Implementasi Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia Tbk, Divre – I Sumatera Unit Community Development

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM BINA LINGKUNGAN PT. TELKOM INDONESIA, Tbk DIVRE – I SUMATRA

UNIT COMMUNITY DEVELOPMENT

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH :

YOCEPINE IDA ROTUA S 030902005

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN

NAMA : YOCEPINE IDA ROTUA S

NIM : 030902005

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : IMPLEMENTASI PROGRAM BINA LINGKUNGAN PT. TELKOM INDONESIA Tbk, DIVRE – I SUMATERA UNIT

COMMUNITY DEVELOPMENT

Medan, September 2007 PEMBIMBING

(Drs. MATIAS SIAGIAN, M.Si) NIP. 132 054 339

KETUA DEPARTEMEN

(Drs. MATIAS SIAGIAN, M.Si) NIP. 132 054 339

DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. M. ARIF NASUTION, M.A) NIP. 131 757 010


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia Penguji Skripsi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU pada :

HARI : JUM’AT

TANGGAL : 23 MARET 2007 PUKUL : 10.30 – 11. 30 WIB TEMPAT : RUANG SIDANG

PANITIA PENGUJI

KETUA : AGUS SURIADI, S.Sos. M.Si ( )

NIP. 132 086 735

ANGGOTA I : DRS. EDWARD RIDWAN, M.SP ( ) NIP. 131 459 297

ANGGOTA II : DRS. MATIAS SIAGIAN, M.Si ( ) NIP. 132 054 339


(4)

ABSTRAK

NAMA : YOCEPINE I. R. S NIM : 030902005

JUDUL : IMPLEMENTASI PROGRAM BINA LINGKUNGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DIVRE – I SUMATRA UNIT COMMUNITY DEVELOPMENT

Skripsi ini berjudul Implementasi Program Bina Lingkungan Unit Community Development PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divre I Sumatera yang terdiri dari 6 Bab, 28 Daftar Tabel serta 3 Daftar Lampiran.

Saat ini dalam dunia bisnis seringkali disinggung tentang tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya, hal ini terutama dikaitkan dengan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial.

Mengingat pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap masyarakat, maka sebagai salah satu Divisi Regional PT.Telkom, DIVRE – I mempunyai komitmen untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan usahanya di wilayah Sumatera. Untuk itu, berbagai kepedulian terhadap masyarakat telah dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan Good Corporate Citizenship.

Kegiatan tesebut dilaksanakan dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berpedoman kepada Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP236/MBU/2003, Surat Edaran Kementerian BUMN No SE33/MBU/2003 dan Keputusan Direksi Telkom Nomor : KD51/KU200/PUK-00/2003 perihal Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan perbaikan lingkungan masyarakat. Dan pada penelitian ini, Penulis mengambil program Bina Lingkungan PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini.

Adapun bentuk atau sasaran bantuan pada Program Bina Lingkungan dikelompokkan dalam 5 asnaf, yaitu :

1. Bantuan Bencana Alam

2. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 3. Bantuan Kesehatan Masyarakat 4. Bantuan Sarana Umum

5. Bantuan Sarana Ibadah

Dalam skripsi ini akan dibahas bagaimana implementasi ataupun pelaksanaan dari Program Bina Lingkungan PT. Telkom ini sebagai dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dari PT. Telkom ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Kata Kunci : Program Bina Lingkungan


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan industri sebenarnya memiliki dampak positif seperti, dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi aset pembangunan nasional maupun daerah. Namun kenyataan selama puluhan tahun praktik bisnis dan industri korporasi Indonesia cenderung memarginalkan masyarakat sekitar tetap tidak bisa ditampik. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, mengenai permasalahan dan agenda pembangunan, menegaskan bahwa telah terjadi ekses negatif dari pembangunan, yaitu kesenjangan antargolongan pendapatan, antarwilayah dan antarkelompok masyarakat.

(http://www.pikiran–rakyat.com/cetak/2006/012006/11/0901.htm)

Konsep CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, memberikan pajak dan menindas buruh. Pendeknya, perusahaan berdiri secara diametral dengan kehidupan sosial.

Saat ini dalam dunia bisnis seringkali disinggung tentang tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya, hal ini terutama dikaitkan dengan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stake holder, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Tanggung jawab perusahaan juga merupakan konsep dimana


(6)

perusahaan tersebut secara sukarela menyumbangkan sesuatu kearah masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih.

Seorang investor yang menanamkan modalnya disebuah perusahaan pasti mengharapkan para manajernya untuk memaksimalkan laba. Namun kemudian bisa menjadi problem apabila tingkah laku para manajer tersebut tidak sesuai dengan harapan. Di banyak negara perusahaan-perusahaan multi nasional sering dipandang sebagai sumber yang dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah dimana pemerintah sendiri tidak bisa atau tidak mau menyelesaikan masalah tersebut. Tanggung jawab sosial perusahaan dalam beberapa area menjadi bagian dari harga yang harus dibayar untuk memasuki pasar.

Salah satu contoh keberhasilan CSR terjadi di Inggris. Escon, sebuah perusahaan di London membuka toko baru. Toko tersebut memperkejakan lebih dari 100 penduduk lokal yang sebelumnya sama sekali belum pernah bekerja atau tidak berpengalaman kerja, termasuk didalamnya seorang pria yang telah menjadi pengangguran lebih dari 13 tahun juga ada orang yang telah 8 tahun hanya sebagai ibu rumah tangga. Mereka semuanya diberi training sehingga mampu untuk bekerja di perusahaan tersebut. Training-training tersebut tidak hanya training yang membutuhkan ketrampilan namun juga training yang memberikan kemampuan intelektual misalnya saja bagaimana menggunakan komputer, interaksi dengan costumer bahkan juga pertolongan pertama pada hal-hal yang tidak diinginkan. Yang membuat hal tersebut menjadi unik adalah sesudah training tersebut berakhir maka seluruh siswa pelatihan digaransi akan mendapatkan pekerjaan. Sebuah survey mengatakan bahwa 68% dari consumer tidak mempercayai perusahaan-perusahaan dan ketidak percayaan ini merupakan anggapan bahwa


(7)

faedah pada lingkungan atau masyarakat sekitar. CSR merupakan jembatan untuk menghubungkan antara masyarakat yang meragukan komitmen perusahaan ke masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk menghilangkan anggapan masyarakat terhadap hal tersebut.

Contoh yang terjadi di Indonesia adalah, XL sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi telah melakukan beberapa hal perbaikan dengan tanggung jawab sosial perusahaan antara lain: mengajak jalan-jalan anak-anak dari 4 rumah singgah di Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Melati dengan mengunjungi museum layang-layang dan hutan wisata kali Pesanggrahan, memberikan komputer serta buku hasil sumbangan karyawan ke Forum Indonesia membaca, sumbangan kepada warga sekitar BTS XL, sebagai bentuk kepedulian terhadap komunitas sekitar dan membina hubungan yang positif serta melakukan potongan sebesar Rp5000 melalui SMS untuk korban Tsunami dari pelanggan XL.

Makin banyak perusahaan menganggap bahwa tanggung jawab sosial tidak hanya benar secara moral tapi juga dapat menimbulkan kepekaan bisnis yang baik. Ada 4 kekuatan yang mempengaruhi tanggung jawab sosial yaitu : pelanggan, iklim investasi, masyarakat sipil dan lingkungan kerja. Keempatnya bisa menjadi tekanan bagi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial kepada lingkungan.

Stake holder dan kalangan khalayak umum saat ini sudah sampai pada titik dimana mereka selalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari kalangan bisnis. Mereka mengharapkan sektor swasta membantu melepaskan tekanan sosial dan isu-isu ekonomi. Saat ini lebih dari separo penduduk dunia tidak percaya kepada


(8)

perusahaan-perusahaan besar. Para kelompok-kelompok aktifis merasa mempunyai target yang memuaskan apabila mereka menyerang perusahaan-perusahaan besar karena perusahaan tersebut tidak bertanggung jawab secara sosial pada khalayak. Mereka menggalang kekuatan dengan media, melakukan lobi-lobi dan tekanan politik, demo dan yang paling vulgar adalah menyerang website dari perusahaan tersebut.

Pada tahun 2000 sebuah survey yang dilakukan oleh Burson Marsteller mengindikasikan bahwa 42% dari responden percaya bahwa track record dari CSR akan meningkatkan harga saham, 89% orang mengatakan bahwa keputusan mereka sebagai legislator, regulator, wartawan dan LSM pada masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh isu-isu CSR. Pelanggan, investor, kelompok-kelompok komunitas, aktifis-aktifis lingkungan, maupun trading partner selalu menanyakan pada perusahaan secara detail informasi tentang kinerja sosial mereka. Untuk menghadapi semua ini maka sudah saatnya perusahaan menempatkan CSR sebagai bagian penting dari perusahaan.

Tahun 2002 Price Water House Cooper melakukan survei pada pemimpin bisnis dan sebanyak 1200 respondent mengindikasikan bahwa seperempat daripadanya melakukan report yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan melihat survei-survei tersebut maka tidak ada alasan buat perusahaan-perusahan di Indonesia untuk tidak melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Sudah saatnya mereka memikirkan bagaimana mengentaskan kemiskinan 40 juta orang, bagaimana memberikan pendidikan yang layak bagi 32 juta anak, bagaimana memberikan kontribusi yang significant terhadap pembangunan-pembangunan infrastruktur di lingkungan mereka, bagaimana meningkatkan partisipasi aktif masyarakat agar mau mendukung eksistensi mereka di wilayah tersebut. Bukan sebaliknya, karena yang terjadi saat ini adalah sungai-sungai tercemar


(9)

tidak bisa memberikan air bersih lagi, laut-laut terkena limbah minyak sehingga nelayan berkurang tangkapan ikannya, gunung-gunung gundul ditebangi secara liar, bukit-bukit menjadi danau.

