Latar Belakang Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pala Myristica fragans Houtt merupakan tanaman asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau- pulau lain sekitarnya, termasuk pulau jawa. Tanaman pala terkenal karena biji buahnya yang tergolong sebagai rempah-rempah. Biji dan selaput biji fuli atau sering disebut dengan bunga pala, sejak dulu merupakan komoditi ekspor Indonesia dan menduduki 60 dari jumlah ekspor pala dunia. Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Dari daging buah pala dapat dibuat manisan pala, asinan pala, selei dan jamur pala. Sedangkan bunga pala dalam bentuk kering digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Minyak atsiri dan lemak pala terdiri atas miristisin dan monoterpen yang dapat menimbulkan rasa kantuk Sunanto, 1993. Rempah-rempah adalah bahan yang banyak diperoleh dari tanaman tertentu yang digunakan untuk meningkatkan rasa makanan atau minuman . Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus kulit biji pala berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging buah 77,8, fuli 4, tempurung 5,1 dan biji 13,1 Rismunandar, 1990. Universitas Sumatera Utara Minyak pala adalah minyak atsiri yang dihasilkan melalui proses penyulingan dari biji yang telah masak dan kering. Minyak pala biasanya didapatkan setelah lemak yang terkandung di dalamnya dibuang terlebih dahulu. Minyak pala digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut dan diare. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan pencampuran minyak wangi dan penyegar ruangan. Selain itu, minyak pala juga digunakan sebagai bumbu masakan. Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati multimanfaat, karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu ruang. Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian dan kosmetika. Minyak terbang atau minyak atsiri sudah diteliti sejak lima abad yang lalu. Secara biologis, minyak atsiri ini sebagai metabolit sekunder yang digunakan sebagai alat pertahanan diri dari hewan pemangsa dan serangga hama. Selain itu, minyak atsiri juga memiliki sifat alelopati yang berperan sebagai alat untuk bersaing dengan tumbuhan lain Rusli, 2000. Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia sederhana. Pada saat isolasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan vakum. Hal ini dikerjakan untuk menghindari terjadinya isomerisasi, polimerisasi atau peruraian. Isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi Universitas Sumatera Utara kimia hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya. Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technologi menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang umumnya berwujud cair, diperoleh dari tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan uap. Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbeaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut Sastrohamidjojo, 2004. Belakangan ini masyarakat sudah mulai menggunakan obat-obatan alami dalam mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah penggunaan minyak dari biji pala yang memiliki cukup banyak kegunaan. Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala, sehingga dapat mengetahui pengaruh waktu untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang maksimal dengan metode destilasi air. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan