Analisis Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia TBK di Bursa Efek Indonesia

(1)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Persero) biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom adalah perusahaaninformasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringantelekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telko m mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,47%), dan (47,53%) dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). (http://id.wikipedia.org/wiki/Telkom_Indonesia)

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ini juga diperlukan perencanaan dan perlunya menganalisis laporan keuangan dengan mengetahui anggaran pemasukan maupun pengeluaran. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, akan sangat membutuhkan suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut. (Brigham & Houston, 2006:44).

Laporan keuangan yang disusun perusahaan seperti neraca, daftar laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan keuangan lainnya memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Pentingnya laporan keuangan tersebut


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Persero) biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom adalah perusahaaninformasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringantelekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telko m mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,47%), dan (47,53%) dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). (http://id.wikipedia.org/wiki/Telkom_Indonesia)

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ini juga diperlukan perencanaan dan perlunya menganalisis laporan keuangan dengan mengetahui anggaran pemasukan maupun pengeluaran. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, akan sangat membutuhkan suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut. (Brigham & Houston, 2006:44).

Laporan keuangan yang disusun perusahaan seperti neraca, daftar laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan keuangan lainnya memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Pentingnya laporan keuangan tersebut


(4)

2

tidak hanya sebagai sumber informasi tentang posisi keuangan tetapi laporan keuangan juga ditujukan untuk menilai prestasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, mengetahui sampai dimana keberhasilan perkembangan perusahaan, apakah ada peningkatan, ataukah penurunan dari periode sebelumnya

Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Analisis adalah proses perencanaan yang terdiri beberapa bagian atau komponen yang saling berhubungan atau berkesinambungan agar mendapatkan pengertian yang berupa sumber informasi yang tepat serta memiliki pemahaman arti keseluruhan (Subramanyam, 2005:52).

Hasil analisis laporan keuangan ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu. Adapun pihak-pihak-pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut adalah Manager/Pimpinan perusahaan, pemilik perusahaan/pemegang saham, investor, kreditor dan pemerintah. Bagi pemilik perusahaan fungsi laporan keuangan adalah untuk melihat berapa keuntungan atau kerugian yang ada dan dialami oleh perusahaan tersebut, bagi pemegang saham fungsi laporan keuangan adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan, bagi investor fungsi laporan keuangan adalah untuk membantu menentukan apakah perusahaan harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut, bagi kreditor fungsi laporan keuangan adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi hutang beserta bunganya dan kegunaan laporan keuangan bagi pemerintah adalah untuk mengetahui pendapatan negara dalam hal pajak.


(5)

Dari uraian ini maka penulis tertarik untuk membahas dan mengadakan peneilitian dengan judul pembahasan ”Analisis Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia TBK di Bursa Efek Indonesia”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah yang pokok yaitu :Bagaimana kondisi keuangan PT Telekomunikasi Indonesia TBK bila dilihat dari analisis rasio-rasio keuangan (likuiditas dan profitabilitas untuk periode 2009-2010 dan periode 2011-2012)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang ditinjau dari sudut (likuiditas dan profitabilitas) untuk periode 2009-2010, dan 2011-2012.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi mahasiswa, dapat mempelajari cara-cara/teknik mengaalisis laporan keuangan suatu perusahaan yang dilihat dari rasio-rasio keuangan.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah untuk dimasa mendatang, sehingga diharapkan peruahaan akan terus mengalami perkembangan.

c. Dapat mengetahui perkembangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan.


(6)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (“TELKOM”, “Perseroan”, atau “Perusahaan”) adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.

Pada awalnya di kenal sebagai sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap atau dengan nama “JAWATAN”. Pada tahun 1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel),PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Dan pada tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tanggal 14 November 1995 di resmikan PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai nama perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

1.SEJARAH Perkembangan PT Telkom di Indonesia

Pada tahun 1882 sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda.


(7)

Pada Tahun 1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraphen Telephone Dienst/PTT).

Pada tahun 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.

Pada tahun 1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).

Pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Pada tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.

Pada tahun 1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

Pada tahun 1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.


(8)

6

Pada tahun 1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.

Pada tahun 1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.

Pada tahun 1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.

Pada tahun 2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan


(9)

mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.

Pada tahun 2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.

