Deskripsi Subyek Penelitian dan Data Penelitian

2. Uji Linearitas Menurut Santoso 2010 uji linearitas digunakan untuk melihat apakah hubungan antar variabel yang akan di analisis mengikuti garis lurus atau tidak. Menurut Ghozali 2009, kaidah uji linearitas dapat dilihat melalui nilai p. Apabila nilai p 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung linear. Sebaliknya, apabila nilai p 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung tidak linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Compare Mean pada SPSS 16.00 for windows. Tabel 12 ANOVA Uji Linearitas Between Groups Combined Linearity Sig Mean_KDMean_KV 0.026 Berdasarkan tabel 11, data antara variabel bebas dan variabel tergantung berada pada satu garis lurus atau linear. Hal ini terlihat dari nilai p 0,05, yaitu antara dara kepercayaan diri dengan kekerasan verbal p 0,026. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa skor korelasi untuk variabel kekerasan verbal dengan variabel kepercayaan diri adalah -0,300 dengan p 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu adanya hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja.

D. Pembahasan

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja. Dari hasil uji hipotesis, didapatkan koefisien korelasi antara variabel kekerasan verbal dengan variabel kepercayaan diri sebesar -0,300 p 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif dan signifikan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja. Artinya, semakin tinggi remaja mendapatkan kekerasan verbal dari orang tua maka semakin rendah kepercayaan diri pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah remaja mendapatkan kekerasan verbal dari orang tua maka semakin tinggi kepercayaan diri pada remaja. Menurut Suyanto 2003 kekerasan verbal merupakan salah satu jenis kekerasan yang sulit untuk dikenali. Dampak yang dirasakan korban, tidak memberi bekas yang nampak bagi orang lain. Tidak sama dengan korban yang mengalami kekerasan fisik. Korban yang mengalami kekerasan verbal akan mengalami situasi perasaan yang tidak aman dan nyaman, menurunnya harga diri dan martabat korban. Menurut Ghufron 2011 harga diri menjadi salah satu faktor bagi terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi juga. Menurut Rogers dalam Prabawa, 2009 tumbuhnya harga diri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya penghargaan dari orang lain, adanya pujian dari orang lain, perasaan diterima oleh lain, dan memiliki kepribadian yang sehat. Remaja yang mendapatkan kekerasan verbal di dalam keluarganya, akan mengalami situasi yang tidak nyaman berada di dalam lingkungan tersebut. Remaja akan merasa rendah diri dan merasa tidak di terima oleh orang tuanya. Ketika remaja memiliki harga diri yang rendah, maka kepercayaan diri remaja juga akan rendah. Selain itu, menurut Lindenfield 1997, ketika seseorang mengalami rasa tidak aman atau mengalami ketakutan, maka hal tersebut menjadi musuh terbesar bagi timbulnya rasa percaya diri. Seseorang yang mengalami rasa tidak aman akan sulit mengembangkan pandangan positif tentang diri mereka sendiri, orang lain dan pandangannya tentang dunia luar. Menurut Lidenfield 1997 setiap orang yang lahir memiliki kecenderungan untuk menjadi orang yang percaya diri. Akan tetapi, hal terpenting dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada remaja adalah bagaimana cara orang tua mendorong dan mengembangkan kepribadian anak. Dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada remaja tentu saja tidak