Kini situasi semakin berubah. Konsep dan praktik CSR sudah menunjukkan sebagai keharusan. Para pemilik modal tidak lagi menganggap sebagai pemborosan. Hal ini terkait dengan meningkatnya kesadaran sosial kemanusiaan dan lingkungan. Di luar itu, dominasi dan hegemoni perusahaan besar sangat penting peranannya di masyarakat. Kekuatan perusahaan yang semakin besar, sebagaimana dinilai Dr David Korten, penulis buku ”When Corporations Rule the World” melukiskan bahwa dunia bisnis setengah abad terakhir telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa. Bahkan pengamat globalisasi, Dr Noorena Herzt berpendapat perusahaan besar di berbagai negara telah mengambil alih kekuasaan politik dari politisi.

Masyarakat modern sudah menjauh dari sikap antikapitalisme. Sosialisme maupun kapitalisme sudah menjauh dari imajinasi orang. Karena itu, pemerintah tidak boleh tunduk oleh kaum pemodal, sebagaimana kaum pemodal tidak boleh tunduk oleh politisi. Rakyat, pemerintah dan pemodal harus setara dalam merumuskan strategi kebijakan publik untuk kepentingan bersama.

Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang. CSR tidak haram dipraktikkan bahkan dengan target mencari untung. Yang terpenting kemampuan menerapkan strategi.


(10)

Dengan adanya bisnis diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan persaingan, serta memelihara masyarakat di sekitarnya Perdagangan memerlukan adanya ketahanan eksternal dan pesanan internal, peraturan dan sarana yang memacu bisnis, serta mekanisme perdagangan yang ada di masyarakat. Perusahaan, pemilik perusahaan, dan pemegang saham lainnya bergantung pada masyarakat di mana perusahaan dioperasikan dalam usaha memperoleh pengakuan serta keuntungan. Dan ini bukanlah suatu jalan yang lurus. Masyarakat mengharapkan bisnis menghasilkan sesuatu bagi kepentingan mereka. Peran paling mendasar dari perdagangan adalah sebagai perantara yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan ini termasuk produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Hal yang sama pentingnya bagi masyarakat adalah penciptaan lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berhubungan dengan kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan.

Mengingat pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap masyarakat, maka sebagai salah satu Divisi Regional PT.Telkom, DIVRE – I mempunyai komitmen untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan usahanya di wilayah Sumatera. Untuk itu, berbagai kepedulian terhadap masyarakat telah dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan Good Corporate Citizenship. Kegiatan tesebut dilaksanakan dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berpedoman kepada Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP236/MBU/2003, Surat Edaran Kementerian BUMN No SE33/MBU/2003 dan Keputusan Direksi Telkom Nomor : KD51/KU200/PUK-00/2003 perihal Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Kutipan Sambutan Kadivre – I SUMATRA, Januari 2006). Program ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan perbaikan lingkungan masyarakat.


(11)

Dan pada penelitian ini, Penulis mengambil program Bina Lingkungan PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini.

B. PERUMUSAN MASALAH

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, Penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Implementasi Program Bina Lingkungan PT.Telkom Indonesia Tbk, Divre – I Sumatra Unit Community Development ?”

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN C. 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman dari pelaksanaan program kerja Telkom Community Development (TCD) PT.Telkom Tbk, DIVRE – I Sumatra, yaitu implementasi serta realisasi program PKBL sebagai salah satu usaha pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) yang bersifat pemberian bantuan kepada masyarakat.

C. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah penelitian, khususnya bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial, yang apabila nantinya bekerja pada suatu Perusahaan Badan Umum Milik Negara (BUMN), dan ketika akan melaksanakan program kerja CSR (Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan) kepada masyarakat, diharapkan para akademis Ilmu Kesejahteraan Sosial mampu


(12)

memberikan sumbangsih dalam merealisasikan program-program kegiatan CSR tersebut.

2. Secara praktis, khususnya kepada penulis hasil penelitian ini dapat menanbah wawasan dalam berpikir dan bertindak, sehinnga dapat memungkinkan Penulis dalam mengaplikasikan setiap program kerja CSR dalam suatu perusahaan.

3. Sebagai bahan pembanding bagi perusahaan lain dalam meningkatkan CSR dalam suatu perusahaan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari enam (6) BAB, antara lain : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, dimana pentingnya perusahaan memperhatikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, maka sesuai dengan keputusan Menteri BUMN Tentang Program Bina Lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pembangunan melalui perluasaan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya. PT. Telkom sebagai salah satu perusahaan BUMN melaksanakan fungsi dan tugas tersebut, yang juga bertujuan sebagai usaha dalam meningkatkan image perusahaan, baik secara moril maupun materil yang didasarkan pada etika bisnis serta kebijaksanaan perusahaan dalam bertanggungjawab. Bab ini juga berisikan tentang perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.


(13)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang konsep Implementasi program, konsep penjelasan Program Bina Lingkungan, konsep kemiskinan, konsep uraian BUMN, konsep tanggungjawab sosial perusahaan (CSR), peranan dan fungsi perusahaan dalam masyarakat dan termasuk didalamnya kerangka pemikiran serta definisi konsep dan operasional yang digunakan untuk membahas dan menganalisa hasil penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian yaitu Deskriptif, yaitu tipe penelitianyang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat,kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang sejarah singkat PT.Telkom dan tentang lokasi penelitian yang berpusat di Kantor PT. Telkom Indonesia Tbk, Divre – I Sumatra dan lokasi dimana Responden (Objek Binaan) bertempat.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Implementasi Program A. 1. Pengertian Implementasi

Implementasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sama dengan pelaksanaan (Badudu : 1996). Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Dalam kaitan ini, seperti yang dikemukakan oleh Ujodi dalam Wahab (1990 : 51) yang menyatakan bahwa :

Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang terpenting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan (wahab 1990 : 51).

Lebih jauh Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (Wahab 1990 : 49) merumuskan proses Implementasi adalah :

Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada tercapaainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan.

Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelli (Wibawa, 1994 : 19), Implementasi adalah sebagai berikut :

” Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan.

Sementara itu Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) mengatakan bahwa definisi implementasi adalah :

Memahami apa yang sebenarnya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yaitu kejadian-kejadian dan kegiatan-legiatan yang timbul setelah disyahkannya pedomam-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat (Wahab 1990 : 51).


(15)

Jadi implementasi atau pelaksanaan dapat dikatakan merupakan kemampuan yang tersusun untuk membentuk hubungan-hubungan yang lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan yang hendak tercapai.

A. 2. Pengertian Program

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Manila, 1996 : 43). Selanjutunya Jones (1991 : 35), menyebutkan :

Apakah program efektif atau tidak, maka stándar penilaian yang dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, peneraapan.

Ketiga standar penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Organisasi

Maksudnya disini ialah organisasi pelaksanaan program. Selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki strukutur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Stuktur organisasi yang


(16)

kompleks,stuiktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur dalam hal ini petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tugas aparat pelaksana program yang utama adlah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan negara. Agar tugas-tugas pelaksana program dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap aparatur dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan bidang tugasnya.

B. Interpretasi

Maksudnya disini agar program dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuaia dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwewenang.

a. ) Sesuai Dengan Peraturan

Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksanaan kebijaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik Peraturan Tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten. b. ) Sesuai Dengan Petunjuk Pelaksana

Sesuai dengan petunjuk pelaksana berarti pelaksanaan kebijaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktifitas pelaksanaan program.

c. ) Sesuai Petunjuk Teknis

Sesuai dengan petunjuk teknis berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dalam bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan


(17)

dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif, rasional dan realistis.

C. Penerapan

Maksudnya disini peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan, untuk dapat melihat ini harus dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan yang disiplin.

a. ) Prosedur kerja yang jelas

Prosedur kerja yang sudah ada harus memiliki prosedur kerja agar dalam paelaksanaannya tidak tejadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat di dalamnya.

b. ) Program kerja

Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat irealisasikan dengan efektif.

c. ) Jadwal kegiatan

Program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan evaluasi. Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya.

A. 3. Implementasi Program

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya


(18)

perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksnakan. Berhasil atau tidaknya suatu program di implementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif ). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggunujawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program ádalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan.

Gunakan mencapai tujuan impementasi program secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang kedua disebut sebagai proses implementasi kebijakan (Wibawa, 1994 : 4). Untuk mengoperasionalkan implementasi program agar tercapainya suatu tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi pelaksanaannya.

Model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh Edward III (1980 : 17), menyebutnya :

Empat (4 ) faktor dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni : komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi.


(19)

B. Konsep Tentang Program Bina Lingkungan (BL) B. 1. Pengertian Program Bina Lingkungan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/BMU/2003 Tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program Kemitraan Badan Milik Negara Dengan Usaha Kecil, BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4 disebutkan bahwa Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN diwilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaataan dana dari bagian laba BUMN.

B. 1. 1 . Bentuk Program Bina Lingkungan PT. Telkom, Tbk

Program Bina Lingkungan dilakukan merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap permasalahan masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha yang berbentuk bantuan hibah (bukan pinjaman), baik berupa uang maupun barang atau jasa yang diperlukan.