Dalam meningkatkan usahanya serta memberikan proteksi yang sesuai dengan keinginan masyarakat, PT.Telkom telah membuka kantor-kantor Cabang dan Perwakilan yang terdapat di berbagai regional yang terdiri dari : 7 DIVRE yaitu Divre 1 Sumatera, Divre 2 Jakarta, Divre 3 Jawa Barat, Divre 4 Jawa Tengah & DI.Yogyakarta, Divre 5 Jawa Timur, Divre 6 Kalimantan, Divre 7 Kawasan Timur Indonesia. PT. Telkom Juga mempunyai anak perusahaan seperti, Telkomsel, Telkomvision/Indonusa, Infomedia, Graha Sarana Duta / GSD, Patrakom, Bangtelindo, PT FINNET Indonesia.

2. Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Services (“TIMES”) di kawasan regional.


(10)

8

3. Misi

• Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

• Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menunjukkan hubungan pada suatu organisasi atau perusahaan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas yang dibebankan terhadap suatu posisi/jabatan tertentu untuk menjamin kelancaran kerja. Oleh karena itu, struktur organisasi dilandasi dengan adanya pembagian tugas dari tiap satuan kerja pada organisasi tersebut dan setiap pemimpin perusahaan di tuntut untuk dapat mengelola organisasi dengan baik karena perkembangan zaman yang begitu cepat, pemikiran tentang kegiatan manusia yang semakin berkembang dan meningkatkan persaiangan yang semakin tajam. Dalam keadaan seperti ini suatu organisasi memerlukan pemimpin yang berkualitas.

Adapun struktur organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai berikut:


(11)

Gambar 2.1 Struktur Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Sumber : http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0103_struktur.html

C. Uraian Pekerjaan

Pada tahun 2013 kami telah melakukan beberapa perubahan menyangkut pembidangan pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota Direksi, sebagai berikut:

1. Kami merubah pembidangan divisi dari semula di bawah Direktur Enterprise & Wholesale (“EWS”) menjadi Direktur Enterprise & Business Service yang fokus pada pengembangan segmen bisnis enterprise dan small medium enterprise.


(12)

10

2. Kami merubah pembidangan divisi yang semula di bawah Direktur Compliance & Risk Management (“CRM”) menjadi Direktur Wholesale & International Service yang fokus pada pengembangan segmen bisnis wholesale. Kami juga mengalihkan tugas dan wewenang pengelolaan compliance, legal dan risk management ke Head of Compliance, Risk Management & General Affairs.

3. Kami merubah pembidangan divisi yang semula Direktur IT, Solution & Strategic Portfolio (“ITSSP”) menjadi Direktur Innovation & Strategic Portfolio yang fokus pada upaya inovasi dan pengembangan portofolio bisnis.

4. Kami merubah pembidangan divisi yang semula Direktur NWS menjadi Direktur Network, IT & Solution yang fokus pada pengelolaan dan pendayagunakaninfrastructure, IT dan service operation & management, untuk mendukung upaya pengembangan bisnis yang sudah berjalan (established).

5. Kami merubah pembidangan divisi yang semula Human Capital & General Affair menjadi Direktur Human Capital Management yang fokus pada pengelolaan human capital. Kami juga mengalihkan tugas dan wewenang pengelolaan supply ke Head of Compliance, Risk Management & General Affairs.

Selain itu untuk mewadahi mekanisme pengelolaan parenting terhadap seluruh portfolio kami secara Group, maka telah dibentuk Board of Executive yang beranggotakan seluruh Direksi Telkom dan beberapa Chief of Business. Chief of Business merupakan sebutan untuk posisi “senior business expert” yang


(13)

ditempatkan sejajar dengan Direksi Telkom untuk melaksanakan peran sebagai penasehat dalam merumuskan keputusan-keputusan corporate level strategy, mengupayakan harmonisasi hubungan antara entitas anak dengan Telkom sebagai parent.

TABEL 2.1

Direktur Human Capital Management

NAMA DIREKTORAT FUNGSI DAN WEWENANG

DIREKTORAT NITS Fokus pada pengelolaan infrastructure straregy & governance, IT Straregy & Governance, and Solution serta pengelolaan pendayagunaan IT dan service operation & management, dalam rangka dukungan upaya eksploitasi bisns yang sudah mapan dan pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi network of Broadband Information System Center, Divisi Wireless Broadband serta Divisi Broadband

Direktorat ISP Fokus pada pengelolaan fungsi Corporate Strategic Planning, Strategic Business Development, Innovation Strategy & Synergy serta pengendalian operasi unit – unit : Divisi Solution Convergence dan Innovation & Design center

