64
2.5 Desain Lantai
Desain lantai adalah garis-garis lantai tari yang dilalui oleh seseorang penari atau garis-garis di lantai tari yang dibuat oleh formasi penari-penari kelompok
Soedarsono, 1976: 89. Terdapat dua pola garis dasar, yaitu, garis lurus dan garis lengkung. Garis
lurus adalah garis yang dapat dibuat mengarah ke depan, ke belakang, ke samping atau serong. Garis lurus dapat pula dihubungkan dengan garis lurus
lainnya menjadi desain V atau kebalikannya, segi tiga, segi empat, huruf T dan kebalikannya, huruf L, dan dapat pula berbentuk zig-zag. Garis lengkung
juga dapat mengarah ke depan, ke belakang, ke samping dan serong. Selain itu, dari garis-garis lengkung dapat dibentuk menjadi lingkaran, lengkung ular,
angka delapan dan spiral Soedarsono, 1976: 90.
Desain lantai yang menggunakan garis-garis lurus memberikan kesan sederhana, tetapi kuat. Desain lantai yang menggunakan garis lengkung memberikan
kesan lembut dan menarik. Soedarsono, 1976:90. Reog Glodogan maupun Reog Kridha Beksa Lumaksana menggunakan dua pola dasar tersebut karena kedua reog
termasuk tari yang mengandung nafas heroik, sehingga dalam hal baris-berbaris memberikan kesan yang kuat dan menarik.
2.5.1 Desain Lantai Reog Glodogan
Reog Glodogan menggunakan tiga desain lantai: desain lantai T terbalik atau lurus, dua lingkaran kecil, dan lingkaran besar. Desain lurus sebagai desain awal
untuk pembuka. Desain dua lingkaran untuk pertengahan pembuka, dan desain
65
lingkaran besar sebagai desain penutup untuk sebelum berperang atau bertarung satu per satu.
Gambar 50: Desain T terbalik atau lurus Gambar 51: Desain dua lingkaran
kecil
Gambar 52: Desain lingkaran besar
2.5.2 Desain Lantai Reog Kridha Beksa Lumaksana
Reog Kridha Beksa Lumaksana berjumlah tiga belas desain lantai: desain lantai T terbalik atau lurus, dua lingkaran kecil, lingkaran besar, angka delapan
,
66
berhuruf A, berhuruf X, variasi lurus satu, variasi lurus dua, berbentuk panah,
lengkung, lurus, berhuruf V, dan berbentuk segitiga. Desain lantai yang digunakan dalam cerita Hanoman Obong: Desain lurus,
dua lingkaran kecil, lingkaran besar dan angka delapan sebagai desain pembuka pertunjukan. Desain berbentuk segitiga digunakan saat Rama, Sinta dan Lesmana
mengasingkan diri di hutan. Selain itu desain segitiga dipakai pula dalam adegan kematian Jathayu. Desain berbentuk panah digunakan ketika para kera memasuki
panggung sambil menunggu Rama dan Lesmana datang ke kerajaan kera. Desain miring digunakan ketika adegan Rama dan para kera hendak keluar dari panggung.
Desain berbentuk huruf V digunakan oleh putri taman. Desain berhuruf A digunakan saat Trijata dan Sinta berada di istana Rahwana. Desain lengkung dipakai saat Putri
Taman menyambut kedatangan Sinta dan Trijata Desain lantai yang digunakan dalam cerita Burisrawa Rante: Desain lurus,
dua lingkaran kecil, desain berhuruf X, lingkaran besar dan angka delapan sebagai desain pembuka pertunjukan. Desain variasi lurus satu dan dua digunakan saat
menjelang pertarungan antar ksatria. Desain variasi lurus satu dipakai saat pertarungan Lembatak melawan Lembatak.
67
Gambar 53: Desain lurus Gambar 54: Desain lingkaran besar
Gambar 55 :Desain lingkaran kecil Gambar 56: Desain angka delapan
Gambar 57: Desain Miring Gambar 58: Desain berhuruf A
68
Gambar 59: Desain Lengkung Gambar 60: Desain berbentuk panah
Gambar 61: Desain variasi lurus satu Gambar 62 Desain berhuruf X
Gambar 63: Desain variasi lurus dua Gambar 64: Desain berhuruf V
69
Gambar 65: Desain berbentuk segitiga
2.6 Alat Musik