Adapun bentuk atau sasaran bantuan pada Program bina lingkungan dikelompokkan dalam 5 asnaf, yaitu :

1. Bantuan Bencana Alam

2. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 3. Bantuan Kesehatan Masyarakat 4. Bantuan Sarana Umum

5. Bantuan Sarana Ibadah (PKBL Oleh CDC Divre I Sumatra, 2004. 1)

Didalam proses penyaluran dana bantuan diatas, untuk setiap bantuan yang bersifat nasional dilakukan langsung oleh PT. Telkom Unit CDC, yaitu Divre – I Sumatra, sedangkan untuk bantuan yang bersifat lokal atau regional, maka dilakukan oleh masing masing Divisi Regional atau Kantor Daerah Telkom (Kandatel) yang ada di masing-masing provinsi di seluruh kawasan Sumatera.


(20)

B. 1. 2. Tata Cara Pengelolaan Dana Bantuan Program Bina Lingkungan PT. Telkom, Tbk

Dana bantuan Program Bina Lingkungan PT. Telkom diutamakan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasioanl perusahaan. Penyaluran dana pada program ini dilakukan baik berdasarkan proposal (calon) masyarakat binaan yang telah disetujui, maupun inisiatif dari Divisi Regional Unit Community Development PT. Telkom yang disetujui bersama.

Adapun tata cara penyaluran dana bantuan yang bersifat permohonan pada program bina lingkungan PT. Telkom adalah :

a. Calon/masyarakat binaan datang dengan mengajukan proposal permohonan, b. Apabila masyarakat yang memohon bantuan berada di luar kawasan Divre – I

Sumatra/Area Medan, maka proposal terlebih dahulu masuk ke Kandatel/Kantor Area dimana sipemohon tinggal, lalu dahulu akan diadakan pelaksanaan dan supervisi kegiatan.

c. Setelah diadakannya supervisi, maka PT. Telkom memberikan bantuan dana sesuai dengan hasil pertimbangan oleh pihak PT. Telkom yang berwenang,

d. Tahap yang terakhir yaitu adanya laporan dari pelakasanaan kegiatan oleh pihak pemohon kepada PT. Telkom sebagai bukti bahwa telah tersalurkannya dana bantuan sesuai dengan tujuan permohonan yang tertulis dalam kegiatan proposal.

Sedangkan bantuan yang bersifat Nasional seperti bantuan bencana alam, maka pihak PT. Telkom memberikan bantuan tersebut secara langsung kepada mereka yang membutuhkan.


(21)

B. 2. UNIT COMMUNITY DEVELOPMENT PT. TELKOM, Tbk

Adalah unit organisasi atau organisasi pusat Telkom yang mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, yang biasa disingkat dengan Telkom TCD. TCD adalah sebagai pengganti Organisasi Proyek Pengelolaan Dana Pembinaan Usaha Kecil PT. Telkom.

PT.Telkom sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Direksi Nomor KD.26/PS150/SDM-10/2001, tanggal 23 Juli 2001 tentang Proyek Pengelolaan Dana Pembinaan Usaha Kecil (Pasal 2 ayat 1 Maksud dan Tujuan). Telkom CD mempunyai Visi Misi serta Maksud dan Tujuan yang antara lain :

Visi :

Ingin tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan terdepan di Sumatra bersama masyarakat melalui program pemberdayaan berbagai komunitas.

Misi :

a) Memberikan dampak positif bagi Telkom

b) Meningkatkan kompetensi pengelola Usaha Kecil

c) Memberikan benefit bagi komunitas di sekitar lingkungan usaah Telkom Maksud :

a) Memberdayakan potensi usaha kecil

b) Memafaatkan kemampuan Telkom untuk membantu pengembangan usaha kecil

c) Meningkatkan hubungan sosial Telkom dengan komunitas masyarakat dan lingkungan perusahaan


(22)

Tujuan :

a) Menumbuhkan dan meningkatkan Usaha Kecil menjadi tangguh dan mandiri

b) Meningkatkan peran Usaha Kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor

c) Peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh struktur perekonomian nasional

d) Menciptakan keseimbangan sosial dan menggalang kebersamaan dengan masyarakat sekitar lingkungan perusahaan sehingga tercipta iklim yang kondusif bagi pelaksanaan operasional.

Sesuai dengan hasil keputusan Direksi PT.Telkom Nomor Tel.228/PR110/UH/2003 tanggal 13 Mei 2003 tentang Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, tepatnya dalam Pasal 4 ayat 1 sampai 3 tentang kelengkapan organisasi, bahwa Organisasi Telkom CD terdiri atas :

a. Kepala Pusat;

b. Urusan Kesekretariatan;

c. Bidang Perencanaan dan Pengendalian; d. Bidang Shared Services;

e. Sub-Center Program Kemitraan; dan f. Sub-Center Program BL (ayat 1)

Telkom CD adalah unit bisnis Perusahaan yang secara struktural berada di bawah Direktur SDM dan Bisnis pendukung (ayat 2).

Wilayah layanan CD Divre – I mencakup seluruh wilayah Pulau Sumatra dan pulau sekitarnya yang terdiri dari 10 Provinsi yang didalamnya terdapat 21 kotamadya dan 52 kabupaten. Dalam jajaran organisasi Telkom wilayah layanan CD Divre – I


(23)

meliputi 8 Kandatel, antara lain Kandatel NAD, Sumut, Medan, Riau Daratan (Ridar), Riau Kepulauan (Rikep), Sumbar, Sumbagsel, dan Lampung. Untuk pengelolaannya disamping berada pada 8 kantor Datel tersebut, juga ditambah dengan 3 kantor Area Pelayanan provinsi yaitu Jambi, Bengkulu & Bangka Belitung, yang ketiganya masuk kedalam jajaran Kandatel Sumbagsel (Laporan Tahun 2005, CDC Divisi Regional I Sumatra).

C. Konsep Tentang Kemiskinan

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John Kenneth Galbraith melihat kemiskinan di Amerika Serikat terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum, kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan kemiskinan individu. Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatim, kelompok lanjut usia.

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak, ditinjau dari berbagai aspek, yaitu sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi


(24)

terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.

Ada 2 teori kemiskinan, yaitu teori struktural dan kultural, atau yang sering disebut dengan kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Yang pertama, teori struktural (buatan) mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh struktur sosio-politik yang membuat masyarakat miskin. Dengan kata lain, struktur sosial masyarakat (yang disebabkan kebijakan politik tertentu, atau struktur hukum tertentu) membuat masyarakat kehilangan "kesempatan" dan sulit membangun kesempatan untuk memberdayakan dirinya dalam hal ekonomi. Dan yang kedua, teori kultural (alamiah) terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.

Karena penyebab kemiskinan yang terjadi di Indonesia sangat kompleks, maka perspektif dalam melihat kemiskinan tersebut (cara untuk mengatasinya) pun harus dilihat berdasarkan persoalan real dalam masyarakat. Masyarakat mana yang harus secara langsung mendapat bantuan dana, dan masyarakat mana yang harus disiapkan baik dari segi pendidikan, pelatihan maupun lapangan kerja.

D. Uraian Tentang Pengertian BUMN

Sesuai dengan isi dari Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.


(25)

Sedangkan Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Bagi direksi perusahaan yang berbentuk persero terdapat ketentuan perusahaan yang lebih khusus, sebagaimana diatur dalam pasal 6 sampai dengan pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), sebagaimana telah diubah dengan PP No. 45 Tahun 2001. Keberadaan direksi persero, disamping diatur dalam UUPT juga diatur dalam PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero).

Dan Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Disamping itu, terdapat ketentuan lain yang khusus berlaku dalam perusahaan berstatus BUMN, yaitu Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan praktek Good Corporate Gouvernance dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam ketentuan ini antara lain menyatakan Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 2 PP No. 12/1998. Oleh karena itu, perusahaan perseroan (Persero) harus tunduk kepada ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri BUMN (Widiyono, 2004 : 119)

Ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai perintah dari Menteri BUMN kepada BUMN yang berada di bawah pengawasannya agar menjalankan prinsip Good Corporate Gouvernance, disamping sebagai upaya untuk memberikan landasan


(26)

hukum dan pedoman bagi BUMN dalam melaksanakan Good Corporate Gouvernance. Prinsip-prinsip Good CorporateGouvernance meliputi :

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevean mengenai perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa bantuan kepentingan dan pengaruh /tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ sehingga perusahaan terlasana secara efektif. 4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yag timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Widiyono.2004:121)

6. UU RI No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, BAB I Ketentuan Umum Pasal 2 ayat 1 tentang maksud dan tujuan pendirian BUMN.

E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam memahami konsep tanggungjawab sosial perusahaan, terdapat dua pandangan yang saling bertolak belakang. Pertama adalah pandangan positif yang melihat bahwa tanggungjawab perusahaan adalah bentuk dari partisipasi perusahaan dalam menciptakan masyarakat yang maju dan ideal sesuai dengan apa yang


(27)

dicita-citakan. Kemudian pandangan negative dimana tanggungjawab social perusahaan dianggap sebagai pelayanan kepada masyarakat yang selalu diarahkan untuk mencapai keuntungan (tangible maupun intangible) bagi pemilik perusahaan. Hal demikian tidak dapat disalahkan, karena hanya perusahaan itulah yang mengetahui tujuan dan motivasi dari pelaksannaan tangungjawab sosialnya.

Pelaksanaan tangungjawab sosial berbeda-beda di setiap perusahaan, tergantung dari besarnya usaha, bidang usaha,budaya perusahaan, dan komitmen dari kepemimpinan perusahaan itu. Beberapa perusahaan memfokuskan tanggungjawab sosialnya hanya pada satu bidang saja yang berhubungan dengan usahanya, misalnya: sebuah perusahaan pertambangan minyak dan gas yang mengkonsentrasikan tanggungjawab sosialnya pada bidang lingkungan. Sementara terdapat perusahaan lain yang bahkan mengintegrasikan tanggungjawab sosial itu kedalam semua aspaek usahanya.