Direktorat CONS Fokus dalam pengelolaan bisnis segmen konsumer serta pengendalian operasi Divisi Cinsumer Services Direktorat EBIS Fokus pada pengelolaan bisnis segmen

enterprise & small medium enterprise serta pengelolaan Divisi Enterprise Services dan Divisi Business Services Direktorat WINS Fokus pada pengelolaan fungsi

penangan bisnis segmen wholesale dan international, serta pengendalian operasional Divisi Wholesale Services

Direktorat HCM Fokus pada manajemen SDM

Perusahaan serta penyelenggaraan operasional SDM secara terpusat melalui unit Capital Center, serta


(14)

12

pengendalian operasi unit Telkom Corporate University Center, Assessment Center Indonesia serta community Development Center

Direktorat KEU Fokus pada pengelolaan keuangan perusahaan serta mengendalikan operasi keuangan secara terpusat melalui unit Finance, Billing & collection Center

Sumber : http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0103_struktur.html D. Kegiatan Terkini Perusahaan

Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua. Begitu juga pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga pada mempunyai visi menjadi salah satu perusahaan dengan jaringan terbesar di Indonesia. Perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat.

Jadi kinerja terkini yang yang dijalankan perusahaan sesuai dengan visi dan misinya dan disesuaikan dengan strategi perusahaan yaitu :

1. Mengoptimalkan layanan POTS dan memperkuat infrastruktur broadband. 2. Mengkonsolidasikan dan mengembangkan bisnis sambungan telepon

nirkabel tidak bergerak/Fixed Wireless Access (“FWA”) serta mengelola portofolio nirkabel.

3. Mengintegrasikan Solusi Ekosistem Telkom Group. 4. Berinvestasi di layanan Teknologi Informasi (TI). 5. Berinvestasi di bisnis media dan edutainment.


(15)

6. Berinvestasi pada peluang bisnis wholesale dan internasional yang strategis.

7. Berinvestasi pada peluang domestik yang strategis dengan mengoptimalkan penggunaan aset yang dimiliki.

8. Mengintegrasikan Next Generation Network(“NGN”) dan Operational support system,Business support system, Customer support system and Enterprise relations management(“OBCE”).

9. Menyelaraskan struktur bisnis dengan pengelolaan portofolio. 10.Melakukan transformasi budaya Perusahaan.


(16)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuanganadalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atauperusahaan. Tidak terlepas dari fungsinya, manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.Fungsi bisa diartikan sebagai kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu.Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan, manajer keuangan adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan organisasi atas perusahaan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_keuangan)

B. Laporan keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Harahap(2006:105) menyatakan laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

Bagi para analisis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat


(17)

mengetahui banyak tentang situasi perusahan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) persahaan dalam periode tertentu.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Laporan Neraca (Posisi Keuangan)

Munawir (2002:13) menyatakan Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu.Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu. Isi Laporan Neraca dijelaskan sebagai berikut :

1. Aset ( Harta, Aktiva)

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain.Aktiva ini lazimnya di Indonesia dan Amerika ditempatkan di sebelah kiri.Sedangkan di beberapa negara Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan.


(18)

16

2. Liabilities (Kewajiban/Utang)

Kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi.Kewajiban ini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.

3. Owner’s Equity (Modal Pemilik)

Equity adalah suatu hak yang tersisa alias aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Dalam perusahaan Equity adalah modal pemili

4. Off Balance Sheet

Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya, dikenal apa yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transakasi off balance sheet ini adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan baik aturan prinsip akuntansi maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut transaksi cash atau transaksi instrument keuangan lainnya yang belum direalisasi, misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang belum digunakan.

5. Penyajian dan Bentuk Neraca

Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas pos atau perkiraannya.Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas.Kewajiban yang paling cepat harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya.Modal yang lebih likuit harus ditempatkan terlebih dahulu.Untuk industri-industri tertentu konsep likuiditas ini tidak berlaku.Misalnya untuk perusahaan asuransi pos yang ditempatkan paling atas adalah pos investasi.


(19)

b. Laporan Laba/Rugi

Hanafi dan Halim(2002:56) menyatakan Laporan Laba/Rugi adalah sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama periode akuntasi. Laba atau income

adalah perubahan dalam modal dalam suatu lembaga selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari pemilik.

c. Laporan Arus Kas

Menurut PSAK No.2 (2002:5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Yang sering menjadi masalah dalam laporan ini adalah mengenai pengertian dana.

Dana dapat diartikan sebagai berikut : 1. Dana adalah Kas;

2. Dana adalah Aktiva Tetap (Quick Assets); 3. Dana adalah Moneter Aset;

4. Dana adalah Aktiva Lancar; 5. Dana adalah Modal Kerja;

6. Dana diartikan sebagai keseluruhan Aktiva.

Dalam FASB (Financial Accounting Standar Board) Statement no. 95 muncul lagi Cash Flow Statement atau Laporan Arus Kas yang harus sudah diterapkan pada pelaporan tahun buku 1989. Dalam laporan ini, transaksi kas dikelompokkan pada 3 bagian yaitu:


(20)

18

1. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi; 2. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan; 3. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi.

Laporan kas ini dapat disusun dengan 2 cara yaitu : 1. Direct Methodi; dan

2. Indirect Method;

d. Laporan Perubahan Modal

Laporan ini menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseorangan.

C. Rasio-Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2008:297)rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara Utang dan Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan total Penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan oara analisis keuangan.Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan.Rasio keuangan itu bisa banyak sekali.

Rasio Keuangan ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.


(21)

Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting. Misalnya, rasio ideal mengenai likuiditas bank tidak sama dengan rasio perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Oleh karenanya, di dalam laporan mengenai average industry ratio di Amerika perusahaan uang menerbitkannya membagi-bagi menurut jenis perusahaan bahkan menurut sub-sub industri secara lebih rinci.

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2013:120) analisisrasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

e. Menstandarisir size perusahaan;

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”;

g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.


(22)

20

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2013:121)disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai biasa atau

subjektif;

2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;

3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio; 4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan akan menimbulkan kesalahan.


(23)

4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Riyanto (2001:331)Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan memakai hutang lancar.Rasio lancar yang ideal adalah 100%.

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar x 100%

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Dengan rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Rasio cepat yang ideal adalah 100%.

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan


(24)

22

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Rasio kas yang ideal adalah 100%.

Rasio Kas = Kas

Aktiva lancar x 100%

b. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan.Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva.

1. Total Assets Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah aktiva. Kemampuan dana yan tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Total Assets Turnover yang ideal yaitu 200%.

Total Assets Turnover= Pendapatan

Total Aktiva

2. Receivable Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan piutang rata-rata.Kemampuan piutang berputar dalam sutau periode tertentu.Receivable Turnover yang ideal yaitu 200%.

Receivable Turnover = Pendapatan


(25)

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan jumlah cabang, dan sebagainya.Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga

Operating Ratio.

Pengembalian/Imbalan atas Investasi(Return on Invesment- ROI)

Yaitu Perbandingan antara Laba setelah biaya bunga dan Pajak (Laba bersih/EAT) dengan Total Aktiva Perusahaan. Return on Invesment yang baik adalah 200%.

ROI = Laba Bersih /EAT

Total Aktiva x 100%

d. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset.Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.

1. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.

Debt Ratio = Total Utang


(26)

24

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk .pjg +ekuitas x 100%

D. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan dengan maksud untuk melihat kondisi keuangan pada setiap periode tertentu. Adapun kondisi kegiatan, perkembangan dan kemerosotan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dilihat dari Laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut yang meliputi Laporan Neraca dan Laporan Penerima Dana dan Laporan Pengeluaran Dana 2009-2010, dan 2011-2012.

Adapun Laporan Neraca dan Laporan Penerimaan dan laporan Pengeluaran Dana pada Tahun 2009 sampai 2010 dan 2011 sampai 2012 dilihat sebagai berikut:


(27)

Tabel 3.1

Neraca Konsolidasian Tahun 2009 dan 2010

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(28)

26

Tabel 3.2

Neraca Konsolidasian (lanjutan) Tahun 2009 dan 2010

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(29)

Tabel 3.3

Neraca Konsolidasian (lanjutan) Tahun 2009 dan 2010

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(30)

28

Tabel 3.4

Laporan Laba Rugi Tahun 2009 dan 2010

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(31)

Tabel 3.5

Laporan Posisi Keuangan Tahun 2011 dan 2012

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(32)

30

Tabel 3.6

Laporan Posisi Keuangan (lanjutan) Tahun 2011 dan 2012

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(33)

Tabel 3.7

Laporan Posisi Keuangan (lanjutan) Tahun 2011 dan 2012

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(34)

32

Tabel 3.8

Laporan Laba Rugi tahun 2011 dan 2012

Sumber: Laporan Keuangan di Bursa Efek PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Je nis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuan gan%20Tahun%202012%5CAudit%5CEXCL%5CEXCL_LKT_Des_2012.pdf/21Des/18.30)


(35)

E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, dapat dianalisis beberapa rasio keuangan untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan. Dalam hal ini penulis hanya menganalisis rasio keuangan yaitu Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas :

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.

a. Rasio Lancar (Current Ratio

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar x 100%

2009 =16.186 .024

26.893.125 x 100%

=60,186%

2010 =18.730 .627

20.472 .898x 100%

=91,489%

Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2009, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 60,186% aktiva lancar.Sedangkan, pada tahun 2010, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 91,489% aktiva lancar.Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar meningkat pada tahun 2010.

2011 =21.258

60.981x 100%

=34,860%

2012 =27.973

66.978x 100%


(36)

34

=41,764%

Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2011, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 34,860% aktiva lancar.Sedangkan, pada tahun 2012, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 41,764% aktiva lancar.Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar meningkat pada tahun 2012.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan

Utang lancar x 100%

2009 =16.186 .024−435 .244

26.893.125 x 100%

= 58,568% 2010 =18.730 .627−515 .536

20 .472 .898 x 100%

= 88,971%

Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2009, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 58,568% aktiva lancar.Sedangkan, pada tahun 2010, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 88,971% aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa persediaan meningkat pada tahun 2010.

2011 =21.258−758

60 .981 x 100%

= 33,617%

2012 =27.973−579

66.978 x 100%


(37)

Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2011, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 33,617% aktiva lancar.Sedangkan, pada tahun 2012, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 40,899% aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa persediaan meningkat pada tahun 2012.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas = Kas

Aktiva lancar x 100%

2009 =7.805 .460

16.186 .024x 100%

= 48,223%

2010 =9.119.849

18.730 .627x 100%

= 48,689%

Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2010 terjadi peningkatan rasio sebesar 48,689%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan , karena rasio kas yang baik yaitu 100%, sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan agar perusahaan menjadi likuid.

2011 =9.634

21.258x 100%

= 45,319%

2012 =13.118

27 .973x 100%


(38)

36

Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2012 terjadi peningkatan rasio sebesar 46,895%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan , karena rasio kas yang baik yaitu 100%, sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan agar perusahaan menjadi likuid.

Table 3.9 Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2009 dan 2010

No Rasio-Rasio Likuiditas 2009(%) 2010(%) Perbandingan (%) 1 Rasio Lancar (Current

Ratio)

60,186 91,489 31,303(+)

2 Rasio Cepat (Quick Ratio)

58,568 88,971 30,403(+)

3 Rasio Kas (Cash Ratio) 48,223 48,689 0,456(+)

Dari ketiga komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009

Table 3.10 Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2011 dan 2012

No Rasio-Rasio Likuiditas 2011(%) 2012(%) Perbandingan (%) 1 Rasio Lancar (Current

Ratio)

34,860 41,764 6,904(+) 2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 33,617 40,899 7,282(+) 3 Rasio Kas (Cash Ratio) 45,319 46,895 1,576(+)

Dari ketiga komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya


(39)

dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011.

2. Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Pengembalian/Imbalan atas Investasi(Return on Invesment- ROI)

ROI = Laba Bersih /EAT

Total Aktiva x 100%

2009 =11.398 .826

97.814 .160x 100%

= 11,653%

2010 =11 .536 .999

99.758 .447x 100%

= 11,564%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2009 sebesar 11,653% Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 11,653-. Dan pada tahun 2010 return on investment sebesar 11,564% atau terjadi penurunan sebesar Rp 11,564- dari tahun 2009, penyebabnya adalah penurunan laba operasi bersih perusahaan/pendapatan bersih usaha.

2011 =15.481

103 .054 x 100%


(40)

38

2012 =18 .388

111 .369x 100%

= 16,510%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2011 sebesar 15,022% Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 15,022-. Dan pada tahun 2012 return on investment sebesar 16,510% atau terjadi peningkatan sebesar Rp16,510- dari tahun 2011, penyebabnya adalah peningkatan laba operasi bersih perusahaan/pendapatan bersih usaha.

Table 3.11 Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2009 dan 2010

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2009(%) 2010(%) Perbandingan (%) 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi(Return on Invesment- ROI)

11,653 11,564 0,089(-)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini menurun. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2009 dengan tahun 2010 terjadi penurunan rasio sebesar 0,089%.

