebagai insulator panas tubuh. Daya penyekatan yang terletak dibawah kulit merupakan alat yang efektif untuk mempertahankan suhu inti tetap
normal, meskipun dapat juga memungkinkan agar suhu kulit dapat mendekati suhu lingkungan.
Penyalur panas yang efektif dalam tubuh adalah darah, dalam hal ini aliran darah yang diatur oleh pembuluh darah. Bagian penting dalam penyaluran panas ini
adalah pleksus venosus yang mendapatkan suplai dari aliran darah kapiler kulit. Kecepatan aliran darah ke dalam pleksus venosus bervariasi dari beberapa persen
di atas nol sampai dengan 30 dari total curah jantung cardiac output. Efisiensi dari konduksi panas berbanding lurus dengan kecepatan aliran darah pada kulit.
Dengan kata lain, semakin cepat aliran darah, maka akan semakin efisien pula
konduksi panas dari inti tubuh. Namun hal inipun tetap memiliki batas. Dapat dikatakan bahwa kulit merupakan pengatur radiator panas, dan aliran darah ke
kulit adalah mekanisme penyaluran panas dari inti tubuh yang efektif, sebagaimana dituliskan oleh Guyton, Arthur C., Hall, John E 2006. Aliran darah
ini kemudian diatur lagi oleh vasokonstriksi yang hampir seluruhnya diatur oleh saraf simpatis.
Panas yang sudah disalurkan ke kulit kemudian dialirkan lagi ke lingkungan. Mekanisme pengaliran panas ini dijelaskan melalui mekanisme fisika dasar yaitu
radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Radiasi adalah transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lainnya tanpa kontak langsung antara
keduanya. Panas pada 85 area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan. Panas dapat dihilangkan melalui radiasi dengan membuka baju atau
selimut. Konduksi adalah transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua objek. Benda padat, cair, dan gas mengonduksi panas melalui kontak.
Penggunaan bungkusan es atau memandikan klien dengan kain dingin akan meningkatkan kehilangan panas konduktif. Konveksi adalah transfer panas
melalui gerakan udara, contohnya adalah penggunaan kipas angin. Kehilangan panas konvektif meningkat jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang
bergerak. Evaporasi adalah transfer energi panas saat cairan berubah menjadi gas Potter, Patricia A., Perry, Anne G; 2010.
2.1.4 Pengaturan suhu tubuh