Pengertian tanggungjawab sosial perusahaan pun berbeda-beda tergantung pada kondisi dan ruang lingkup kegiatan usaha. Definisi tanggungjawab sosial perusahaan menurut The International Chamber of Commerce (1999) “ The voluntary Commitment of Business to Manage Its Activities In a Responsible Way.” (http: // www.cauxroundtable.org/ Corporate Governance and Social Responsibility HTM, 2 september 2002 ) yaitu Komitmen yang dilakukan secara sadar oleh dunia bisnis untuk mengatur kegiatan-kegiatan secara bertanggungjawab. Selain itu tanggung jawab sosial perusahaan juga merupakan tanggung jawab sosial korporate atau perusahaan terhadap masyarakat, sebagai usaha dalam meningkatkan image perusahaan, yang bukan hanya dilakukan dalam bentuk pemberian bantuan semata, melainkan juga dengan memberikan bantuan yang bersifat pinjaman, sehingga masyarakat diharapkan lebih mandiri dalam mengelola modal bantuan tersebut dalam


(28)

usaha pekerjaannya, demi meningkatkan kesejahteraan hidup atau taraf hidup masyarakat. Dari seluruh definisi tanggungjawab sosial perusahaan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tanggungjawab sosial adalah komitmen, kesadaran, nilai dan etika dari perushaan didalam menjalankan kegiatan usahanya untuk memberikan tanggungjawab secara sosial dan moral dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dilingkungan perusahaan tersebut yang diwujudkan melalui kebijakan, praktek, dan program uasha kesejahteraan. Sasaran dari tanggungjawab sosial perusahaan meliputi lingkungan dalam (internal), seperti lingkungan disekitar perusahaan dan masyarakat luas.


(29)

Selanjutnya untuk memahami tentang dimensi internal dan eksternal tersebut, juga perlu dilihat indikator-indikator dari tanggungjawab sosial sebuah perusahaan pada table berikut ini.

Tabel 1

Indikator-indikator tanggungjawab sosial perusahaan

No. Lingkungan Karyawan

1. Pengendalian produk Pelatihan

2. Limbah produksi Pendidikan

3. Proteksi pada lingkungan Kesehatan dan keamanan

4. Konservasi energi Pensiun

5. Konservasi bahan alam Liburan

6. Dukungan pada kegiatan

perlindungan lingkungan

Pekerja minoritas

7. - Pekerja wanita 8. - Serikat buruh 9. - Kecelakaan industri 10. - Komunikasi karyawan 11. - Bonus karyawan

Sumber: Harianto dan Sudomo, Proposal Corporate Social Responsibility, 1998 Dari indikator-indikator tanggungjawab sosial perusahaan menurut Harianto dan Sudomo(1998), dapat diketahui apa saja yang menjadi lingkup dari tanggungjawab sosial perusahaan termasuk tanggungjawab sosial yang berdimemsi internal.


(30)

F. Peranan dan Fungsi Perusahaan Dalam Masyarakat

Perusahaan diwajibkan menjalankan sejumlah fungsi atau tugas dalam masyarakat, antara lain :

1. Tugas ekonomi dan produksi : tugas ini termasuk pemeliharaan tanah dan produksi makanan, pembuatan dan distribusi barang dan jasa, serta semua tugas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kemakmuran : pertanian, pertambangan, pabrik, distributor, pengecer, dan perusahaan lainnya yang menciptakan keberhasilan dunia bisnis dan perdagangan termasuk peranan ekonomi yang berhubungan lainnya.

2. Tugas pemeliharaan : tugas ini mempersatukan masyarakat, serta memelihara stabilitas dan kelangsungan hidup. Hampir semua aktivitas yang melibatkan pengalihan dan pembentukan pengetahuan dan kebudayaan berada dalam kategori ini. Pendidikan, agama, kesehatan, pelayanan kesejahteraan, dan beberapa aspek media memberikan contoh yang jelas mengenai lembaga yang menjalankan peran ini.

3. Fungsi adaptif : tugas ini memberikan sarana sehingga masyarakat dapat memberikan umpan-balik. Penelitian, aktivitas yang kreatif, dan sarana yang membentuk perdebatan atau konflik dilaksanakan di sini.

4. Tugas manajerial atau politis : setiap masyarakat, dalam suatu kelompok manusia, memerlukan institusi dan sistem yang menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan kelompok dan agen yang berhubungan dengan arbitrasi dan penyelesaian konflik atau harapan yang bertentangan. (Cannon.1995:37)


(31)

G. Kerangka Pemikiran

Sejak awal para pendiri bangsa telah menyadari bahwa Indonesia sebagai kolektifitas politik tidak memiliki modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi, sehingga ditampung dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1-3, khususnya ayat 2 yang menyatakan ” Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. Secara eksplisit ayat ini menyatakan bahwa Negara akan mengambil peran dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu selama UUD 1945 pasal 33 masih tercantum dalam kontitusi maka selama itu pula keterlibatan pemerintah (termasuk BUMN) dalam perekonomian Indonesia sangat berperan penting. Khusus untuk BUMN pembinaan usaha diarahkan guna mewujudkan visi yang telah dirumuskan. Paling tidak terdapat 3 visi yang saling terkait yakni visi dari founding father yang terdapat dalam UUD, visi dari lembaga/badan pengelola BUMN dan visi masing-masing perusahaan BUMN. Kesemuanya ini harus dapat diterjemahkan dalam ukuran yang jelas untuk dijadikan pedoman dalam pembinaan.

PT. Telkom Tbk, khususnya Divisi Regional I Sumatra, sebagai salah satu perusahaan dibawah naungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang unggul di Indonesia, menerapakan sistem Good Corporate Citizenship dalam pembangunan serta kemakuan dari PT. Telkom itu sendiri. Usaha ini di wujudkan dengan adanya Keputusan Direksi PT. Telkom Nomor : KED-236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh Unit Community Development. Khusus pada Program Bina Lingkungan PT. Telkom terdapat beberapa bentuk atau sasaran bantuan yang di kelompokkan kedalam 5 asnaf, antaralain: Bantuan Bencana Alam, Bantuan Pendidikan dan Pelatihan, Bantuan Kesehatan Masyarakat, Bantuan


(32)

Sarana Umum, Bantuan Sarana Ibadah yang semuanya itu bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan perusahaan itu sendiri.

Adapun Program tersebut di atas bertujuan untuk lebih mensejahterakan masyarakat dan kemajuan perusahaan BUMN. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran di bawah ini :

UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1-3

UU RI No. 19 Thn 2003 Tentang BADAN USAHA MILIK NEGARA

Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : KEP-236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Surat Edaran Kementerian BUMN No SE33/MBU/2003

Keputusan Direksi Telkom Nomor : KD51/KU200/PUK-00/2003

Prihal Program Bina Lingkungan PT. Telkom

Unit Community Development

Program Bina Lingkungan : 1. Bantuan Bencana Alam

2. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 3. Bantuan Kesehatan Masyarakat 4. Bantuan Sarana Umum

5. Bantuan Sarana Ibadah


(33)

H. Definisi Konsep Dan Definisi Operasional H. 1. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggunakan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun. 1989 : 33). Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga fokus masalah dan timbulnya kekacauan ataupun kesalahpahaman yang dapat mengaburkan penelitian. Oleh karena itu dalam menjelaskan penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa defenisi konsep antara lain :

1. Implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melaksanakan atau mengoperasikan sebuah program baik itu yang dilakukan oleh individu, kelompok, organisasi, masyarakat maupun pemerintah sendiri.

2. Program Bina Lingkungan adalah suatu program TELKOM sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Good Corporate Citizenship untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha Perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Perusahaan

3. Unit Community Development adalah Unit organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta bertanggungjawab langsung kepada Direksi BUMN Pembina.

4. PT. Telekomunikasi Indonesia Divre – I Sumatera adalah salah suatu perusahaan Pemerintah BUMN yang terbesar di Indonesia yang bergerak dibidang pelayanan jasa komunikasi.

5. Implementasi Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia Tbk, adalah merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap permasalahan masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha yang berbentuk bantuan hibah (bukan pinjaman), baik berupa uang maupun barang atau jasa yang diperlukan.


(34)

H. 2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menentukan proses pengukuran variabel (Singarimbun. 1989 : 46). Sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, maka variabel yang berhubungan dengan penelitian ini diukur dengan:

1. Proposal permohonan bantuan yang disampaikan oleh calon atau masyarakat binaan.

2. Tata cara atau prosedur awal pemberian proposal permohonan bantuan kepada PT. Telkom diukur dengan:

a. Tingkat kemudahan dan kesulitan dalam hal permohonan bantuan

b.Tentang frekuensi waktu (berapa lama menunggu jawaban permohonan bantuan)

3. Diterima atau tidaknya proposal permohonan, dengan adanya pemberitahuan oleh PT. Telkom (hasil akhir atau jawaban dari proposal permohonan bantuan).