Table 3.12 Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2011 dan 2012

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2011(%) 2012(%) Perbandingan (%) 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi(Return on Invesment- ROI)

15,022 16,510 1,488(+)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga


(41)

rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2011 dengan tahun 2012 terjadi peningkatan rasio sebesar 1,488%

TABEL 3.13

Perbandingan rasio lancar, rasio cepat, rasio kas dan rasio profitabilitas dari tahun 2009 sampai 2012

RASIO 2009 (%) 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) KETERANGAN

RASIO LANCAR 60,186 91,489 34,860 41,746 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan aktiva dan hutang meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO CEPAT 58,568 88,971 33,617 40,899 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan persediaan meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO KAS 48,223 48,689 45,319 46,895 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan kas dan aktiva meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO

PROFITABILITAS

11,653 11,564 15,022 16,510 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi penurunan di sebabkan EAT dan jumlah aktiva meningkat. Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 meningkat kembali


(42)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia TBK di Bursa Efek Indonesia, maka diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009. Jika dilihat dari rasio likuiditas tahun 2011 dan 2012, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid.

2. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini menurun. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2009 dengan tahun 2010 terjadi penurunan rasio sebesar 0,089%. Jika dilihat dari rasio profitabilitas tahun 2011 dan 2012, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2011 dengan tahun 2012 terjadi peningkatan rasio sebesar 1,488%.


(43)

B. Saran

1. Untuk meningkatkan likuiditas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus

2. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya-biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 3. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/pekerja tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Joel F Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Salemba Empat: Jakarta.

Subramanyam, K.R. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku Dua.Salemba Empat: Jakarta

Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Rajawali Pers:Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2013, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,Cetakan Kesebelas,Rajawali Pers, Jakarta.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_keuangan)


(1)

37

dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011.

2. Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Pengembalian/Imbalan atas Investasi(Return on Invesment- ROI)

ROI = Laba Bersih /EAT

Total Aktiva x 100%

2009 =11.398 .826

97.814 .160x 100%

= 11,653%

2010 =11 .536 .999

99.758 .447x 100%

= 11,564%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2009 sebesar 11,653% Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 11,653-. Dan pada tahun 2010 return on investment sebesar 11,564% atau terjadi penurunan sebesar Rp 11,564- dari tahun 2009, penyebabnya adalah penurunan laba operasi bersih perusahaan/pendapatan bersih usaha.

2011 =15.481


(2)

2012 =18 .388

111 .369x 100%

= 16,510%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2011 sebesar 15,022% Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 15,022-. Dan pada tahun 2012 return on investment sebesar 16,510% atau terjadi peningkatan sebesar Rp16,510- dari tahun 2011, penyebabnya adalah peningkatan laba operasi bersih perusahaan/pendapatan bersih usaha.

Table 3.11 Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2009 dan 2010

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2009(%) 2010(%) Perbandingan (%) 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi(Return on

Invesment- ROI)

11,653 11,564 0,089(-)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini menurun. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2009 dengan tahun 2010 terjadi penurunan rasio sebesar 0,089%.

Table 3.12 Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2011 dan 2012

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2011(%) 2012(%) Perbandingan (%) 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi(Return on

Invesment- ROI)


(3)

39

rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2011 dengan tahun 2012 terjadi peningkatan rasio sebesar 1,488%

TABEL 3.13

Perbandingan rasio lancar, rasio cepat, rasio kas dan rasio profitabilitas dari tahun 2009 sampai 2012

RASIO 2009 (%) 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) KETERANGAN

RASIO LANCAR 60,186 91,489 34,860 41,746 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan aktiva dan hutang meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO CEPAT 58,568 88,971 33,617 40,899 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan persediaan meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO KAS 48,223 48,689 45,319 46,895 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan di sebabkan kas dan aktiva meningkat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali dari tahun 2011

RASIO

PROFITABILITAS

11,653 11,564 15,022 16,510 Dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi penurunan di sebabkan EAT dan jumlah aktiva meningkat. Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 meningkat kembali


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia TBK di Bursa Efek Indonesia, maka diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009. Jika dilihat dari rasio likuiditas tahun 2011 dan 2012, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid.

2. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini menurun. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2009 dengan tahun 2010 terjadi penurunan rasio sebesar 0,089%. Jika dilihat dari rasio profitabilitas tahun 2011 dan 2012, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya


(5)

41

B. Saran

1. Untuk meningkatkan likuiditas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus

2. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya-biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 3. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/pekerja tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Joel F Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Salemba Empat: Jakarta.

Subramanyam, K.R. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku Dua.Salemba Empat: Jakarta

Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Rajawali Pers:Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2013, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,Cetakan Kesebelas,Rajawali Pers, Jakarta.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_keuangan)