4. Tata cara atau prosedur penerimaan proposal permohonan bantuan kepada PT. Telkom, diukur dari:

a. Tingkat kemudahan atau kesulitan penerimaan bantuan b. Frekuensi waktu untuk menerima dana bantuan

5. Jumlah atau banyaknya dana bantuan yang diberikan oleh PT. Telkom.

6. Apakah dalam pemberian bantuan ada perjanjian atau kesepakatan dari PT. Telkom kepada masyarakat atau lembaga atau yayasan yang menerima bantuan 7. Bentuk bantuan yang diberikan diukur dengan:

a. Pemberian bantuan yang bersifat dana b. Pemberian bantuan yang bersifat barang c. Pemberian bantuan yang bersifat jasa


(35)

8. Kesesuaian dana bantuan yang diberikan dengan diterima

9. Manfaat dari pemberian bantuan, diukur dengan:

a. Manfaat dan pemberian bantuan kepada masyarakat

b. Manfaat dan pemberian bantuan kepada PT. Telkom

10. Pemanfaatan dana bantuan digunakan untuk pembangunan atau perbaikan sarana


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah Deskriptif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survei (Atherton&Klemmack, 1982).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Kantor PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I – Sumatra Unit Community Development (CD) beralamat di Jl. H. M. Yamin , SH No. 2 Medan 20111 Telp. (061) 4103045 dan lokasi dimana Unit atau Lembaga atau Yayasan Objek Binaan PT. Telkom berada. Adapun alasan Penulis mengambil setting PT. Telkom Tbk Divre – I Sumatra ini dalam usaha penyelesaian proposal penelitian ini karena mengingat bahwa PT. Telkom merupakan salah satu perusahaan BUMN (Persero) yang terbesar di Indonesia, dan merupakan salah satu aset perusahaan negara yang terbesar pula. Penulis ditempatkan di Unit Community Development (CD) yaitu Unit yang khusus menangani masalah Program Bina Lingkungan (BL) atau dengan kata lain unit yang mengelola tentang perusahaan dengan hubungan masyarakat (Humas).


(37)

C. Populasi Dan Sampel C.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti (Soehartono, 2004. 57). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Masyarakat yang menerima bantuan pada Program Bina Lingkungan PT. Telkom Medan dalam 2 tahun terakhir, dari tahun 2005 - 2006, dengan total jumlah 78 Unit/Lembaga yang tersebar di berbagai penjuru Kota Medan (Soehartono, 2004. 57).

C.2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004. 57). Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mengambil 14 Unit/Yayasan Objek Binaan yang mendapat bantuan dana melalui Program Bina Lingkungan PT. Telkom dengan alasan bahwa 14 Unit atau Yayasan yang menjadi sample penelitian sudah mewakili dari populasi. Dan pada masing-masing sample tersebut juga sudah mewakili dari semua asnaf bantuan pada Program Bina Lingkungan PT. Telkom. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposif Random Sampling atau teknik pengambilan sampel secara acak (Soehartono, 2004. 60).


(38)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data informasi yang ada yang menyangkut tentang Program Bina Lingkungan PT. Telkom dengan mempelajari dan menelaah buku-buku dan media lain yang relevansinya dengan masalah tanggung jawab sosial Perusahaan.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti :

a) Observasi (pengamatan), dilakukan dengan memperhatikan dan mengamati kegiatan hasil pembangunan penerimaan bantuan para Masyarakat/Yayasan tersebut.

b) Wawancara yaitu peneliti dalam memperoleh dan mengumpulkan data, akan mengadakan dialog secara langsung dengan mengajukan pertanyaan mengenai persoalan Program Bina Lingkungan terhadap mereka.

c) Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyusun daftar pertanyaan tertulis atau angket mengenai Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebarkan kepada responden.


(39)

Data menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua : (1) data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden); sedangkan (2) data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu (Bagong : 55). Disini Penulis memperoleh data primer melalui responden yaitu masyarakat/Yayasan Objek Binaan yang telah mendapatkan bantuan atau sumbangan dari PT. Telkom. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Perusahaan Telekomunikasi Indonesia Divisi Regional I Sumatra Unit Community Development.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif dengan memaparkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan cara membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban melalui observasi, kuesioner dan wawancara sehingga dengan mudah disimpulkan kemudian akan dipaparkan dan dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk A.1. Sejarah Berdirinya PT.Telkom Indonesia, Tbk

Pada awalnya PERUMTEL bernama Post - en Telegraaftdients yang didirikan pada tahun 1884 dengan Staasblad No. 52. Bahkan pada sampai tahun 1905 tercatat 38 perusahaan telekomunikasi di Indonesia, akan tetapi pada tahun 1906 diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dan dirubah menjadi Post, Telegraaf En Telefoondiest (PTT) berdasarkan Staasblad No. 395 atau dengan kata lain lebih dikenal dengan nama PTT - Dienst. Dan pada tahun 1927 ditetapkan sebagai Perusahaan Negara berdasarkan Staasblad No. 419 tahun 1927 tentang Indonesia Bedrijivenment (IBW, Undang-Undang Perusahaan Negara).

Jawatan PTT - Dienst ini berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang (Perpu) No. 19 tahun 1960 oleh Pemerintah Republik Indonesia tentang persyaratan suatu Perusahaan Negara dan PTT - Dienst memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan tersebut dan tetap menjadi Perusahaan negara (PN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961, tantang pendirian Perusahaan negara Pos dan Telekomunikasi disebutkan bahwa Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud pada pasal 2 IBW dilebur ke dalam Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Pos dan Telekomunikasi).

Melihat adanya perkembangan terhadap peraturan yang telah dibuat, maka pemerintah memandang perlu untuk membagi PN Pos dan Telekomunikasi menjadi 2 (dua) Perusahaan Negara yang berdiri sendiri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1965, maka berdirilah Perusahaan Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan


(41)

Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi) diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1965. Bentuk inipun dikembangkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Telekomunikasi melalui Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1974. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan pula Perusahaan Umum Telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri maupun luar negeri. Tentang hubungan telekomunikasi luar negeri pada saat itu juga diselenggarakan PT. Indonesian Satellite Corporation (Indosat) yang masih berstatus perusahaan yang didirikan berdasarkan Peraturan Perundangan Negara bagian Delaware, Amerika Serikat.

Pada akhir tahun 1980 Pemerintah Negara Republik Indonesia mengambil kebijakan untuk membeli seluruh saham PT Indosat dengan modal asing ini dari American Cable dan Radio Corporation. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum, Pemerintah mengeluarkan Peraturan No. 53 tahun 1980, PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi untuk umum Internasional.

Pada akhir tahun 1980 Pemerintah Negara RI mengambil kebijakan untuk membeli seluruh saham PT. Indosat dengan modal asing ini dari American Cable dan Radio Corporation. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980 tentang telekomunikasi untuk umum, yang isinya tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980, PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umumdalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi untuk umum Internasional.


(42)

Memasuki Repelita V (lima) Pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan telekomunikasi, karena sebagai Infrastructural diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Selain hal tersebut penyelenggara telekomunikasi membutuhkan manajemen yang lebih profesional, oleh sebab itu perlu menyesuaikan bentuk perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia atau Telkom sebagaimana dimaksud dalam Undang -Undang No. 9 tahun 1989. Sejak saat itu berdirilah Perusahaan perseroan (Persero) Telekomunikasi atau Telkom.

Divisi Regional Telkom mencakup wilayah-wilayah yang dibagi sebagai berikut : 1. Divisi Regional I, Sumatera,

2. Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya. 3. Divisi Regional III, Jawa Barat.

4. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 5. Divisi Regional V, Jawa Timur.

6. Divisi Regional VI, Kalimantan.

7. Divisi Regional VII, Kawasan Timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor-Timur, Maluku dan Irian Jaya.


(43)

A.2. Logo dan Makna PT. Telkom Indonesia, Tbk Gambar 1

Logo PT. Telkom Indonesia, Tbk

1. Bentuk visual logo : misi Telkom yang mantap, modern, luwes, sederhana, cepat terlihat secara utuh.

2. Menggambarkan dunia telekomunikasi modern melalui teknologi mutahir yang tercermin dalam citra keseluruhan.

3. Gambaran sifat komunikasi serta kerja sama yang selaras secara berkesinambungan dan dinamis, digambarkan oleh garis - garis yang mengesankan gerak beraturan dengan warna dominan biru tua dan biru muda bergradasi membentuk kesatuan visual/grafis yang utuh.

4. Warna biru tua dan biru muda gradasi menggambarkan teknologi tinggi telekomunikasi yang berkembang dalam suasana masa depan yang gemilang. 5. Ruang gerak Telkom secara nasional dan internasional tergambar dalam bentuk

bulatan atau super elips dari logo.

6. Bentuk bulat yang berwarna biru tua menggambarkan utuhnya Wawasan Nusantara yang dipersatukan oleh telekomunikasi.

7. Bentuk huruf yang dipakai mencerminkan karakter modern, kokoh, berwibawa, kompak, namun tetap sederhana dan mudah dibaca.


(44)

A.3. Kredo PT. Telkom Indonesia, Tbk

Adapun Kredo yang dimilki oleh PT. Telkom mempunyai arti yaitu : 1. Kami selalu fokus kepada pelanggan

2. Kami selalu memberikan pelayanan yang prima dan mutu produk yang tinggi serta harga yang kompetitif

3. Kami selalu melaksanakan segala sesuatu melalui cara - cara yang terbaik (Best Practices)

4. Kami selalu menghargai karyawan yang proaktif dan inovatif dalam peningkatan produktifitas serta konstribusi kerja.

A.4. Maskot PT. Telkom Indonesia, Tbk

PT. Telkom mempunyai Maskot “Be - Bee” yang mempunyai arti yaitu Antena Lebah Sensistif terhadap segala keadaan dan perubahan, Mahkota kemenangan, Mata yang Tajam dan Cerdas, Sayap Lincah dan Praktis, Tangan Kuning Memberikan Karya yang Terbaik.

A.5. Visi dan Misi PT. Telkom Indonesia, Tbk

Visi PT. Telkom adalah suatu target atau tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan usahanya, sedangkan misi PT. Telkom adalah upaya - upaya yang dilakukan agar target atau tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.


(45)

A.5.1. Visi

Adapun Visi PT.Telkom Indonesia, Tbk adalah : To Become a Leading Infocom Company in the Region “

Menjadi InfoCom player mengandung arti bahwa PT. Telkom berupaya sebagai Unit Bisnis Infocom (P&M) yang mempunyai keunggulan performansi di kawasan Sumatera dengan melakukan data perbandingan di Asia Pasifik.

PT. Telkom sebagai perusahaan Telekomunikasi Indonesia yang berpegang teguh pada etika bisnis, sementara menjadi citra perusahaan, berusaha untuk terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan untuk menjadi lebih baik dan maju serta unggul dalam menyelenggarakan bisnis Telekomunikasi dan bisnis dalam situasi yang kompetitif saat sekarang ini

A.5.2. Misi :

Untuk mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi Divre - I yang sesuai dengan Misi Telkom, antara lain :

1. To provide one stop service with excellent quality and competitive pricing, yang berarti bahwa Telkom menjamin pelanggan akan mendapatkan pelayanan yang terbaik, berupa kemudahan, kualitas produk, kulaitas jaringan dengan harga yang kompetitif.

2. Managing business thru best practice, competitive advantages & sinergy, yang berarti bahwa Telkom akan mengelola bisnis melalui praktik - praktik terbaik dengan mengoptimalisasikan SDM unggul, dengan menggunakan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang menguntungkan secara timbal balik dan saling mendukung secara sinergis.


(46)

B. Gambaran Tentang PT. Telkom Indonesia Tbk, Divisi Regional - I Sumatera PT. Telkom Indonesia Tbk, Divisi Regional - I Sumatera adalah sebagai profit center dari Telkom Area Sumatera, yang berpusat di Jl. H. M. Yamin SH No. 2 Medan.

B.1. Visi dan Misi Divre I Sumatera B.1.1. Visi

Adapun Visi dari Divisi Regional I Sumatera adalah “To be the most reliable and profitable infocom services and network provider company in Sumatra”

Menjadi perusahaan penyedia layanan dan jaringan Infocom yang paling handal dan menguntungkan di Sumatera.

B.1.2. Misi

Menyediakan solusi Multi Service dan akses Infokom yang berkualitas tinggi yang dapat memuaskan pelanggan, memberikan imbal investasi kepada share holder, mensejahterakan pegawai serta bermanfaat bagi masyarakat.

B.2. Budaya Kerja Divre – I Sumatra

Budaya TELKOM yang baru dirumuskan dengan istilah “THE TELKOM WAY 135”. Sebagai sebuah perusahaan besar yang tengah menghadapi perubahan -perubahan kritis, TELKOM memerlukan budaya korporasi yang bisa menjadi sumber identitas bagi para Insan TELKOM didalam menghadapi perubahan besar, merangsang inspirasi untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan, dan memberi kekuatan untuk meraih keunggulan bersaing.

Tidak ada satupun perusahaan terkemuka didunia yang tidak mengembangkan budaya korporasi. Seperti juga mereka, TELKOM ingin agar THE TELKOM WAY


(47)

135 bisa dihayati secara seksama oleh para Insan TELKOM seluruhnya, meresap didalam batin, sehingga kemudian menjadi ruh bersama (collective spirit) yang membimbing cara melihat, cara berpikir, cara merasa, dan berperilaku di dalam menghadapi persaingan bisnis telekomunikasi.

TELKOM berkeyakinan bahwa dalam lingkungan bisnis telekomunikasi yang sedang mengalami perubahan-perubahan besar seperti sekarang ini, untuk berhasil perusahaan tidak bisa lagi mengandalkan kepada perubahan-perubahan transaksional. Tetapi juga memerlukan perubahan-perubahan transformasional, yang diantaranya melibatkan perubahan sikap mental dan kecenderungan berpikir (mindset) semua Insan TELKOM.

Budaya baru TELKOM mengandung maksud untuk “Meneguhkan hati, Merajut pikiran, dan Menyerasikan langkah“ semua insan TELKOM dalam berkiprah untuk memenangkan persaingan di bisnis InfoCom. THE TELKOM WAY 135, budaya baru TELKOM yang harus menjiwai seluruh insan TELKOM ke depan, budaya korporasi yang memberi karakter khas TELKOM dan menjadi salah satu penentu daya saing perusahaan ke depan.

Tampilan menyeluruh THE TELKOM WAY 135 dan keterkaitan di antara masing-masing unsurnya bisa dilihat pada gambar dan tabel berikut ini :


(48)

Gambar 2 THE TELKOM WAY

Budaya Korporasi yang dikembangkan TELKOM mencakup tiga tingkatan unsur sebagai berikut:

Asumsi Dasar. Yakni anggapan atau pun pandangan dasar yang menentukan bagaimana insan TELKOM mempersepsi, berpikir, dan merasakan sesuatu. Anggapan atau pandangan ini diterima tanpa perlu mempertanyakan lagi kebenarannya. Esensi budaya TELKOM terletak pada asumsi dasar ini.

Nilai-Nilai.Yakni apa yang dianggap penting, apa yang sebaiknya, atau apa yang berharga.

Artefak, Perilaku. Mencakup benda - benda, simbol, upacara dan seremoni, tingkah laku.

Asumsi dasar adalah komponen yang terdalam dari budaya. Sedangkan nilai dan perilaku merupakan manifestasi yang lebih konkret dari asumsi dasar, bahkan artefak bisa dilihat dan dirasakan. Dengan demikian dalam model budaya TELKOM


(49)

perilaku. Ketiganya harus dilihat dan diperlakukan sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu.

Dengan menggunakan ketiga unsur yang berbeda tingkatnya itu, maka Budaya Korporasi yang dikembangkan TELKOM dirumuskan dengan 1 (satu) asumsi dasar, 3 (tiga) nilai inti, dan 5 (lima) langkah perilaku sebagai berikut:

Asumsi Dasar : Committed 2 U  Nilai-Nilai Inti :

1. Customer Value 2. Excellent Service 3. Competent People Perilaku : 1. Stretch The Goals

2. Simplify

3. Involve Everyone 4. Quality is My Job 5. Rewards the Winners

B.3. Unit Kerja Divre – I Sumatera

Setiap Unit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.

1. Kadivre I (Kepala Divisi Regional I) dan Deputi

Divre I dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional I, yang selanjutnya disebut Kadivre I dan dibantu oleh seorang Deputi Regional I yang selanjutnya disebut Deputi Kadivre I. Tugasnya yaitu melakukan integrasi dan sinergis kebijakan serta penggunaan sumber daya dalam menyelenggarakan peran general management


(50)

untuk mencapai sasaran organisasi, serta melaksanakan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2. Bidang Sekretariat

Tugasnya yaitu menyusun jadwal dan rencana kegiatan kantor Kadiv dan Deputi, menyusun laporan manajemen, serta mengelola dan mengolah data informasi dan pelaporan eksekutif.

3. Bidang Business Development

Bertanggung jawab atas peningkatan keakuratan dan kecepatan pengolahan data, peningkatan proses evaluasi, peningkatan ketajaman analisis, pencapaian proses perencanaan yang efisien dan akurat. Sedangkan tugasnya yaitu menrencanakan dan mengembangkan bisnis, mengkaji kesesuaian penggunaan teknologi dan menyusun rencana kebutuhan infrastruktur, mengatur atau menata network dan relokasi, mengelola investasi alat produksi, dan mengelola serta mengevaluasi kemitraan dengan vendor

4. Bidang Service & Marketing

Bertanggung jawab atas pencapaian target pemasaran dan target pendapatan dengan memfokuskan pada pelanggan bisnis. Tugasnya adalah mengembangkan strategi dan perencanaan pemasaran, menganalisis pasar dan pelanggan, mengembangkan pelayanan dan mengendalikan serta mengembangkan channel distribution.

5. Bidang Warung Telekomunikasi, Telepon Umum dan Kemitraan

Tugasnya yaitu meningkatkan efisiensi pengelolaan bisnis wartel, meningkatkan availibity telepon umum, merealisasi hak-hak Divre I dalam mengimplementasi interkoneksi dan menciptakan situasi kerja sama dengan operator yang saling menguntungkan.


(51)

6. Bidang Public Relations (PUREL)

Tugasnya yaitu memproses komunikasi termasuk medianya, mengelola social responsibility dan mengelola calender of event.

7. Bidang Performasi

Bertanggung jawab atas pengelolaan kebijakan operasi, pemeliharaan, analisis atau evaluasi performansi Divre - I Sumatra. Tugasnya yaitu menyusun proses bisnis dan dokumen mutu, mengelola inovasi dan knowledge management, mengelola revenue assurance, menyusun kebijakan dan perencanaan pemeliharaan jaringan akses, mengatur perangkat SOP dan Network, menyediakan dan mengembangkan Sistem Informasi Jaringan Akses, dan mengevaluasi kinerja unit - unit bisnis.

8. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

Bertanggung jawab terhadap pembuatan dan pelaksanaan kebijakan kepegawaian serta hubungan kepegawaian, melakukan pengembangan eksekutif yang semuanya mengacu kepada peraturan pemerintah. Tugasnya yaitu mengembangkan system dan prosedur SDM, mengelola kinerja SDM, merencanakan dan mengendalikan karir, rekrutasi, sleksi, dan penempatan, sebagai mediator antara serikat karyawan dengan manajemen, serta mengelola budaya The Telkom Way 135. 9. Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyediaan dukungan operasional keuangan kepada seluruh uitn kerja, penyelenggaraan akuntansi, pengelolaan pendapatan dan pengendalian keuangan serta penyusunan strategi dalam mencapai sasaran keuangan PT. Telkom Divre - I Sumatra. Tugasnya yaitu memverifikasi seluruh pembayaran, merencanakan dan mengoptimalkan cash flow, memonitoring penerimaan pendapatan, piutang usaha dan penerimaan lainnya, mengelola perpajakan dan


(52)

anggaran, menyusun dan menganalisa laporan keuangan serta menganalisa realisasi anggaran.

10.Restructuring Center

Tugasnya yaitu memberikan saran kepada Kadivre dalam membangun dan memelihara paradigma organisasi baru dan budaya perusahaan, mengevaluasi secara umum implementasi organisasi dalam rangka pencapaian Sustainable Growth dan mengevaluasi pencapaian program-program PT Telkom Divre I.

11.Bidang General Affair

Tugasnya yaitu mengelola proses perencanaan logistic, menganalisa harga dan mengelola data based harga, mengelola perputaran dan mutasi asset serta membina dan mengembangkan mitra usaha kecil.

B.4. Area Pelayanan PT. Telkom, Tbk Divre I Sumatra

PT. Telkom Divre I Sumatra membagi wilayah pelayanan menjadi 8 kantor daerah pelayanan telekomunikasi (Kandatel), antara lain :

1. Kandatel Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan Area Pelayanan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan sebagian daerah Provinsi Sumatera Utara (Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan) yang membawahi Area Pelayanan City (APC) Banda Aceh dan Area Pelayanan (AP) Lhoksumawe, Langsa dan Meulaboh.

2. Kandatel Medan (MDN) dengan Area Pelayanan Kotamadya Medan, Kotif Binjai dan sebagian daerah Kabupaten Deli Serdang (Tanjung Morawa, Perbaungan, Lubuk Pakam), yang membawahi Area Pelayanan (AP) Lubuk Pakam dan Binjai.


(53)

3. Kandatel Sumatera Utara (SUMUT) dengan Area Pelayanan (AP) Provinsi Sumatera Utara selain Area Pelayanan Kandatel NAD dan Kandatel Medan, yang membawahi Area Pelayanan (AP) Rantau Prapat, Sibolga, Kabanjahe, Kisaran dan Padang Sidempuan.

4. Kandatel Sumatera Barat (SUMBAR) dengan Area Pelayanan Provinsi Sumatera Barat, yang membawai Area Pelayanan City (APC) Padang, dan Area Pelayanan (AP) Bukit Tinggi dan Solok.

5. Kandatel Riau Daratan (Ridar) dengan Area Pelayanan Provinsi Riau, yang membawahi Area Pelayanan City (APC) Pekanbaru, dan Area Pelayanan (AP) Duri, Dumai dan Indragiri.

6. Kandatel Riau Kepulauan (Rikep) dengan Area Pelayanan Provinsi Kepulauan Riau, yang membawahi Area Pelayanan City (APC) Batam, Area pelayanan (AP) Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun.

7. Kandatel Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) dengan Area Pelayanan Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung yang membawahi Area pelayanan City (APC) Palembang, dan Area Pelayanan (AP) Jambi, Bengkulu, Lubuk Linggau, Batu Raja dan Bangka Belitung.

8. Kandatel Lampung (LPG) dengan Area Pelayanan Provinsi Lampung yang membawahi Area Pelayanan City (APC) Bandar Lampung, dan Area Pelayanan (AP) Kotabumi dan Metro.

C. Gambaran Tentang Unit Telkom Community Developmnent (TCD) C.1. Sejarah Lahirnya Unit Telkom Community Development

Telkom Community Development atau TCD adalah unit organisasi/organisasi pusat Telkom yang mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, yang biasa


(54)

disingkat dengan Telkom TCD. TCD adalah sebagai pengganti Organisasi Proyek Pengelolaan Dana Pembinaan Usaha Kecil PT.Telkom sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Direksi Nomor KD.26/PS150/SDM - 10/2001, tanggal 23 Juli 2001 tentang Proyek Pengelolaan Dana Pembinaan Usaha Kecil (Pasal 2 ayat 1 Maksud dan Tujuan).

C.2. Visi Misi Serta Maksud dan Tujuan Unit Telkom Community Development C.2.1. Visi :

Adapun Visi dari Unit Telkom Community Development adalah :

1) Ingin tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan terdepan di Sumatra bersama masyarakat melalui program pemberdayaan berbagai komunitas.

C.2.2. Misi

Adapun Misi dari Unit Telkom Community Development adalah : a) Memberikan dampak positif bagi Telkom

b) Meningkatkan kompetensi pengelola Usaha Kecil

c) Memberikan benefit bagi komunitas di sekitar lingkungan usaah Telkom C.2.3. Maksud

Adapun Maksud dari dibentuknya Unit Telkom Community Development adalah :

a) Memberdayakan potensi usaha kecil

b) Memafaatkan kemampuan Telkom untuk membantu pengembangan usaha kecil

c) Meningkatkan hubungan sosial Telkom dengan komunitas masyarakat dan lingkungan perusahaan


(55)

C.2.4. Tujuan

Dan adapun Tujuan dari dibentuknya Unit Telkom Community Development adalah :

a) Menumbuhkan dan meningkatkan Usaha Kecil menjadi tangguh dan mandiri,

b) Meningkatkan peran Usaha Kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor,

c) Peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh struktur perekonomian nasional,

d) Menciptakan keseimbangan sosial dan menggalang kebersamaan dengan masyarakat sekitar lingkungan perusahaan sehingga tercipta iklim yang kondusif bagi pelaksanaan operasional.

Sesuai dengan hasil keputusan Direksi PT.Telkom Nomor Tel.228/PR110/UH/2003 tanggal 13 Mei 2003 tentang Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, tepatnya dalam Pasal 4 ayat 1 sampai 3 tentang kelengkapan organisasi, bahwa Organisasi Telkom TCD terdiri atas a. Kepala Pusat;

b. Urusan Kesekretariatan;

c. Bidang Perencanaan dan Pengendalian; d. Bidang Shared Services;

e. Sub - Center Program Kemitraan; dan f. Sub - Center Program BL (ayat 1)

Telkom TCD adalah unit bisnis Perusahaan yang secara struktural berada di bawah Direktur SDM dan Bisnis pendukung (ayat 2).


(56)

C.3. Area Layanan Telkom Community Development Divisi Regional I Suamtera Adapun area/wilayah layanan TCD Divre – I mencakup seluruh wilayah Pulau Sumatera dan pulau sekitarnya yang terdiri dari 10 Provinsi yang didalamnya terdapat 21 kotamadya dan 52 kabupaten. Dalam jajaran organisasi Telkom wilayah layanan CD Divre – I meliputi 8 Kandatel, antara lain Kandatel NAD, Sumut, Medan, Riau Daratan (Ridar), Riau Kepulauan (Rikep), Sumbar, Sumbagsel, dan Lampung. Untuk pengelolaannya disamping berada pada 8 kantor Datel tersebut, juga ditambah dengan 3 kantor Area Pelayanan provinsi yaitu Jambi, Bengkulu & Bangka Belitung, yang ketiganya masuk kedalam jajaran Kandatel Sumbagsel (Laporan Thn 2005).


(57)

BAB V

ANALISA DATA

Di dalam Bab ini akan dijelaskan tentang analisis pokok pembahasan dalam penelitian yaitu Implementasi Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia Tbk, Divisi Regional I Sumatera Unit Community Development dalam rangka membantu masyarakat (Objek Binaan) dalam usaha mengembangkan Lembaga atau Yayasan yang dipimpi8n atau dikelola para Objek Binaan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : KEP-236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Surat Edaran Kementerian BUMN No SE33/MBU/2003 yang kemudian melahirkan Keputusan Direksi Telkom Nomor KD51/KU200/PUK-00/2003. Prihal Program Bina Lingkungan PT. Telkom.

Adapun hasil data–data yang diperoleh penulis adalah melalui penyebaran kuesioner serta wawancara singkat kepada para Objek Binaan Telkom Area Kota Medan dari tahun 2005 sampai dengan 2006. Selain itu, untuk melengkapi data yang dibutuhkan, penulis juga melakukan wawancara dengan pelaksana dari Program Bina Lingkungan Telkom itu sendiri, yaitu Manager PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), Asisten Manager PKBL, serta Karyawan/ti Unit Community Development yang menjadi pelaksana dari program Bina Lingkungan Telkom tersbut.


(58)

Kuesioner yang disebarkan kepada para responden terdiri atas 33 pertanyaan tertutup serta 2 pertanyaan terbuka, yang terbagi atas beberapa bagian, yaitu :

A. Gambaran Umum Responden

B. Implementasi Program Bina Lingkungan PT. Telkom Tbk Divre I Sumatra yang terdiri atas :

1. Prosedur Permohonan Bantuan Kepada PT. Telkom Divre I Sumatra 2. Prosedur Pemberian dan Penerimaan Bantuan

3. Perkembangan Yayasan / Lembaga Objek Binaan a. Sebelum Mendapatkan Bantuan

b. Setelah Mendapatkan Bantuan

4. Manfaat Pemberian bantuan, Peranan PT. Telkom & Kepuasaan Objek Binaaan C. Upaya PT. Telkom Dalam Usaha Pemberian Bantuan Kepada Objek Binaan 1. Realisasi Penyaluran Dana Bantuan pada tahun 2005-2006

2. Rekapitulasi Objek Binaan CDC Tahun 2005–2006

D. Analisis Pelaksanaan Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia Tbk Divre – I Sumatera Unit Community Development

Dibawah ini akan disajikan beberapa tabel distribusi frekwensi responden yang telah diperoleh oleh para responden/Objek Binaan Telkom melalui daftar pertanyaan yang disebarkan oleh penulis. Untuk selanjutnya, data–data yang diperoleh tersebut akan diolah lalu kemudian diinterpretasikan sehingga menjadi data yang lebih jelas dan diharapkan mudah untuk dipahami.


(59)

A. Gambaran Umum Responden

A.1. Usia Pendirian Bangunan Yayasan/Lembaga

Berdasarkan data yang diperoleh Penulis dari hasil penyebaran kuesioner dapat diketahui bahwa yayasan/lembaga yang dikelola oleh Objek Binaan Telkom, usia pendirian bangunannya antara 10–25 tahun atau sekitar 71,42 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar yayasan/lemabaga yang menjadi Objek Binaan merupakan yayasan/lembaga yang sudah lama bergerak dibidang Pendidikan, Kesehatan, Sarana Ibadah maupun bidang sosial lainnya.

Sedangkan 28,57 % atau responden yang berjumlah 4 yayasan merupakan Objek Binaan yang usia pendirian bangunan yayasannya dibawah 10 tahun. Dengan demikian dapat diketahui bahwa beberapa yayasan tersebut baru dikelola atau dirintis. Namun, dari hasil penelitian yang didapat, usia pendirian bangunan suatu yayasan tidak menjadi tolak ukur bagi Telkom dalam pemberian bantuan. Yang penting yayasan/lembaga tersebut setelah disurvei oleh Telkom memang layak untuk mendapat bantuan dan bantuan yang dimohon tersebut memang untuk kepentingan yayasan yang menyangkut masyarakat didalam maupun diluar lingkungan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2

Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Usia Pendirian Bangunan No. Usia Pendirian Bangunan Jumlah Unit %

1 2

Dibawah 10 tahun 10 – 25 tahun

10 4

71,42 28,57

Jumlah 14 100,00


(60)

A.2. Agama Responden

Dari data yang diperoleh, hampir keseluruhan jumlah responden yang merupakan Objek Binaan Telkom adalah yayasan/lembaga yang memeluk agama Islam, yaitu sebesar 71,42 % atau sebanyak 10 yayasan/lembaga. Dan sebesar 14,28 % memeluk agama Kristen Protestan dan 14,28 % lainnya digolongkan dalam klasifikasi umum, dimana Objek Binaan didalamnya terdiri dari berbagai agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha maupun agama lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Telkom tidak memilah dalam pemberian bantuan, Telkom tidak melihat ataupun membedakan Objek Binaannya dari agama, ras, suku, warna kulit atau apa saja yang dianggap menjadi pemecah persatuan dan kesatuan kehidupan berbangsa di Indonesia.

Disini, teknik pengambilan sampel yang Penulis pergunakan adalah Purposif Random Sampling atau teknik pengambilan sampel secara acak. Dan kebetulan diantara mereka para responden sebagian besar adalah yayasan yang memeluk agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.


(1)

76 Desember/2006 Mesjid Hasanah JL. Bilal BSI 2.000.000

Total : 498.938.750

KETERANGAN : BBA : Bantuan Bencana Alam

BPP : Bantuan Pendidikan & Pelatihan BKM : Bantuan Kesehatan Masyarakat BSU : Bantuan Sarana Umum

BSI : Bantuan Sarana Ibadah

Dan pada bantuan yang diberikan pada tahun 2006 di atas, dapat dilihat bahwa bantuan terbesar yang diberikan oleh PT. Telkom Divre I Sumatera adalah dibidang pendidikan dan pelatihan serta bantuan di bidang sarana ibadah. Dari data yang ditubjukkan pada tahun 2005 serta 2006 di atas, diketahui bahwa bantuan terbesar yang diberikan oleh PT. Telkom adalah dibidang pendidikn dan pelatihan, hal ini menunjukkan bahwa PT. Telkom sangat memperhatikan masalah pendidikan masyarakat Indonesia terutama mereka yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.

D. Analisis Pelaksanaan Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia Tbk Divre – I Sumatera Unit Community Development

Sejauh ini, Penulis melihat bahwa PT. Telkom Indonesia Tbk Divre – I Sumatera Unit Community Development telah melaksanakan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Unit Community Development PT. Telkom Indonesia, Tbk telah melaksanakan Prinsip – prinsip pelaksanaan Program Bina Lingkungan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : KEP-236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Surat Edaran Kementerian BUMN No SE33/MBU/2003.


(2)

Hal ini dapat dilihat dari adanya buku – buku laporan tahunan yang dimuat pada Laporan Tahunan Unit Community Development PT. Telkom Indonesia, Tbk Divre – I Sumatera yang dibuat pada setiap akhir tahunnya, yang berisikan tentang realisasi pelaksanaan serta kegiatan Program Bina Lingkungan oleh Unit Community Development.

Kutipan rekapitulasi data di atas merupakan sebahagian dari data laporan pelaksanaan Program Bina Lingkungan Unit Community Development yang telah terealisasi. Dalam setiap laporan juga disertai dengan dokumentasi seperti foto – foto laporan kegiatan. Laporan–laporan tersebut Penulis baca dan analisis sehingga melahirkan sebuah kesimpulan bahwa PT. Telkom Indonesia Tbk, Divre – I Sumatera telah menjalankan tugas serta fungsi sebagai salah satu Perusahaan BUMN yang terkemuka di Indonesia.


(3)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan analisis data pada Bab V tersebut di atas, Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Program Bina Lingkungan merupakan suatu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN diwilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN/Perusahaan dan juga merupakan suatu bentuk perwujudan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dari PT. Telkom kepada kelompok masyarakat khususnya disekitar kantor dan masyarakat yang membutuhkan, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan perbaikan lingkungan masyarakat.

2. Program Bina Lingkungan BUMN PT. Telkom Indonesia Tbk, khususnya pada Divisi Regional I Sumatra telah berjalan dan telah terealisasi dengan baik, sesuai dengan prosedur perencanaan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Perusahaan–perusahaan yang berada di bawah naungan BUMN. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah melalui Menteri BUMN tentang adanya Program Bina Lingkungan tersebut oleh Perusahaan–Perusahaan BUMN telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Didalam hal pertanggungjawaban atas terealisasinya/terimplementasinya Program Bina Lingkungan tersebut oleh masing–masing Unit Community Development Telkom yang berada pada masing–masing Kandatel (Kantor Daerah Layanan Telkom) yang terbagi atas beberapa provinsi pada Wilayah Regional Sumatera adalah merupakan pertanggungjawaban kepada PT. Telkom Divisi Regional I Sumatra yang berpusat di Kota Medan.


(4)

4. Demikian halnya, pertanggungjawaban yang dilaksanakan oleh PT. Telkom Divisi Regional I Sumatra atas terlaksananya/terimplementasinya Program Bina Lingkungan kepada masyarakat yang berada di Kawasan/Area Sumatera Indonesia, dilaporkan kepada PT. Telkom Indonesia Tbk yang berpusat di Kota Bandung.

B. Saran

Adapun saran yang Penulis sampaikan kepada PT. Telkom demi kemajuan dari adanya Program Bina Lingkungan PT. Telkom Indonesia ini kepada para Objek Binaannya adalah :

1. Agar kiranya PT. Telkom Indonesia lebih meningkatkan kerjasama yang baik antara Objek Binaan dengan pihak PT. Telkom, seperti dengan lebih menambah jadwal kunjungan ke yayasan/lembaga para Objek Binaannya. Dengan demikian, mereka lebih termotivasi dalam mengelola maupun mengembangakan yayasan/lembaganya.

2. Mungkin dengan adanya keterbatasan jumlah karyawan Telkom yang menangani tanggung jawab Program Bina Lingkungan ini, ada baiknya PT. Telkom Indonesia yang berposisi di pusat agar menambah jumlah karyawan yang menangani tanggung jawab tersebut pada masing – masing Kandatel (Kantor Daerah Layanan Telkom), dengan harapan agar kiranya perhatian dan motivasi yang diberikan oleh PT. Telkom terhadap para Objek Binaannya lebih menyeluruh

3. Hendaknya PT. Telkom tetap memperhatikan perkembangan yayasan/lembaga yang menjadi Objek Binaannya tersebut setelah pemberian bantuan, sehingga rasa kekeluargaan tersebut tetap terjalin antara PT. Telkom dan Objek Binaannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cannon, Tom. Tanggung Jawab Perusahaan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo (Gramedia) : 1995

Badudu, J.S dan Sultan Muhammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan : 1996

Widiyono, Try. S.H.,M.H.,Sp.N. Direksi Perseroan terbatas. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia Yudhistira : 2005

Soehartono, Irawan, DR. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya : 2004

Singarimbun, Masri. Metode PenelitianSurvai. Jakarta : LP3ES. 1989

Wahab, Abdul Solichin, Drs. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara ; Cet 1. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta : 1990

Suyanto, Bagong & Sutinah. Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan ; Cet 1. Edisi 1.Jakarta. Penerbit Kencana : 2005

Sumber lain :

____________ , Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT.TELKOM Indonesia, Tbk, No: KD. 61/PS150/CTG-10/2003

____________ , Laporan Tahun 2004 CDC Divisi Regional – I Sumatra Laporan Tahun 2005 CDC Divisi Regional – I Sumatra

Buku Saku CDC Divre – I Sumatra, PKBL Edisi Pertama Tahun 2004 Buku Saku Public Relations Telkom Divre – I Sumatra Tahun 2002 ____________ , UU RI No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN

____________ , Survai Sosial Ekonomi Nsional / Susenas 1998


(6)

Depdagri, Meraih Kembali Kepercayaan Masyarakat Melalui Good Governance,

____________ , Corporate Governance and Social Responsibility

http://www.Cauxroundtable.org (2 September 2002) ____________ ,Implementasi Privatisasi BUMN

,Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan Keharusan http://www.penulis lepas.com/read.php?id=1382 (14 Oktober 2005)